Tingginya Pernikahan Anak Menyebabkan Tingginya Angka Perceraian
![Tingginya Pernikahan Anak Menyebabkan Tingginya Angka Perceraian](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/10/8400a5b61c3c7506001af1d22a79764e.png)
TINGGINYA penikahan anak memicu angka percerian yang tinggi juga, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 sekitar 54.894 atau 9,24% dispensasi pernikahan anak.
Di tahun yang sama terdapat 447.743 kasus perceraian, angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sekitar 291.677 kasus.
Baca juga: Transisi Menuju Endemi, Epidemiolog: Prokes Harus Tetap Dijalankan
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menilai tingginya angka perceraian meningkat karena banyak faktor salah satunya pernikahan anak yang dipaksakan.
Sejak 2015 akselerasi tajam pada kasus perceraian ini fakta jadi kalau dibangun dari isu kesehatan mental dan analisis dan mental emosional disorder meningkat," kata Hasto
Kemudian anak muda yang dihadapi dengan realita pernikahan tidak sesuai dengan harapan yang dibayangkan maka berujung pada penggunaan obat terlarang, imbasnya pada kesehatan mental ditambah dengan pendidikan rendah.
Isu lain juga perlu diperhatikan seperti pernikahan anak yang banyak berujung dengan perceraian. Kurangnya edukasi, kematangan karakter dan dipaksa mengemban tanggung jawab keluarga.
"Membangun keluarga merupakan tantangan cukup besar dan angka perceraian yang meningkat itu merupakan masalah. Sasaran kita untuk dibina adalah anak muda karena anak muda yang harus dibina untuk perencanaan," ujar Hasto.
Isu lainnya yang harus dilakukan antisipasi dan pebinaan adalah anak muda lebih rentan mengalami stres karena sering menyendiri di kamar, bahkan karena media sosial, dan masalah lainnta. Menurut Hasto anak muda saat ini masih banyak yang membangun ego sendiri dan dampak lebih parah bisa menjadi gangguan kejiwaan.
Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODGJ) pada 2013 sekitar 1,7 per 1.000 dan sekarang 7 per 1.000 sehingga ini menandakan bahwa lingkungan kita semakin tidak sehat. Tingkat stres bisa juga karena manajemen risiko seseorang yang tidak matang.
"Kita mengangkat isu yang general seperti perubahan karakter mental emosional dan isu tentang kesehatan mental mungkin masuknya ke sana dan imbasnya perceraian meningkatkan," pungkasnya. (OL-6)
Terkini Lainnya
Kasus Perceraian di Depok Meningkat, 70 Persen karena Judi Online dan Pinjol
70 Persen Penyebab Perceraian di Depok Adalah Judi Online dan Pinjol
Korban Judi Online, Polisi Digugat Cerai Istri
Anda Berencana Menikah? Ini Beberapa Hal yang Harus Anda Perhatikan
Perceraian Sebabkan Fenomena Fatherless
Panduan untuk Membangun Hubungan yang Kuat Setelah Perceraian
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap