visitaaponce.com

Pemerintah Ajak Sukseskan Bulan Imunisasi Anak Indonesia BIAN 2022

Pemerintah Ajak Sukseskan Bulan Imunisasi Anak Indonesia (BIAN) 2022
Briefing edukatif dengan tema “Ayo Sukseskan Bulan Imunisasi Anak Indonesia (BIAN) 2022!. (Ist)

KEMENTERIAN Kesehatan  (Kemenkes) telah mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 di pertengahan bulan Mei 2022 lalu.

Berdasarkan data Kemenkes, sekitar 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi covid-19, dengan jumlah terbanyak di Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta.

Padahal, pemberian imunisasi dasar seperti Hepatitis B, BCG, Polio, Pertusis, Difteri, Campak, Tetanus, dan Rubela terbukti dapat melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya tersebut.

Baca juga : Imunisasi Dasar Lengkap Cegah Penyakit Kejadian Luar Biasa

Dukungan seluruh pihak, termasuk mitra swasta, sangat diharapkan untuk menyukseskan pelaksanaan program BIAN ini.

Untuk itu, Kemenkes bekerja sama dengan Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) dan didukung oleh Vaccines di Sanofi Indonesia sebagai perusahaan perawatan kesehatan global yang inovatif, mengadakan edukasi dan sosialisasi mengenai BIAN ke publik melalui briefing edukatif dengan tema “Ayo Sukseskan Bulan Imunisasi Anak Indonesia (BIAN) 2022!. 

Pelaksanaan BIAN 2022 sangat penting terhadap pencapaian target eliminasi campak-rubela/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2023, mempertahankan Indonesia Bebas Polio dan mewujudkan Dunia Bebas Polio pada tahun 2026 serta mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) lainnya.

Baca juga : Zero-Dose Imunisasi Anak Ditargetkan Berkurang 25% pada 2024

BIAN dilaksanakan secara serentak dalam 2 tahapan yaitu tahap I dilaksanakan mulai pertengahan Mei tahun 2022 bagi seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dan tahap II dilaksanakan mulai bulan Agustus bagi provinsi di pulau Jawa dan provinsi Bali. 

Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM – Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes, mengatakan, “Pemerintah telah menyusun 3 strategi untuk menggalakkan imunisasi rutin pada anak guna memberikan perlindungan dari PD3I, yaitu menambah 3 jenis imunisasi rutin pada anak dari sebelumnya 11 antigen menjadi 14 antigen, digitalisasi data imunisasi, dan imunisasi anak akan dilakukan melalui undangan di aplikasi."

"Dengan demikian, kita berharap cakupan imunisasi dapat diperluas. Pemerintah juga mengapresiasi semua pihak, termasuk mitra swasta seperti Sanofi Indonesia yang telah turut menyosialisasikan BIAN dan manfaatnya bagi kesehatan anak-anak," katanya.

Baca juga : ADB Pada Bayi Bisa Pengaruhi Tumbuh Kembang dan Kecerdasan

"Pemerintah berharap orang tua dapat turut menyukseskan BIAN dengan membawa anak-anak ke fasilitas kesehatan terdekat. BIAN adalah program pemerintah, vaksin disediakan oleh pemerintah secara gratis, aman dan berkualitas," kata dr.Maxi.

"Oleh karenanya, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan program ini, untuk melengkapi atau mengejar ketertinggalan imunisasi anak-anak yang terutama terjadi selama pandemi covid-19,” tambahnya.

Dalam pelaksanaan BIAN tahap 1 di bulan Mei lalu, pemerintah telah berhasil memberikan imunisasi kepada 11,1 juta anak.

Baca juga : MSD Ajak Orangtua Imunisasi Anak untuk Cegah Campak, Gondongan, dan Rubela

Daerah dengan persentase anak yang telah menerima imunisasi terbanyak adalah Lampung. Imunisasi di daerah lain masih terus dilakukan hingga saat ini. 

Dr. Prima Yosephine, MKM – Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes , mengatakan, “Berdasarkan Buletin data Imunisasi per tanggal 9 Mei 2022, menunjukkan gap yang semakin besar antara target Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dengan Cakupan IDL pada bulan Januari-Desember 2021, yaitu sebesar 9,8%."

"Ini artinya jumlah cakupan lebih sedikit dari target imunisasi nasional. Ini menjadi hal yang perlu diwaspadai," jelasnya.

Baca juga : Orangtua Diingatkan Mengenai Pentingnya Imuniasi Booster untuk Anak Usia di Atas Satu Tahun

Di awal tahun 2022 kasus campak dan rubella yang dikonfirmasi laboratorium meningkat lebih 15 kali lipat dibandingkan keadaan pada periode yang sama di tahun 2021 yang lalu. Demikian juga kasus suspek difteri pada minggu ke 1 sampai minggu ke 18 tahun 2022 meningkat 60% dibanding periode yang sama di tahun 2021.  

Oleh karena itu pelaksanaan BIAN harus berhasil mencapai target 95% untuk imunisasi tambahan campak dan rubella dan target 80% untuk imunisasi kejar OPV, IPV dan DPT-HB –Hib, agar kita dapat meningkatkan imunitas anak-anak Indonesia dan menutup gap imunitas yang terjadi.

"Sehingga kita berhasil menekan kejadian PD3I dan juga berhasil mematahkan penularannya," jelasnya. 

Baca juga : Ternyata, Orang Dewasa juga Penting untuk Dapat Imunisasi

Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD,K-AI – Chairman PERALMUNI mengatakan, “Pada dasarnya imunisasi berfungsi meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. "

"Dewasa dan anak-anak membutuhkan imunisasi agar lebih sehat. Imunisasi dewasa yang direkomendasikan antara lain untuk Flu, Hepatitis A, Hepatitis B, Meningitis, Tifoid, dan PCV, HPV, dan Meningitis.  Sedangkan untuk anak-anak, ada banyak yang direkomendasikan oleh Pemerintah dalam BIAN 2022,” jelasnya.

Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si – Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional mengatakan “Kami mengajak masyarakat untuk melindungi anak, cucu dan keponakan kita dari penyakit berbahaya, dengan melengkapi imunisasi mereka. Selama pandemi COVID banyak balita imunisasinya terlewat, sehingga kasus Campak, Rubela dan Difteri di Indonesia tahun 2021-2022 meningkat di banyak kabupaten."

Baca juga : 30% Anak belum Divaksin Polio, Epidemiolog: Status KLB belum Bisa Dicabut

"Oleh karena itu semua bayi dan anak mulai umur 9 bulan harus diberi  tambahan 1x imunisasi Campak Rubella, walau sebelumnya sudah mendapatkannya," ujarnya.

"Selain itu anak umur 1 – 5 tahun harus mendapat imunisasi polio tetes OPV sedikitnya 4x, DPT-HepB-Hib 4x, IPV 1x. Bila masih kurang, segera dilengkapi," kata Prof.Soedjatmiko.

"Bila catatan hilang atau terselip dianggap belum lengkap, andaikata melebihi jumlah tersebut tidak berbahaya justru kekebalan lebih tinggi, karena berperan seperti booster," tuturnya. (Nik/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat