visitaaponce.com

Para Dokter Minta Masyarakat Lakukan Deteksi Dini Kesehatan

Para Dokter Minta Masyarakat Lakukan Deteksi Dini Kesehatan
kegiatan 'Indonesia Wellness & Health Tourism Expo 2022' yang dihelat di salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta.(Ist)

DETEKSI dini kesehatan menjadi poin terpenting agar masyarakat senantiasa sehat dan optimal dalam menjalankan aktivitas keseharian.

Pada kegiatan 'Indonesia Wellness & Health Tourism Expo 2022' yang dihelat di salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta, para dokter dari Siloam Hospitals melalui unit Rumah Sakit Siloam Semanggi (MRCCC), RS Siloam Kebon Jeruk, Siloam Hospitals TB Simatupang, dan Siloam Hospitals Lippo Village, mengingatkan kembali edukasi akan pentingnya deteksi dini kesehatan.

"Deteksi dini tentu menentukan langkah pencegahan. Deteksi dini termasuk melengkapi perjalanan wisata pun sebagai antisipasi yang akan erat kaitannya dengan perawatan, pengobatan bahkan tingkat kesembuhan," tutur dr. Pectra Wahjoepramono Sp.BS, B.med.Sci(Hons)F.I.C.S dari Siloam Hospitals Lippo Village dalam keterangan pers, Rabu (16/3)

"Sebagai contoh, aneurisma (aneurysm) yang adalah suatu area yang membengkak dan lemah pada otak dan 'kelainan' pada otak ini (data) didapati pada 5 % manusia. Aneurisma jika pecah dapat menyebabkan pendarahan internal, stroke dan fatalnya sering berujung pada kematian," jelas dr.Pectra.

Selain itu, dijelaskan, karena pentingnya organ otak dan jantung, telah terdapat layanan 'Brain Check Up Plus' yang memeriksa kepala dan jantung serta semua keterkaitan fungsinya.

Baca juga: Vaksin Kedaluwarsa, Komisi IX Akan Panggil Kemenkes dan Badan POM

Siloam Hospitals menyediakan layanan tersebut termasuk bagi para turis lingkup wisata kesehatan.

Terkait sport cardiologi menjadi tema presentasi yang dijelaskan dokter spesialis jantung pembuluh darah, dr.I Made Sakta Suryaguna,Sp.JP dari Siloam Hospital Tb. Simatupang.

"Pada saat beraktivitas fisik atau juga berolahraga, tubuh, badan dan organ manusia akan merespons dengan dua kemungkinan, respona adaptif dan respon maladaptif," tutur dr.Made Sakta.

Respons adaptif yaitu dimensi jantung akan lebih besar, pompa darah dan 'kelistrikkan' jantung meningkat dan sejumlah pembuluh darah mengakomodasi peningkatan aktifitas yang tentunya resiko serangan jantung menjadi rendah.

Respons yang maladaptif sesungguhnya terjadi karena aktivitas yang berlebihan, jenis olahraga yang tidak cocok dan ( mungkin) mengidap penyakit yang berisiko menyebabkan seperti ketidakseimbangan aliran dan tekanan darah atau bahkan kejadian henti jantung mendadak yang dapat disebabkan oleh genetik, gangguan katup atau lain sebagainya.

"Tentu suatu hal penting, melakukan pemeriksaan berkala sebelum kita beraktifitas fisik," imbuh dr.Made Sakta.

Menurur dr. Made Sakta, menutup sesi singkatnya dengan tagline 'Sayangi Jantung Anda', masyarakat diminta dapat memahami 'Do &Dont' pada sejumlah faktor risiko yang dapat diubah atau dimodifikasi maupun yang tidak dapat diubah seperti : gender dan genetik.

"Namun sesuatu yang penting dan dapat diubah, adalah Kurang Beraktifitas, rasa malas  sebagai pencetus keluhan," jelas dr. Made Sakta.

Peran teknologi pada lingkup wisata kesehatan

Akan pentingnya deteksi dini, lingkup teknologi turut memegang andil, pun termasuk pada pengembangan lingkup wisata kesehatan.

Dalam paparannya, dr. Hapsari Indrawati Sp.KN(K), dokter spesialis kedokteran nuklir dan konsultan dari Rumah Sakit Siloam Semangg mempresentasikan mengenai 'Modern Imaging in Cancer'.

Ia menjelaskan secara umum perkembangan teknologi guna mengetahui, mengenal dan mengobati penyakit kanker melalui teknologi magnetic resonance imaging (MRI), positron Emission Tomography (PET), computerized tomography (CT) hingga teknologi sebelumnya melalui X-Ray.

"Data menunjukan peningkatan signifikan penderita kanker di seluruh dunia. Untuk pria kanker prostat dan untuk wanita kanker payudara masih dengan presentasi tertinggi," katanya.

Ketahuilah, ada keunikan tersendiri pada setiap kanker, layaknya sidik jari pada manusia.

Dalam pemeriksaan, terapi, menentukan hasil adalah keharusan yang pada perawatan pasien kanker pasti akan melibatkan tim seperti kemoterafi yang sering berefek samping, radiasi bahkan operasi.

Melanjutkan edukasinya, dr.Hapsari menjelaskan, dalam mendignosis kanker radiologi untuk mendapatkan bentuk telah ada penyempurnaan dengan teknologi dalam menganalisis lebih pada gambar.

"Ada penerapan zat radioaktif atau energi radiasi terbuka dari inti nuklir dalam menilai dan analisa fungsi, mendiagnosis dan pengobatan penyakit dengan pemindaian," ungkapnya.

"Sebagai ilustrasi, buah manggis yang bentuknya tidak baik dari luar namun ternyata memiliki buah (di dalam) yang putih bersih dan manis, demikian sebaliknya buah apel yang terlihat bagus bentuknya sering masam dan lainnya. Dapat disimpulkan ada 'Kekurangan' dengan hanya melihat bentuk," imbuh dr. Hapsari.

Adapun dalam pemindaian partikel nuklir dikenal dengan hasil CT scan yang akan mendapatkan bentuk dan PET yang akan mengalisis fungsi serta PET dan CT yang akan menggabungkan image bentuk dan fungsi yang pada keseluruhan itu guna menegakkan diagnosis terbaik.(RO/OL-09)

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat