visitaaponce.com

Ini Kelainan Neurologis yang Dialami Celine Dion

Ini Kelainan Neurologis yang Dialami Celine Dion
Celine Dion(AFP/PHILIPPE LOPEZ)

PENYANYI Celine Dion, baru-baru ini, mengungkapkan dirinya didiagnosa mengalami kelainan neurologis langka yang disebut Stiff-person syndrome. Kelainan itu menyebabkan kejang otot yang parah dan menjadi alasan kuat dirinya membatalkan sejumlah pertunjukan di musim panas.

Seperti disiarkan LiveScience, Sabtu (10/12), Stiff-person syndrome mempengaruhi sekitar 1 sampai 2 dari 1 juta orang, menurut Johns Hopkins Medicine. 

Pusat Informasi Penyakit Genetik dan Langka (GARD) menyatakan kondisi ini mempengaruhi perempuan dua kali lebih banyak daripada pria.

Baca juga: Celine Dion Batalkan Beberapa Jadwal Konser Karena Idap Penyakit Langka

Sindrom tersebut kemungkinan disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang secara tidak sengaja menyerang sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Sel-sel saraf ini biasanya akan membantu mengendalikan kontraksi otot.

Pada pasien, terjadi kekakuan spontan pada batang tubuh dan anggota badan, serta kejang otot yang hebat dan sporadis. Suara keras, gerakan tiba-tiba, dan tekanan emosional dapat memicu kejang yang terkadang cukup kuat untuk mematahkan tulang ini, menurut GARD.

Salah satu reaksi autoimun yang diduga menyebabkan sindrom tersebut secara khusus menargetkan enzim yang disebut dekarboksilase asam glutamat (GAD) yang diperlukan untuk menghasilkan GABA, menurut Yale Medicine.

GABA berfungsi sebagai rem untuk sel-sel saraf pengontrol otot, jadi ketika GABA terlalu sedikit, maka rem terlepas dan sel-sel dapat bergeser.

 Data memperkirakan sebanyak 60% sampai 80% pasien dengan sindrom ini membawa antibodi terhadap GAD. Antibodi GAD tertentu juga ditemukan pada penderita diabetes tipe 1, yang menyebabkan sistem kekebalan menyerang sel penghasil insulin di pankreas.

Orang dengan sindrom ini sering kali menderita diabetes tipe 1 atau kelainan autoimun lainnya, seperti vitiligo atau anemia pernisiosa.

Orang dengan jenis kanker tertentu juga memiliki risiko tinggi terkena sindrom tersebut, meskipun tidak jelas alasannya.

Tidak ada obat untuk sindrom ini, sehingga perawatan ditujukan untuk meredakan gejala.

Direktur Johns Hopkins's Stiff Person Syndrome Center Scott Newsome mengatakan, secara umum, obat-obatan yang digunakan untuk mengobati sindrom bertindak sebagai pengganti GABA pasien yang hilang atau membantu menekan aktivitas autoimun berbahaya.

Perawatan ini dapat mencakup obat penenang, pelemas otot, steroid, dan imunoterapi.

Toksin botulinum (BOTOX) juga dapat digunakan untuk mengobati kejang otot dan kekakuan, dan berbagai terapi fisik dan pekerjaan juga dapat membantu pasien.

Tingkat keparahan gejala dan tingkat penurunan bervariasi antara orang. Beberapa pasien merasakan gejala mereka stabil untuk sementara waktu sementara yang lain terus memburuk, menurut Cleveland Clinic.

Meskipun sindrom ini dapat ditangani dengan pengobatan, hal itu dapat menyebabkan komplikasi yang mempersingkat harapan hidup. (Ant/OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat