visitaaponce.com

Mitos Pemicu Gagalnya KB Pria di Indonesia

Mitos Pemicu Gagalnya KB Pria di Indonesia
Seorang pria di Sumatra Utara menunjukkan kepesertaan KB Pria.(ANTARA/Septianda Perdana)

MENURUT hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, kesertaan KB pria masih sangat rendah dengan persentase capaian KB kondom sebesar 2,5% dan vasektomi sebesar 0,2%. Sementara data Survei Kinerja dan Akuntabilias Program (SKAP) KKBPK 2019 capaian KB kondom 3% dan vasektomi 0,2%. Hal ini terjadi karena masih banyak keluarga yang beranggapan bahwa KB adalah urusan perempuan dan masih rendahnya pengetahuan pria tentang KB pria.  Rumor yang beredar di masyarakat bahwa vasektomi adalah kebiri. Dan pandangan sosial, budaya dan agama terhadap vasektomi menjadi tantangan dalam meningkatkan kesertaan KB Pria.

"Pendekatan program KB saat ini tidak hanya fokus pada pengendalian populasi dan penurunan fertilitas saja tetapi juga diarahkan pada pemenuhan hak-hak reproduksi. Partisipasi pria menjadi penting dalam KB dan KR (Kesehatan Reproduksi) karena pria adalah partner dari wanita dalam reproduksi dan seksual, sehingga pria dan wanita harus berbagi tanggung jawab," kata Plt Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Dwi Listyawardani dalam keterangan resmi, Sabtu (25/7).

"BKKBN terus mengupayakan agar kesertaan KB Pria khususnya vasektomi dapat meningkat dengan mengatasi faktor penyebab rendahnya kesertaan KB pria. Hal-hal yang saat ini sedang dilakukan oleh BKKBN yaitu mengupayakan adanya alokasi anggaran pelayanan vasektomi pada DAK non fisik dalam bentuk Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) yang bersifat bantuan untuk dapat dimanfaatkan oleh pemerintah kabupaten/kota secara secara optimal," tambah Dwi Listyawardani.

Upaya BKKBN untuk meningkatkan partisipasi pria dalam pemakaian kontrasepsi dilakukan secara intensif dan terus-menerus, namun data menunjukkan trend peningkatan belum mencapai hasil yang diharapkan. Faktor penyebab masih rendahnya kesertaan KB Pria meliputi beberapa hal yaitu kondisi lingkungan sosial, budaya dan aksesibilitas terhadap pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). 

Dokter Ponco Birowo, spesialis di bidang urologi menjelaskan vasektomi dapat dilakukan rekanalisasi atau penyambungan kembali dengan teknik bedah mikro oleh dokter spesialis urologi tapi seyogyanya pria harus memastikan dahulu bahwa sudah tidak mau punya anak lagi. Adapun, syarat untuk mendapatkan pelayanan vasektomi dia ntaranya adalah sukarela yakni klien atau calon peserta harus secara sukarela menerima pelayanan.

'Bahagia artinya klien terikat dalam perkawinan yang sah dan harmonis. Telah mempunyai anak hidup dan sehat dengan umur minimal anak terkecil 2 tahun dengan umur istri sekitar 25 tahun. Klien tidak menderita penyakit yang kontra indikasi dalam tindakan medis seperti kencing manis, jantung," jelas dr. Ponco Birowo.

Tindakan vasektomi yang dilakukan adalah menggunakan teknik vasektomi tanpa pisau (VTP) lama tindakan 10-30 menit menggunakan bius lokal, dengan pemulihan sekitar 30 menit dan penyembuhan 4-5 hari luka tidak boleh terkena air. Sedangkan efek kontrasepsi bisa didapat setelah 15 kali ejakulasi atau 100 hari pasca tindakan.

Banyak rumor yang beredar seperti menyebabkan impoten, Ponco menyatakan itu tidak benar karena kejantanan pria sama sekali tidak dipengaruhi tindakan vasektomi.

"Kemudian ada juga rumor bahwa sama dengan kebiri, sama sekali berbeda karena pengebirian dilakukan dengan membuang kedua buah testis yang memproduksi hormon. Sementara vasektomi hanya pemotongan saluran benih sepanjang 1-2 cm, disertai pengikatan pada masing-masing ujung potongan," tambah Ponco Birowo. (OL-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat