visitaaponce.com

Pre-diabetes Jadi Sinyal Cegah Diabetes Melitus

Pre-diabetes Jadi Sinyal Cegah Diabetes Melitus
Ilustrasi: tes gula darah(dok.pexels)

PRE-diabetes adalah kondisi kadar gula di tubuh seseorang lebih dari normal, jika tidak ditangani dengan baik maka akan berisiko menjadi penyakit diabetes melitus (DM) dan bisa berdampak pada menurunnya kualitas kesehatan sehingga produktivitas turun yang berujung pads menghambat perekonomian.

Berdasarkan data dari Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 proporsi nasional pre-diabetes di usia 15 tahun ke atas hampir 29,9% dan meningkat pada 32% pada Riskesdas 2018. Jarak tahun tersebut juga menunjukkan peningkatan angka DM yang pada 2013 6,9% dan pada 2018 8,5%.

"Pada umumnya masyarakat belum mengetahui dengan jelas apa yang pre-diabetes termasuk upaya pencegahan. Karena itu dengan intervensi yang benar perlu dilanjutkan dan sosialisasi kepada masyarakat," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha dalam Global Health Security and Covid-19 Task Force T20 Indonesia 'Combating Pre-Diabetes to Avoid Future Significant Burden of T2DM' Rabu (29/6).

Untuk mengendalikan pre-diabetes diperlukan strategi yang komprehensif terutama mengubah perilaku, mengendalikan faktor risiko, dan melibatkan berbagai stakeholder terkait.

"Pre-diabetes sangat mungkin dicegah dengan mengandalkan perilaku hidup sehat dengan rajin bergerak atau fisik, mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih serta tidak merokok," ujarnya.

Pencegahan DM di Indonesia saat ini mengenai akselerasi dini faktor risiko, penguatan intervensi perilaku berisiko penyakit tidak menular, penemuan dini pre-diabetes atau potensi diabetes, penguatan penatalaksanaan diabetes sesuai standar, dan peningkatan pemantauan keberhasilan pencegahan diabetes.

Baca Juga:  Penderita Diabetes Harus Perhatikan Kecukupan Cairan Tubuh

"Sehingga ada 14 skrining yang didorong tahun ini agar sejak awal kolesterol dan sebagainya terdeteksi sehingga bisa mengubah perilaku hidup mereka," kata Kunta.

Di kesempatan yang sama, T20 Lead Chair Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menjelaskan DM paling potensial membebani sistem kesehatan, perekonomian, dan berdampak besar pada kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat. Sebanyak 422 juta orang di seluruh dunia telah menderita DM dan mayoritas tinggal di negara berpenghasilan menengah ke bawah.

"Prevalensi DM global pada tahun 2030 yang diperkirakan mencapai 578 juta orang dan akan meningkat 700 juta orang di tahun 2045. Padahal sebelum mencapai kondisi diabetes tubuh manusia telah memberikan sinyal, pre-diabetes diperkirakan mencapai 370 juta orang dan akan meningkat di 2045," jelasnya.

Sehingga perlunya pemahaman lebih baik tentang pre-diabetes sesungguhnya yang dapat membantu identifikasi dan intervensi dini untuk mengurangi jumlah individu yang sampai DM tipe 2.

"Dengan kesadaran masyarakat akan memperkuat dasar strategi kesehatan global yang efektif untuk promosikan skrining dan intervensi dini pre-diabetes," pungkasnya. (OL-13)

Baca Juga: Jemaah Haji Indonesia yang Alami Gejala Kelainan Jantung Harap Segera Lapor

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat