visitaaponce.com

SDA Lokal Jadi Basis Pengembangan Riset dan Inovasi Indonesia

SDA Lokal Jadi Basis Pengembangan Riset dan Inovasi Indonesia
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko(MI/RAMDANI)

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa fokus riset dan inovasi Indonesia ke depan adalah digital economy, green economy dan blue economy. Lantas kekayaan sumber daya alam (SDA) seperti keanekaragaman hayati dan biodiversitas menjadi basis pengembangannya.

"Untuk 3 fokus itu, memang kita diminta basisnya pada SDA lokal yang mengekplorasi keanekaragaman yang sudah kita miliki. Apakah itu hayati biodiversity, geografi dan juga keanekeragaman seni dan budaya. Sehingga kita bisa mengekplorasi yang menjadi local competitiveness kita selama ini. Ya, sejujurnya mungkin selama ini terlupakan," ungkapnya dalam FGD Indonesia Space Agency dalam BRIN, Senin (17/5).

Baca juga: Kepala Lapan Minta BRIN Tak Ganti Nama Lembaga Antariksa

Meski demikian, lanjutnya, dengan kehadiran BRIN, Indonesia pun tetap mengejar ketertinggalan di sektor teknologi. Konsolidasi semua lembaga riset ke dalam BRIN akan memberikan kekuatan dalam menciptakan ekosistem riset dan teknologi.

Menurutnya, BRIN akan melakukan konsolidasi terkait sumber daya riset baik manusia, infrastruktur dan anggarannya. Dari situ, program-program prioritas riset bisa dikembangkan secara efektif dan efisien yang selama ini dikerjakan masing-masing lembaga.

"Kita diminta menjadi motor di depan, pengungkit untuk meciptakan ekosistem riset yang mempunyai standar global. Sehingga kita bisa menciptakan fondasi ekonomi berbasis riset yang fundamentalnya kuat dan lebih berkesinambungan," imbuhnya.

Lebih lanjut, Handoko menjelaskan bahwa saat ini pihaknya tengah berkosultasi dan membahas konsolidasi tersebut bersama Kemenkeu, Bappenas dan Kemenpan-RB. Diharapakan pada 1 Januari 2021 impelementasi critical mass sudah mulai berjalan dengan anggaran tunggal. Sehingga ekosistem riset bisa mulai terlihat dan terutama bisa memberi dampak pada ekonomi dan pembangunan nasional.

Sementara itu, terkait intgrasi lembaga-lembaga riset ke dalam BRIN sudah merupakan amanat dari UU. Hal itu menjadi keputusan politik yang final dan harus dilaksanakan segera.

Akan tetapi, integrasi tersebut tidak menghilangkan fungsi dan tugas masing-masing lembaga seperti Lapan, LIPI, BPPT dan Batan. Keempat lembaga tetap menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai bagian dari unit kerja di dalam BRIN. Artinya, keempat lembaga mendapat delegasi pelaksana tugas dan fungsi dari BRIN.

"Mekanisme yang akan kammi pakai di dalam intergrasu BRIN bentuknya adalah pendelegasian kewenangan untuk merepresentasikan Indonesia terkait dengan komintas keatariksaan global ke unit terkait dalam BRIN. Unit terkait itu rencananya akan kita delegasikan ke Lapan," tuturnya.

Handoko menambahkan bahwa BRIN berharap pihak eksternal seperti dunia usaha juga bisa terlibat dalam membangun ekosistem riset nasional. Selama ini, keterlibatan eksternal selalu menjadi titik lemah riset dan inivasi Indonesia, sehingga dampak nyata ke masyarakat tidak dirasakan.

"Rset dan inovasi tidak sekadar menjadi kebanggan tetapi juga membawa dampak ekonomi yang signifikan," tandasnya. (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat