visitaaponce.com

Media Indonesia Asah Kemampuan Wartawan Lewat Uji Kompetensi

Media Indonesia Asah Kemampuan Wartawan Lewat Uji Kompetensi
Direktur Pemberitaan Media Indonesia Ade Alawi(MI/Susanto)

MEDIA Indonesia kembali melakukan uji kompetensi wartawan (UKW) bagi wartawannya. Uji kompetensi yang dilakukan Lembaga Uji Kompetensi Media Indonesia ini menjadi suatu gebrakan karena Media Indonesia bisa menjadi media yang mandiri dalam memperkuat keterampilan dan wawasan wartawannya.

Hal itu dikatakan oleh Direktur Pemberitaan Media Indonesia Ade Alawi melalui sambutannya pada Workshop Lembaga Uji Kompetensi Media Indonesia secara virtual.

"Alhamdulillah, Media Indonesia kini sudah dapat melaksanakan UKW (Uji Kompetensi Wartawan) secara mandiri. Ini menunjukkan bahwa Media Indonesia sudah terjamin sebagai media yang independen," kata Ade dalam workshop bertajuk Pentingnya Uji Kompetensi Wartawan di Era Digital itu, Senin (19/12).

Ade melanjutkan, UKW menjadi alat untuk menjamin para pekerja media menjalankan tugas-tugas sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Karya jurnalistik wartawan yang berkompeten akan dapat melindungi masyarakat dari dampak buruk hoaks.

UKW yang kali ini diselenggarakan adalah UKW tingkat muda angkatan kedua dengan jumlah peserta sebanyak sekitar 25 orang yang terdiri dari wartawan Media Indonesia sebanyak 13 orang dan sisanya adalah wartawan Lampung Post, Medcom.id, dan MetroTv.

Redaktur Media Indonesia Eko Suprihatno menjadi pembicara pertama dengan tema penulisan feature bertajuk Menulis Feature Mudah dan Menyenangkan.

Baca juga: Prof. Subroto, Tokoh Minyak Lintas Zaman Berpulang

Menulis dengan gaya feature menurutnya tak mudah dilakukan. Sebabnya, dalam menulis feature diuji kepekaan jurnalis untuk membaca situasi dan menerjemahkannya dalam bentuk tulisan. Untuk itu, akan lebih baik penulisan feature dilakukan wartawan yang menghadiri langsung suatu peristiwa atau berada di tempat kejadian perkara.

Gaya bertutur sangat dianjurkan dalam penulisan ini. Penulisan feature, kata Eko, tak jarang lebih efektif dalam menyampaikan informasi kepada pembaca dibandingkan gaya penulisan berita pada umumnya. Meskipun demikian, dalam feature harus tetap memiliki koridor 5W+1H atau what, who, when, why, where, dan how yang dalam bahasa Indonesia, feature tetap dapat berisi informasi yang menjawab unsur pertanyaan apa, siapa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana.

"Bahasanya bertutur. Dalam kalimat feature menggunakan kalimat kiasan yang mampu menggugah perasaan pembaca. Dalma feature tidak lupa unsurnya adalah human interest," jelas Eko.

Pembicara lainnya dalam workshop tersebut yakni anggota Dewan Redaksi Media Grup Abdul Kohar dengan tema Taat Kode Etik Jurnalistik di Era Digital.

Kohar menuturkan berita tidak tertinggal dalam era digital. Di tengah masifnya arus informasi baik itu benar maupun palsu di media sosial, justru berita menjadi 'counter'.

"Informasi dan berita itu berbeda. Informasi adalah pesan yang disampaikan dan belum terkonfirmasi kebenarannya. Sementara itu berita adalah informasi berikut data yang sudah terkonfirmasi kebenarannya serta memuat dari dua sisi," ujarnya.

Untuk itu, justru kehadiran pemberitaan dari media resmi menjadi penting untuk melawan hoaks maupun pemberitaan palsu bagi masyarakat. (OL-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat