Dilarang Beri Antibiotik kepada Anak Demam tanpa Indikasi
![Dilarang Beri Antibiotik kepada Anak Demam tanpa Indikasi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/10/15743c807ae78e9daa59267f8c55e2b4.jpg)
ORANGTUA dilarang langsung memberikan antibiotik kepada anak yang demam tanpa ada indikasi. Penggunaan antibiotik tidak rasional akan mengganggu perkembangan sistem imun.
Dokter spesialis anak konsultan alergi imunologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Molly Dumakuri Oktarina, Sp.A(K), mengungkapkan hal itu. "Kita harus hati-hati dan waspada dalam penggunaan antibiotik. Apalagi akhir-akhir ini di negara India ada fenomena superbugs. Jadi bakteri-bakteri itu sudah resisten terhadap penggunaan
antibiotik," ujar dia dalam webinar Bicara Gizi, Rabu (26/10).
Molly mengatakan, pemberian antibiotik tak rasional misalnya tidak sesuai indikasi, durasi, dosis dapat mengganggu pertumbuhan atau perkembangan sistem imun tubuh dan perkembangan otak anak. "Kalau sistem imun terganggu, akan mengganggu perkembangan otak," kata dia.
Menurut Molly, antibiotik akan merusak struktur mikrobiota komensal atau makhluk hidup yang tidak bersifat merugikan bahkan membunuhnya. Dampak lain pada tubuh akibat penggunaan antibiotik tak rasional yakni resistensi terhadap jenis antibiotik tertentu.
Umumnya, petugas kesehatan meresepkan antibiotik pada kondisi infeksi yang sudah terkonfirmasi akibat bakteri berdasarkan hasil pemeriksaan. Mereka memberikan antibiotik berdasarkan indikasi, dosis yang disesuaikan dengan berat badan, usia, gejala anak untuk mengatasi gejala infeksi tertentu.
Pada infeksi bakteri yang tidak begitu berat, pemberian antibiotik tidak akan lama, yakni lima sampai tujuh hari. "Kalau pemberiannya sesuai maka tidak akan mengganggu keragaman, jumlah mikrobiota di dalam usus, sehingga tak akan mengganggu daya tahan tubuh anak. Setelahnya, mikrobiota yang didapat dari makanan sehari-hari akan ada lagi," ujar Molly.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada kasus resistensi antibiotik, infeksi seperti pneumonia, TBC, dan penyakit bawaan makanan dapat menjadi lebih sulit, dan terkadang tidak mungkin untuk diobati karena antibiotik menjadi kurang efektif. Menurut mereka, karena antibiotik dapat dibeli untuk penggunaan manusia atau hewan tanpa resep, munculnya dan penyebaran resistensi menjadi lebih buruk. Demikian pula, di negara-negara tanpa pedoman pengobatan standar, antibiotik sering diresepkan secara berlebihan oleh petugas kesehatan dan dokter hewan dan digunakan secara berlebihan oleh masyarakat. (Ant/OL-14)
Terkini Lainnya
Joe Biden Sebut Putusan Mahkamah Agung Terhadap Donald Trump sebagai “Preseden Berbahaya”
Donald Trump Rayakan Keputusan Imunitas Presiden
Mahkamah Agung Beri Imunitas Sebagian kepada Donald Trump dalam Kasus Pemalsuan Pemilu
Jangan Pandang Ringan Efek Samping Alergi Obat
Kalsium dan DHA Pengaruhi Sel Imun Ibu Hamil
Imunitas masih Rendah, Bahaya Malaria masih Intai Anak
Judi Online Mengancam Kualitas Bonus Demografi
FM7 Resort Hotel Hadirkan Kid’s Challenges untuk Anak-Anak
Pencegahan Judi Online terhadap Anak Harus Segera Dilakukan
Anak Bertanya tentang Kasus Kekerasan, Menteri PPPA Menjawab
6 Cara Mengajarkan Kesabaran pada Anak
25 Rekomendasi Film Indonesia untuk Anak, Bisa Menjadi Inspirasi dan Edukasi
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap