visitaaponce.com

Kantor Cabang Disdik IX Jawa Barat Rangkul Budayawan, Perkuat Literasi Siswa

Kantor Cabang Disdik IX Jawa Barat Rangkul Budayawan, Perkuat Literasi Siswa
Seorang budayawan berbicara di depan siswa SMA di lingkungan Kantor Cabang Dinas Pendidikan IX Jawa Barat(MI/BAYU ANGGORO)

DINAS Pendidikan Jawa Barat melalui Cabang  Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah IX Jabar berinovasi untuk menumbuhkan geliat literasi di sekolah. Salah satunya, dengan menggandeng budayawan lokal atau praktisi lainnya agar perserta didik kian menyenangi budaya membaca dan menulis.

Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan wilayah IX Provinsi Jawa
Barat Hj Dewi Nurhulaela mengatakan, di era serba digital ini budaya literasi, khususnya membaca dan menulis di kalangan siswa cenderung terkikis. Padahal budaya literasi sendiri sangat erat kaitannya dengan pelajar yang dituntut membaca, menulis hingga mendengarkan untuk mengembangkan wawasan.

Namun dewasa ini, seiring kemajuan teknologi sesuatu hal yang bersifat
visual lebih digandrungi disandingkan membaca atau menulis. Berkaca dari fenomena tersebut, maka Cadisdik Wilayah IX Jabar melibatkan budayawan lokal yang notabene sebagai praktisi untuk menumbuhkan semangat literasi peserta didik.

"Karena budayawan itu memiliki ciri dan karakter saat mengekspresikan
ide dan gagasannya. Ini nilai jualnya. sehingga siswa tidak jenuh serta
bosan dalam menerima penyampaian materinya," ujar Dewi.

Dia menyampaikan, tujuan menggandeng budayawan maupun praktisi literasi
tersebut agar lingkungan pendidikan menjadi basis yang sangat strategis
untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis. Upaya tersebut salah
satunya telah dilaksanakan SMAN 1 Maja Kabupaten Majalengka sebagai
sekolah pilot project yang juga mengobarkan semangat literasi dengan
melibatkan budayawan.

"Kita harapkan nantinya pola dan strategi semacam ini dapat ditiru dan
diikuti oleh sekolah lainnya. Karena selain di SMAN 1 Maja ini beberapa
sekolah lainnya juga memiliki program gerakan literasi di sekolah,"
jelas Dewi.

Bicara soal Program Literasi Sekolah, dia menjelaskan, ada sejumlah
kegiatan yang diikuti peserta didik secara berkala. Setiap kelas
mulai dari kelas X hingga XII memiliki forum yang akan menjadi agen
untuk menularkan semangat literasi kepada rekan-rekannya di sekolah.

Adapun program literasi yang digulirkan itu meliputi harian, mingguan,
bulanan dan setiap satu semester. Untuk program harian, peserta didik
membaca buku-buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai di kelas
masing-masing dan menjadwalkan kegiatan literasi bagi setiap kelas di
Pojok Literasi. Program mingguan, menjadwalkan kegiatan literasi bagi
setiap kelas di lapangan secara massal.

Sementara program bulanan mengadakan kegiatan membaca buku di dalam
kelas masing-masing dan menuliskannya dalam pohon literasi, serta mengadakan kegiatan literasi di perpustakan sekolah.

"Untuk program semesteran, mereka mengadakan lomba membuat pohon literasi antarkelas, mengadakan kegiatan bedah buku atau talk show dengan menampilkan nara sumber penulis dan sekaligus budayawan lokal," katanya.

Dengan program terukur secara berkala tersebut, Dewi menilai, kini sudah banyak peserta didik yang mulai mengobarkan semangat literasi. Seperti yang terjadi di SMAN 1 Maja, Kabupaten Majalengka. Beberapa
peserta didik mulai berani untuk membuat karya tulis.

Adapun karya yang dibuat oleh siswa, di antaranya majalah dengan nama
"Jejak" yang mengupas mulai dari tokoh-tokoh besar asal Majalengka,
cerita pendek, urban legend lokal, puisi hingga tempat wisata. Ada pula
"Dingdong Magazine", dengan rubrik yang serupa. Kedua majalah tersebut memuat karya tulis dari peserta didik.

"Seiring berjalannya waktu dan terus belajar, saya yakin pasti karya-karya ke depan akan semakin jauh lebih baik dan bermanfaat," harap
Dewi.


Memperluas wawasan


Sementara itu, Budayawan sekaligus penulis asal Majalengka Oom Somara de Uci menuturkan banyak manfaat yang diperoleh melalui membaca. Pasalnya, dapat meningkatkan dan memperluas wawasan dan pengetahuan.

"Juga cakrawala tentang beragam informasi yang hadir saat ini maupun
di masa lalu. Ini dapat menunjang sumber ilmu pengetahuan," katanya.

Selain membaca, dia melanjutkan, menulis merupakan kegiatan yang sangat
bermanfaat untuk mempertajam daya analisisa terhadap suatu persoalan.
Dengan menulis pula, otak akan semakin terasah dan akhirnya memiliki pemikiran yang tajam dan kritis terhadap beragam persoalan.

"Menulis juga akan membuat ilmu pengetahuan kita semakin bertambah,
karena orang menulis pasti rajin membaca. Oleh karena itu, mari kita
tumbuhkan budaya membaca dan menulis di kalangan pelajar dan itu mutlak
dilakukan tanpa alasan apapun," katanya.


Berpikir kritis

 

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi mengatakan, peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa tidak hanya dituntut pintar dalam
bidang pelajaran. Di sisi lain, diperlukan kemampuan berpikir kritis
guna membantu dalam mengambil keputusan. Untuk mencapai itu, maka perlu
adanya budaya literasi yang baik.

"Agar terwujud sebuah bangsa yang maju, maka secara historis itu
harus didukung dengan tingkat literasi yang tinggi. Itu merupakan salah
satu faktornya. Karena melalui semangat literasi itu dapat mengasah
kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi," tambahnya.

Menurut dia, dengan adanya budaya atau tradisi literasi yang baik maka
akan membawa kemajuan baik secara individu, masyarakat maupun bangsa.

Karena itu, Dedi mendukung jika ada komunitas maupun kelompok yang
menggelorakan semangat literasi di sekolah. "Literasi ini bukan sekadar kemampuan membaca atau menulis, tapi lebih dari itu. Literasi ini luas, berkaitan dengan setiap individu untuk memaksimalkan potensi dan keterampilannya," tandasnya. (N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat