visitaaponce.com

Tingginya Pernikahan Anak Menyebabkan Tingginya Angka Perceraian

Tingginya Pernikahan Anak Menyebabkan Tingginya Angka Perceraian
Pernikahan.(Ilustrasi)

TINGGINYA penikahan anak memicu angka percerian yang tinggi juga, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 sekitar 54.894 atau 9,24% dispensasi pernikahan anak. 

Di tahun yang sama terdapat 447.743 kasus perceraian, angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sekitar 291.677 kasus.

Baca juga: Transisi Menuju Endemi, Epidemiolog: Prokes Harus Tetap Dijalankan

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menilai tingginya angka perceraian meningkat karena banyak faktor salah satunya pernikahan anak yang dipaksakan.

Sejak 2015 akselerasi tajam pada kasus perceraian ini fakta jadi kalau dibangun dari isu kesehatan mental dan analisis dan mental emosional disorder meningkat," kata Hasto

Kemudian anak muda yang dihadapi dengan realita pernikahan tidak sesuai dengan harapan yang dibayangkan maka berujung pada penggunaan obat terlarang, imbasnya pada kesehatan mental ditambah dengan pendidikan rendah.

Isu lain juga perlu diperhatikan seperti pernikahan anak yang banyak berujung dengan perceraian. Kurangnya edukasi, kematangan karakter dan dipaksa mengemban tanggung jawab keluarga.

"Membangun keluarga merupakan tantangan cukup besar dan angka perceraian yang meningkat itu merupakan masalah. Sasaran kita untuk dibina adalah anak muda karena anak muda yang harus dibina untuk perencanaan," ujar Hasto.

Isu lainnya yang harus dilakukan antisipasi dan pebinaan adalah anak muda lebih rentan mengalami stres karena sering menyendiri di kamar, bahkan karena media sosial, dan masalah lainnta. Menurut Hasto anak muda saat ini masih banyak yang membangun ego sendiri dan dampak lebih parah bisa menjadi gangguan kejiwaan.

Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODGJ) pada 2013 sekitar 1,7 per 1.000 dan sekarang 7 per 1.000 sehingga ini menandakan bahwa lingkungan kita semakin tidak sehat. Tingkat stres bisa juga karena manajemen risiko seseorang yang tidak matang.

"Kita mengangkat isu yang general seperti perubahan karakter mental emosional dan isu tentang kesehatan mental mungkin masuknya ke sana dan imbasnya perceraian meningkatkan," pungkasnya. (OL-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat