Cuti Melahirkan Penting untuk Optimalisasi Pemberian ASI Eksklusif
![Cuti Melahirkan Penting untuk Optimalisasi Pemberian ASI Eksklusif](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/08/794544c20b8f0736c0f896754e0e92b8.png)
KETUA Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Naomi Esthernita, mengatakan bahwa dibanding pemberian ASI yang dipompa atau didinginkan, pemberian ASI secara langsung jauh lebih baik, dalam segi nutrisi dan manfaat bagi sang ibu. Oleh karena itu, pihaknya menilai cuti melahirkan adalah hal yang penting untuk memastikan optimalisasi ASI.
“Di Indonesia, cuti melahirkan itu ada 6 bulan, dengan 3 bulan pertama gaji 100%, dan 3 bulan selanjutnya hanya 75%, dalam ILO Convention, hak cuti bagi ibu melahirkan itu sebenarnya 18 minggu dengan gaji 100%. Dan saat ini, hanya 11% negara yang mengikuti standar rekomendasi ini.” ujar dr. Naomi di Jakarta, Sabtu (6/8).
Baca juga: Cegah Stunting dengan ASI Eksklusif
Tiap tahun, dunia merayakan pekan ASI sedunia yang jatuh pada 1-7 Agustus. Perayaan ini bertujuan untuk mendorong aktivitas menyusui demi kesehatan bayi di seluruh dunia.
Hadir pada kesempatan itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, dr. Brian Sri Prahastuti mengatakan persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif dalam tiga tahun terakhir menurun.
Brian menyampaikan, jumlah bayi yang mendapat ASI Ekslusif di 2019 sekitar 65,8 persen. Namun jumlah tersebut menurun di 2021 menjadi 52,5 persen dari 2,3 juta bayi berusia enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Brian juga menekankan pentingnya dukungan untuk ibu menyusui, salah satunya yakni memberikan ruang laktasi di tempat-tempat umum.
Di Indonesia, peraturan mengenai ruang laktasi sudah diatur dalam pasal 128 Undang Undang No.39 tahun 2009, mengenai kewajiban pemerintah dalam menyediakan fasilitas berupa ruang dan waktu bagi ibu dalam melakukan aktivitas laktasi. Dengan berbagai syarat berupa ventilasi yang memadai dan bersih, bebas dari populasi.
Ketua IDAI, dr. Piprim Basarah yang turut hadir dalam kesempatan itu mengatakan pihaknya juga turut mendukung pemenuhan ASI eksklusif ini dapat tercapai.
"Di klinik yang baru buka, biasanya tidak akan diberi izin kalau tidak ada ruang laktasi yang layak. Memang belum semua tempat ada, tapi kita bersama semua stakeholder akan mengusahakan ini bisa kita berikan.” imbuhnya.
Ia juga menyoroti pentingnya dukungan dari keluarga diberikan kepada ibu yang menyusui, salah satunya ketika ASI belum lancar keluar beberapa waktu setelah melahirkan. Dia juga mengingatkan kepada tenaga kesehatan untuk mengutamakan pemberian ASI eksklusif sebagai prioritas.
"Kuncinya adalah kesabaran semua pihak pada hari-hari pertama kehidupan bayi. Karena di situ kalau sudah kemasukan susu formula, bayinya kenyang menyedotnya lemah, kalau nyedotnya lemah ASI produksinya semakin seret," katanya. (Ant/OL-6)
Terkini Lainnya
Edukasi Manajemen Laktasi Optimalkan Pemberian ASI Eksklusif
Survei Kopmas: 39% Ibu Tidak Berikan ASI Eksklusif
Kenapa Stunting?
Fakta ASI Eksklusif, Satu-Satunya Sumber Nutrisi Selama 6 Bulan Pertama Kehidupan
Seberapa Petingnya Sih ASI untuk Bayi? Simak Artikel Berikut Ini!
Negara Juga Berperan Mendukung Program ASI Eksklusif
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap