visitaaponce.com

Indeks Pembangunan Literasi di Indonesia Terus Meningkat

Indeks Pembangunan Literasi di Indonesia Terus Meningkat
Potret sejumlah anak menyimak cerita dari pendongeng.(Antara)

INDEKS pembangunan literasi masyarakat Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu diungkapkan  Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Joko Santoso.

"Perpusnas melakukan pengukuran sendiri, jadi ada namanya indeks pembangunan literasi masyarakat, ada juga tingkat gemar membaca," jelasnya, Kamis (8/9).

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa indeks tingkat gemar membaca masyarakat meningkat dari 55,74 pada 2020, kemudian menjadi 59,52 pada 2021. Ditargetkan pada 2024, indeks gemar membaca mencapai 71,3.

Baca juga: Globalisasi dan Tantangan Budaya di Ruang Digital

Sementara itu, indeks pembangunan literasi masyarakat naik dari 12,93 pada 2020, menjadi 13,54 pada 2021, dengan target mencapai angka 15 pada 2024. Menurutnya, tingkat literasi dan kegemaran membaca masyarakat memengaruhi kemampuan dalam mengelola kehidupan.

"Mengapa? Karena mereka tidak dibekali dengan kecakapan yang wajib, yang menjadi syarat sukses di tengah pasar tenaga kerja. Jadi ada korelasi antara pendidikan, literasi dan tingkat kemiskinan," tutur Joko.

"Berdasarkan data, akibat kurangnya literasi secara global kerugiannya mencapai US$1,5 triliun per tahun. Untuk itu, penguatan literasi jadi suatu keharusan, karena menjadi alat ampuh dalam mengatasi kemiskinan," imbuhnya.

Baca juga: Perpustakaan dan Gerakan (Kebudayaan) Literasi yang Mulia

Upaya peningkatan literasi masyarakat mencakup peningkatan frekuensi membaca, kunjungan ke perpustakaan, hingga akses internet untuk pengetahuan. Perpusnas pun melaksanakan program perpustakaan berbasis inklusi sosial, yang memungkinkan warga ntuk mengembangkan potensi. 

"Program perpustakaan berbasis inklusi sosial sudah mencakup 2.500 desa di kabupaten/kota dan akan terus diperluas," kata Joko.

Selain itu, Perpuspas berupaya menambah koleksi bahan bacaan. Jumlah bacaan yang tersedia secara nasional sebanyak 28 juta eksemplar, atau satu bahan bacaan tersedia untuk 19 orang. Menurut standar UNESCO, semestinya ada satu bahan bacaan untuk dua orang.(OL-11)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat