visitaaponce.com

Perokok Indonesia Bertambah, Kanker Paru Meningkat

Perokok Indonesia Bertambah, Kanker Paru Meningkat
Dr. Wong Siew We Konsultan Senior dan Onkologi Medis dari Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura(MI/NAVIANDRI)

GLOBAL Global Burden of Cancer Study mencatat kasus dan kematian karena kanker di Indonesia meningkat hingga 8,8%. Kanker paru merupakan salah satu dari tiga jenis kanker yang paling umum diderita oleh pasien di Indonesia.

Pada 2020 tercatat ada 34.783 kasus kanker paru, dengan angka kematian yang meningkat hingga 18% dibandingkan 2018.

"Mengingat pentingnya masyarakat mengetahui bahaya kanker paru-paru berbagi informasi mengenai peran pemeriksaan dini pada penyakit kanker paru-paru dan pengobatan terbaru terus dikembangkan dan mesti diketahui Masyarakat," kata Dr Wong Siew We, Konsultan Senior dan
Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura, di Bandung.

Baca juga : Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru Hingga 20 Kali Lipat Baik untuk Perokok Aktif Maupun Pasif

Menurut Wong, kasus kanker paru di Singapura telah mengalami
penurunan sejak 30 tahun terakhir. Namun di Indonesia, kasusnya justru
meningkat, khususnya pada pria.

Ini disebabkan karena jumlah perokok juga meningkat, khususnya perokok muda, belum lagi dari paparan lain, seperti asap rumah tangga juga beresiko. "Demi menekan kasus kanker paru, saya menyarankan agar pemerintah Indonesia memperketat peredaran rokok secara umum," paparnya.

Di Indonesia peredaran rokok mudah diakses, bahkan anak-anak bisa membelinya. Di Singapura, rokok jauh lebih mahal dibanding di Indonesia, hingga 6 kali lipat mahalnya. Pajak untuk rokok juga ditinggikan, sehingga susah untuk didapat.

Baca juga : Ini Tiga Kelompok yang Perlu Skrining Kanker Paru

Terkait fenomena perokok banyak yang berpindah menggunakan rokok
elektrik atau vape. Wong menilai hal itu bukanlah suatu solusi
untuk terhindari dari kasus kanker paru.

Itu malah menggantikan masalah dengan masalah lainnya. Masifnya penggunaan vape saat ini lantaran produk tersebut memiliki banyak varian rasa yang bisa dipilih sesuai selera para konsumennya.

"Tidak ada panduan yang menerangkan bahwa vape ini sebagai pengganti
yang lebih aman dari rokok. Ini misinformasi dari kalangan anak muda,
kalangan perokok," tegasnya.

Baca juga : Belajar dari Negara Lain Turunkan Perokok Anak

Wong menyarankan, bagi para perokok yang menghabiskan 1 bungkus selama
20 tahun, untuk melakukan screening Low-dose CT Scan. Jika didapati
stadium pertamanya lebih awal, itu akan lebih mudah diobati. Tidak
disarankan X-Ray itu nanti sudah telat saat ketahuan.

"Memang, sering diperiksa dengan CT Scan juga itu tidak baik. Jadi tetap disarankan tidak merokok sejak muda, kalaupun sudah maka diberhentikan," tandasnya.

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat