visitaaponce.com

BKKBN Indeks Kebahagiaan Keluarga Indonesia Tinggi Meskipun Belum Mandiri

BKKBN: Indeks Kebahagiaan Keluarga Indonesia Tinggi Meskipun Belum Mandiri
KEPALA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo(Dok. MI)

KEPALA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut ukuran kualitas keluarga ditentukan oleh tiga hal, yaitu tentram, mandiri, dan bahagia. Berdasarkan Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga), ketentraman memiliki skor 59,79 (berkembang), kemandirian 52,49 (berkembang), dan kebahagiaan 71,86 (tangguh).

“Yang paling tercapai adalah kebahagiaan. Angka 71,86 ini menunjukkan bahwa keluarga-keluarga di Indonesia meskipun belum punya kemandirian yang baik, masih agak miskin-miskin sedikit, tapi Alhamdulillah bahagia,” kata Hasto dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional 2024 di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (29/6).

Menurutnya, hal tersebut tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia yang penuh dengan gotong royong. “Nilai-nilai Pancasila membawa kita bahagia,” katanya.

Baca juga : Baru Terkumpul 57,51%, Pemutakhiran Data Keluarga Diperpanjang

Hasto mengutip arahan Presiden Jokowi bahwa membangun bangsa dan negara harus dimulai dari keluarga. Oleh karena itu, peringatan Hari Keluarga Nasional tahun ini mengambil tema Keluarga Berkualitas untuk Indonesia Emas.

Makna Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas, kata Hasto, adalah terciptanya SDM yang unggul dan mampu meraih bonus demografi. Dari keluarga yang berkualitas, diharapkan akan melahirkan anak-anak yang sehat, cerdas, dan terbebas dari stunting.

“Stunting membawa dampak tidak cerdas dan pertumbuhan otaknya mengalami defisit sehingga kemampuan intelektual skill-nya tidak optimal,” ujar Hasto.

Baca juga : Program Keluarga Berencana Punya Peran Penting Menyehatkan Ibu dan Anak

Ia bersyukur salah satu faktor sensitif dari stunting yakni perkawinan usia anak mengalami penurunan secara signifikan. Menurut data, tren angka perkawinan anak terus menurun sejak 2017 hingga mencapai angka 6,92% pada 2023.

Namun di sisi lain, angka perceraian justru meningkat. Angka perceraian memiliki tren meningkat dari 475.933 pada 2021 menjadi 516.344 pada 2022. Sebagian besar terjadi karena perselisihan dan pertengkaran terus-menerus dan menimpa kelompok usia 20-24 tahun dengan usia pernikahan belum genap lima tahun.

“Saya kira ini perlu mendapatkan perhatian kita semua di Hari Keluarga Nasional. Kita melihat barangkali latar belakang banyaknya toxic relationship yang akhirnya di dalam keluarga terjadi uring-uringan. Mayoritas perceraian karena perbedaan kecil-kecil yang berkepanjangan,” jelasnya.

Baca juga : BKKBN Lakukan Pendataan pada 77,9 juta Kepala Keluarga

Pengaruh Judi Online

Hasto juga menyoroti pengaruh judi online terhadap indeks pembangunan keluarga. “Belum saya teliti tapi saya yakin ketentraman dan kebahagiaan akan terganggu ketika kepala rumah tangganya berspekulasi ikut judi online,” tuturnya.

Salah satu upaya membangun keluarga berkualitas diwujudkan dengan program Kampung Keluarga Berkualitas. Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas.

“Ini harus ada di seluruh Indonesia. Artinya semua desa yang ada di Indonesia menjadi Kampung Keluarga Berkualitas sesuai dengan Inpres tersebut,” kata Hasto.

Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) didefinisikan sebagai satuan wilayah setingkat desa di mana terdapat integrasi dan konvergensi penyelenggaraan pemberdayaan dan penguatan institusi keluarga dalam seluruh dimensinya guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia, keluarga, dan masyarakat.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat