visitaaponce.com

Swasembada Gula Harus Perkuat Kesejahteraan Petani Tebu

Swasembada Gula Harus Perkuat Kesejahteraan Petani Tebu
Ilustrasi warga mengumpulkan gula tebu yang telah dicetak secara tradisional.(Antara/Wahdi Septiawan)

KOMITMEN dalam mewujudkan swasembada gula nasional mesti diiringi penguatan petani. Karenanya, swasembada gula membawa dampak peningkatan kesejahteraan petani. 

"Kita harus bersinergi menyukseskan swasembada gula. Ekosistem sangat penting karena kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri, dari mulai benih, pupuk, pendanaan dari perbankan, hingga pabrik gula sebagai off taker. Yang terpenting pencapaian swasembada gula diiringi dengan penguatan petani dengan membantu akses permodalan, benih hingga saprodi (sarana produksi)," papar Direktur Keuangan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), anak perusahaan PTPN III Holding Perkebunan, Hariyanto.

Sebelumnya, Direktur Utama SGN Mahmudi mengatakan lebih dari 80% pasokan bahan baku tebu pabrik gulanya merupakan tebu petani, sehingga pihaknya memandang perlu strategi menguatkan posisi petani tebu, di antaranya peningkatan produktivitas tebu hingga penguatan pola sistem bagi hasil (SBH) yang telah menjadi spirit kemitraan pabrik gula dengan petani sedari dulu.
   
"Bahan baku tebu sebagian besar dari petani. Untuk itu posisinya harus kita kuatkan, di antaranya meningkatkan produktivitas tebu yang akan berefek pada pendapatan petani. Kemitraan SBH juga menguntungkan petani. Ini kita kuatkan juga sehingga tidak terjebak pada pola transaksional dengan meninggalkan kualitas BBT," ujarnya.

Baca juga : Tingkatkan Produksi Gula dengan Menjaga Harga di Tingkat Petani

Salah satu kendala yang dihadapi petani tebu ialah akses dan ketersediaan saprodi di antaranya pupuk yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan dan peningkatan produktivitas. "Lahan kami sekitar 6.500-an hektare di hampir seluruh Kabupaten Situbondo telah ter-cover Program Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat). Kami mendapatkan jaminan pupuk yang asli dan prosesnya hanya dua tiga hari. Harganya kompetitif," ungkap Rolis Wikarsono, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPC APTRI) PG Pradjekan.

Petani mitra PG Pradjekan merupakan petani tebu yang pertama mengakses Program Makmur tiga tahun yang lalu. Dampak dari program tersebut kini dirasakan oleh para petani, selain jaminan ketersediaan pupuk, peningkatan produktivitas hingga peningkatan pendapatan petani. "Tahun ini peningkatan produktivitas luar biasa, sebelumnya di 76 kini menjadi 110 ton per hektare, rendemen naik, pendapatan petani juga naik," jelas Mohammad Sholeh Kusuma, General Manager PG Pradjekan.

Kenaikan produktivitas tersebut dinilai cukup signifikan, mencapai 45% dari semula 76 ton per hektare menjadi 110 ton per hektare. Kenaikan rendemen mencapai 9,9% dari 8,14% menjadi 8,94%. Hasilnya, pendapatan petani meningkat dari semula Rp53,4 juta per hektare menjadi Rp69,4 juta per hektare. (Ant/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat