Secara Global, Kanker Paru Masih Penyebab Pertama Kematian
PENYAKIT kanker paru-paru adalah suatu kondisi ketika sel atau jaringan dari lapisan saluran napas telah berubah menjadi sangat besar dan memperbanyak diri sehingga menyebabkan gangguan fungsi dari paru sebagai organ pertukaran udara di dalam tubuh.
Karenanya, sangat penting untuk mengetahui penyebab kanker paru sekaligus mewaspadai gejala kanker paru dan menghindarinya bagi masyarakat yang mencintai hidup sehat.
Selain disebabkan oleh kebiasaan merokok aktif ataupun pasif yaitu terpapar senyawa beracun dari asap rokok atau zat kimia aktif dari lingkungan sekitar, timbulnya kanker paru dapat disebabkan oleh riwayat keluarga penderita kanker paru.
Di stadium awal, penyakit ini tidak memiliki gejala, namun keluhan dan rasa sakit mulai timbul saat sel kanker paru mulai bertambah besar dan menyebar di jaringan organ paru dan sekitarnya yang ditandai dengan batuk kronis, batuk berdarah, nyeri dada dan penurunan berat badan secara signifikan.
Secara global, kanker paru merupakan penyebab pertama kematian akibat kanker pada pria dan penyebab kedua kematian akibat kanker pada wanita.
Kanker Paru-paru menempati urutan ke tiga kasus terbanyak yaitu 8,8 persen setelah kanker payudara (16,6 persen) dan kanker serviks (9,2 persen).
Baca juga: Kanker Paru Stadium Awal Kerap tidak Nampak
November sebagai bulan kesadaran masyarakat akan momentum tentang penyakit kanker paru paru, tim dokter spesialis penyakit kanker dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi turut mengingatkan agar masyarakat senantiasa rutin melakukan hidup sehat dan deteksi dini akan penyakit kanker meskipun penyakit ini dapat diobati dan dapat disembuhkan dengan menyesuaikan tingkat stadium yang dialami penderita.
Pengobatan dan Pencegahan Kanker Paru-paru
Dokter Spesialis Paru-paru dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Dr. dr. Achmad Mulawarman J, Sp.P(K)., mengatakan bahwa kanker paru-paru bisa diobati dengan berbagai cara namun dengan meninjau dari kondisi penderita dan tingkat keparahan penyakit kanker.
Dijelaskan Achmad Mulawarman, penanganan utama terhadap kanker paru-paru stadium awal melalui tindakan operasi. Jika kanker telah mencapai stadium lanjut, maka penanganan dapat dilakukan dengan radioterapi dan kemoterapi.
"Keberadaan Kanker paru ini umum tidak memiliki gejala namun akan timbul jika sel kanker telah menyebar luas di jaringan organ paru dan sekitarnya. Pencegahan terbaik adalah berhenti merokok bagi yang merokok atau menghindari asap rokok bagi yang tidak merokok," ungkap Dokter Spesialis Paru-paru dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Dr. dr. Achmad Mulawarman J, Sp.P(K) di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Rabu (9/11).
"Bagi seseorang yang berisiko terkena kanker paru-paru, pemeriksaan rutin sebaiknya dilakukan. Selain itu, disarankan untuk berolahraga secara rutin dan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang," ungkap dr. Achmad.
Tanda dan gejala kanker paru meliputi
Batuk yang berkelanjutan dan tak kunjung sembuh, sesak nafas, batuk berdarah, nyeri pada bagian rasa dan kerap terkena infeksi paru, sering merasa letih dan kehilangan berat badan secara signifikan.
Dr. dr. Achmad Mulawarman J, Sp.P(K)., menjelaskan akan penatalaksanaan pilihan pada kanker paru adalah tindakan operatif yang dikombinasi dengan terapi lainnya, seperti radioterapi dan kemoterapi, yang juga memiliki peran paliatif dan sitoreduksi.
"Penatalaksanaan kanker paru disesuaikan dengan jenis kanker paru utama yaitu non small cell lung cancer (NSCLC) atau small cell lung cancer (SCLC) dan tujuan pengobatan pada pasien kanker berupa kuratif, paliatif, dan suportif", imbuh Achmad Mulawarman.
Jenis Kanker Paru-paru
Berdasarkan perkembangannya, kanker paru-paru dapat terbagi dalam dua jenis, yaitu:
• Kanker paru-paru non-small cell (NSCLC )
Kanker paru-paru jenis ini merupakan yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 87% dari seluruh kasus kanker paru-paru. Jenis ini memiliki tiga tipe utama, yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan large-cell carcinoma.
• Kanker paru-paru small cell
Kanker paru-paru jenis ini jarang terjadi. Berbeda dengan kanker paru-paru non-small cell, kanker paru-paru small-cell dapat menyebar dengan sangat cepat. Sebagian besar kasus kanker paru jenis ini disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Tindakan Operatif
Tindakan operatif merupakan pilihan utama pada kanker paru NSCLC stadium I atau II, terutama pada pasien dengan sisa cadangan parenkim paru yang adekuat. Tindakan operatif umumnya dilakukan dengan reseksi paru setelah kemoterapi neoadjuvan.
Penyebaran sel kanker yang luas pada intratoraks menjadi pedoman pilihan prosedur operasi yang akan dilakukan. Lobektomi ataupun pneumonektomi tetap menjadi terapi operatif standar, di mana segmentektomi atau reseksi sleeve dapat menjadi pilihan pada kondisi tertentu.
Pasien kanker paru dengan stadium IIIb dan IV tidak direkomendasikan untuk menjalani terapi operatif, namun diberikan combined modality therapy yaitu dengan terapi gabungan radiasi dan kemoterapi.
Radioterapi
Radioterapi biasanya diberikan pada kasus yang inoperable dengan tujuan pengobatan kuratif. Radioterapi juga dapat berperan sebagai terapi ajuvan ataupun paliatif pada kanker paru yang berlokasi di bronkus yang dapat memberikan penekanan di daerah vaskular.
Radioterapi dengan tujuan kuratif dapat diberikan dengan dosis paruh dan terbukti berhasil memperpanjang kesintasan sampai 20% terutama pada pasien usia lanjut yang menderita kanker paru stadium I, maupun pada pasien dengan komorbid yang menyulitkan untuk dilakukan operasi, atau pasien yang menolak dioperasi.[32,33]
Pemberian radioterapi preoperasi sangat dianjurkan untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga mempermudah reseksi yang lebih komplit terutama pada kanker paru stadium III dengan pancoast tumor.
Sementara itu, pemberian radioterapi pada pasien kanker paru yang telah mengalami invasi sel kanker ke kelenjar getah bening regional (N1-2) biasanya diberikan radioterapi pasca operasi. Beberapa efek samping yang paling sering terjadi pasca radioterapi adalah disfagia, yang disebabkan oleh esofagitis pasca radiasi.
Kemoterapi
Prinsip pemberian kemoterapi adalah pemberian sitostatika akan sangat efektif pada sel yang bermitosis dengan fase proliferatif yang tinggi.
Dosis obat sitostatika pada kemoterapi harus diberikan secara optimal dan sesuai dengan jadwal pemberian yang telah disesuaikan, kecuali jika pemberian sitostatika akan lebih membahayakan jiwa seperti pada pasien kanker paru dengan keadaan umum yang memburuk. (RO/OlL-09)
Terkini Lainnya
Awasi Minum Obat Penderita TB, PPTI Denpasar Luncurkan Aplikasi Senter
Berbahaya, Ini Efek Samping Pemakaian Asbes Terhadap Kesehatan
Perokok Indonesia Bertambah, Kanker Paru Meningkat
Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru Hingga 20 Kali Lipat Baik untuk Perokok Aktif Maupun Pasif
Kalbe Luncurkan Obat Kanker Paru Terbaru, Serplulimab
Perokok Pasif Punya Risiko Kena Kanker Paru hingga 4 Kali Lipat
Korea Selatan Perintahkan Dokter yang Mogok kembali Bekerja
Masuk UGM Lewat SNBT, Persaingan Terketat Ternyata bukan di Prodi Kedokteran
Kabupaten Indramayu Jalankan Program Dokter Masuk Desa
Wakil Indonesia Jadi Pembicara Tamu Kehormatan dalam Profound Health Summit 2024 di Inggris
Tingkatkan Pendidikan Kedokteran, Holding RS BUMN Bersinergi dengan IJN Malaysia
DPR Minta Mobilisasi Dokter Asing Diatur Ketat
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap