visitaaponce.com

Memahami Unsur Intrinsik dan Ektrinsik dalam Sebuah Cerpen

MEMAHAMI unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam sebuah cerpen dinilai sangat penting. Kedua unsur tersebut secara umum saling mempengaruhi atau berkesinambungan membantu terbentuknya suatu karya sastra dan mempermudah pemahaman karya sastra. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian cerpen adalah kisahan pendek, memiliki kesan tunggal yang biasanya dipusatkan pada satu tokoh dalam satu situasi cerita.

Baca juga: DPP KNPI Dorong Percepatan Penanggulangan Wabah PMK

Cerpen disebut juga sebagai salah satu prosa atau karangan fiksi yang isinya hanya berfokus pada satu permasalahan atau konflik saja. Hal ini dikutip dari modul Bahasa Indonesia Kelas XI oleh Sumiati, M.Pd.

Karya sastra seperti cerpen, novel, dan dongeng memiliki unsur pembentuk dan pembangunnya. Unsur-unsur yang berperan dalam pembentukan cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Lantas, apa yang dimaksud dengan kedua unsur tersebut? Berikut adalah penjelasan lengkap dari kedua unsur tersebut yaitu, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik .

1. Unsur Instrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam cerpen. Unsur intrinsik adalah unsur penting yang tidak boleh dilewatkan dalam karya sastra. Komponen-komponennya terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.

a. Tema 
Tema biasanya tidak dijelaskan dalam sebuah cerpen. Anda harus membaca terlebih dahulu alur cerita sehingga mengenali rangkaian peristiwa di dalamnya. 

Tema adalah gagasan dasar yang menjadi latar belakang keseluruhan cerita. Tema bisa bersifat umum misalnya mengangkat permasalahan di lingkungan, pengalaman pribadi penulis, tema pendidikan, sejarah, dan masih banyak lagi.

b.  Tokoh dan penokohan
Salah satu aspek penting dalam membangun sebuat cerita fiksi, termasuk cerita pendek ialah tokoh atau pelaku. Ketika membaca atau menganalisis sebuah cerpen, kita kerap mempertanyakan “siapa tokoh pelakunya” atau “peristiwa yang terjadi menimpa siapa”. Individu rekaan yang mengalami peristiwa di dalam cerita disebut tokoh.

Tokoh dalam sebuah cerita terbagi menjadi dua, yakni tokoh utama atau sentral dan tokoh bawahan. Tokoh utama atau protagonis memegang peranan penting dalam sebuah cerita.

Kemudian terdapat kriteria khusus untuk menentukan tokoh utama. Apakah frekuensi kemunculan tokoh menentukan? Jawabannya tidak. Kriteria khusus untuk menentukan tokoh utama, yakni terlihat dari intensitas keterlibatan tokoh dalam berbagai peristiwa yang dibangun.

Unsur penokohan yang digunakan penulis berfungsi melukiskan apa yang dilihat, dipikirkan, didengar, dialami, dan dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Berkaitan dengan penokohan, penciptaan citra tokoh dan penyajian watak tokoh menjadi ciri utama penokohan.

Bisa dikatakan bahwa penokohan merupakan gambaran atau pelukisan yang jelas mengenai seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penggambaran tokoh dalam cerita umumnya bersifat masuk akal dan logis sehingga terasa seperti benar-benar terjadi.

Ada beberapa cara yang digunakan penulis untuk menggambarkan setiap tokoh dalam ceritanya. Beragam cara yang digunakan dapat membantu pembaca menganalisis unsur-unsur penokohan dalam cerita. Penggambaran penokohan dilakukan dengan beragam cara sebagai berikut:

- Melalui perilaku atau gerak-gerik tokoh yang bersangkutan
- Melalui dialog antartokoh yang bersangkutan
- Sifat-sifat yang digambarkan oleh penulis
- Pelukisan lingkungan tempat tinggal tokoh, seperti tempat belajar, kamar, kolong jembatan, dan sebagainya
- Berbagai pandangan tokoh lain mengenai perilaku dan sikap tokoh yang bersangkutan

c. Alur

Cerpen biasanya memakai alur maju. Alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Alur dibagi menjadi alur maju, mundur, dan alur campuran. 

Rangkaian peristiwa dalam alur diawali dengan perkenalan tokoh atau cerita, konflik, penyelesaian, dan keputusan. Dalam sebuah alur adalah konflik yang muncul bersamaan dengan tokoh. Konflik adalah permasalahan yang terjadi pada tokoh utama. Konflik ini mengakibatkan pertentangan antar tokoh utama dengan tokoh lain.

d. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah segi pandang penulis sebagai pengamat di luar cerita. Pengarang bisa memakai kata ganti orang ketiga untuk menceritakan peristiwa atau tokoh utama. Pengarang bisa mengganti tokoh utama dengan sebutan aku yang memakai kata ganti pertama. 

e. Gaya Bahasa 
Gaya bahasa berguna untuk menciptakan nada atau suasana persuasif. Gaya bahasa ini memperlihatkan dialog dan interaksi antar tokoh. Penulis perlu memakai bahasa yang cermat untuk menceritakan suasana dan imajinasi pembaca.

f.  Latar 
Latar biasanya berhubungan dengan suasana, waktu, dan tempat terjadinya cerita. Dalam novel akan dijelaskan dimana, kapan, dan bagaimana penggambaran suasana tokoh dalam lingkungannya. Latar dalam cerita bisa berupa imajinasi atau faktual. Latar ini dipakai untuk memperkuat keyakinan pembaca dalam jalannya sebuah cerita. 

g. Amanat atau Pesan

Pesan biasanya disampaikan oleh penulis pada pembaca tentang nilai moral dalam sebuah cerpen. Amanat ini berupa perbuatan baik akan mengalahkan perbuatan jahat. 

Amanat dalam cerpen bisa disampaikan secara tersembunyi (implisit) atau eksplisit (tersurat). Pesan bisa juga disampaikan dalam bentuk ucapan antar tokoh. Amanat ini bisa dipahami oleh pembaca melalui serangkaian peristiwa yang disajikan.

Contoh Unsur Intrinsik:

- Umumnya cerpen memakai kata bersifat deskriptif untuk menggambarkan karakter antar tokoh, tempat dan suasana. Contoh kalimat deskriptif yaitu, segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang. Bahkan, kamarnya sekarang sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang, teratur rapi dan tertata dengan baik.

- Setiap kalimat memakai fungsi keterangan waktu. Contoh kata yang memakai keterangan waktu yaitu ketika itu, telah terjadi, beberapa tahun yang lalu. 

- Cerpen juga memakai kata kerja untuk menggambarkan perasaan karakter antar tokoh. Contoh kata kerja banyak dipakai dalam cerpen yaitu menginginkan, merasakan, mengalami, mengharapkan, mendambakan, dan masih banyak lagi. 

- Percakapan dialog dalam cerpen memakai tanda petik ganda dan kata kerja. Fungsi tanda petik untuk untuk membedakan antara kalimat biasa dengan dialog secara langsung antar tokoh. Contohnya percakapan dialog yaitu: “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani. "Mereka pergi kemana?" tanya ibu pada adik. Alam berkata,“Jangan diam saja, segera temui orang itu!” “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani pada temannya

- Kata kerja yang dipakai secara tidak langsung menceritakan perkataan tokoh atau pengarah. Contoh kata kerja yaitu mengatakan, bahwa, mengungkapkan, menuturkan, menanyakan, menyatakan.

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang ada berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung bisa mempengaruhi sebuah karya sastra. Menurut Nurgiyantoro, unsur ini berasal dari luar cerita.

Meski demikian unsur ekstrinsik bisa mempengaruhi isi dan jalan cerita. Mengutip dari buku Bahasa Indonesia 1, ditulis oleh Yohanni Johns dan Robyn Stokes unsur ekstrinsik disampaikan dari latar belakang orang atau masyarakat yang diceritakan. Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, keadaan lingkungan pengarang, subjektivitas pengarang, dan keadaan psikologi. 

Unsur ekstrinsik bisa berhubungan dengan nilai moral, budaya, dan agama yang dianut masyarakat. Unsur ini bisa menjelaskan informasi terkait pengarang yang berpengaruh. Ciri khas unsur ekstrinsik terdapat pada penggambaran pemikiran, budaya, dan latar belakang dari pengarang. Berikut penjelasan tentang bagian unsur ekstrinsik:

a. Latar Belakang Masyarakat 
Latar belakang masyarakat bisa terdiri dari ideologi negara kondisi politik, kondisi sosial, dan kondisi ekonomi.

b.  Latar Belakang Penulis 
Unsur ekstrinsik berupa latar belakang penulis seperti riwayat hidup, kondisi psikologis, dan aliran sastra. 

c. Nilai yang Terkandung 
Dalam sebuah cerpen mengandung nilai penting seperti nilai agama, nilai sosial, dan nilai moral.

Contoh unsur ekstrinsik. Berikut ini ada contoh dari unsur-unsur ekstrinsik:

a. Latar Belakang Hak Cipta

Biografi Penulis
Kisah hidup seorang penulis adalah biografi seorang penulis secara keseluruhan. Kisah hidup penulis cerita pendek akan sangat mempengaruhi cara berpikir dan cara pandangnya.

Cerita yang ditulis oleh penulis biasanya terinspirasi oleh pengalaman hidup yang beragam. Dan seringkali gaya bahasa dalam sebuah cerita pendek juga tergantung pada kisah hidup penulis cerita pendek itu.

Hak Cipta Kondisi Psikologis
Dalam hal ini, keadaan psikologis dipahami sebagai motivasi atau mood penulis cerita pendek saat membuat. Keadaan psikologis penulis berkaitan erat dengan produktivitasnya, sehingga mempengaruhi isi cerita yang dibuat.

Misalnya, ketika seorang penulis mengalami masalah dengan cinta dalam kehidupan nyata, sangat mungkin bahwa cerita yang dibuat akan terkait dengan perasaannya, misalnya, sedih, bahagia, jahat, dan sebagainya.

Penulis Aliran Sastra
Bagi penulis, gaya sastra dianggap sebagai “agama”, sehingga sangat mempengaruhi pembuatan karya mereka.

Setiap penulis memiliki aliran sastra sendiri. Inilah yang mempengaruhi gaya penulisan dan genre cerita pendek yang biasanya dipakai penulis di setiap karyanya.

b. Latar Belakang Komunitas

Ideologi negara
Ideologi republik, termasuk cerita, dapat memengaruhi karya sastra. Setiap negara dengan ideologi yang berbeda akan menciptakan karya sastra yang berbeda.

Kondisi politik negara
Karya-karya sastra juga dipengaruhi oleh kondisi politik di negara ini. Misalnya, ketika kerusuhan politik terjadi di suatu negara selama periode waktu tertentu, karya sastra yang dibuat oleh penulis akan berbeda.

Kondisi ekonomi negara
Seperti halnya kondisi politik, kondisi ekonomi di suatu negara juga dapat memengaruhi karya sastra, termasuk cerita pendek.

Kondisi sosial negara
Situasi sosial negara ini juga merupakan faktor yang mempengaruhi karya sastra yang dibuat oleh penulis cerpen. Seringkali, penulis cerita terinspirasi oleh apa yang mereka lihat dalam kehidupan sosial sehari-hari.

c. Norma Dalam Masyarakat

- Nilai-nilai agama

Banyak hal baik terkandung dalam nilai-nilai agama, yang kemudian mengilhami penciptaan cerita pendek. Misalnya, sebuah kisah kecil yang menceritakan kisah pertobatan setelah mempelajari dan menerima agama.

Nilai sosial
Cerita juga sering terinspirasi oleh nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Misalnya, sebuah cerita pendek yang menceritakan tentang bagaimana karakter berinteraksi sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia.

Nilai Moral
Selain itu, moralitas dikaitkan dengan moralitas dan etika yang berlaku di masyarakat. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam masyarakat juga dapat berfungsi sebagai inspirasi untuk membuat cerita pendek.

Nilai Budaya
Penulis cerpen sering terinspirasi oleh nilai-nilai budaya, tradisi, atau adat istiadat yang berlaku di wilayah tertentu. Misalnya, cerita pendek yang menceritakan tokoh utama dalam cerita yang berasal dari suku tertentu dan berbagai adat dan kebiasaan.

Semoga dengan materi yang sudah dibahas melalui artikel ini dapat memberikan pemahamaan dan manfaat untuk sahabat pembaca semua. (OL-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat