visitaaponce.com

Program PMM UKI 2022 Lahirkan Mahasiswa Penjaga Keberagaman Budaya Nusantara

Program PMM UKI 2022 Lahirkan Mahasiswa Penjaga Keberagaman Budaya Nusantara
Festival Budaya program Mahasiswa Merdeka Universitas Kristen Indonesia (PMM UKI) tahun 2022(dok.UKI)

PROGRAM Pertukaran Mahasiswa Merdeka Universitas Kristen Indonesia (PMM UKI) tahun 2022 melahirkan generasi mahasiswa penjaga nilai keberagaman. Melalui Festival Budaya kali ini, sebanyak 22 perwakilan perguran tinggi program PMM mengkampanyekan kebergaman budaya adalah cara menjaga keutuhan negara.

Koordinator PMM UKI, dosen Fakultas Keguruan UKI, Ngia Masta, S.Pd., M.Si., menyatakan para mahasiswa peserta PMM telah belajar bagaimana menjadi pemimpin di tengah perbedaan mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Selama 1 (satu) semester Ngia menceritakan, Mahasiswa peserta PMM mampu menyuarakan beberagaman budaya Indonesia. Bagi Ngia, apa yang telah didapat mahasiswa inilah nantinya yang akan menjaga dan merawat negara.

“Sia-sia jika kita hanya mampu di bidang akademik saja tapi tidak bisa menerima perbedaan suku, agama. Maka negara ini tidak akan ada dan semuanya itu akan sia-sia nantinya,” ujar Ngia seperti dilansir dari keterangan tertulisnya, Senin (16/1/2023).

Festival Budaya Kontribusi Sosial mahasiswa PMM UKI 2022 ini mendapat sambutan baik dari Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudriset) Republik Indonesia. Bahkan Kemendikbudriset terdengar memuji UKI sebagai tuan rumah PMM.

“Makna menjadi tuan rumah dalam program PMM adalah perguruan tinggi telah merobohkan semua sekat-sekat atas nama kelompok ilmu pengetahuan,” ujar Koordinator Kuangan PMM 2, Dewi Dini.

Perempuan yang akrab disapa Dewi ini juga menjelaskan, bahwa selama ini dunia perguruan tinggi ada sekat dan terkesan sombong. Dia mengibaratkan selama ini perguran tinggi berjalan hanya pada satu lorong saja.

“Sekat-sekat itu membuat kita dipaksa berpikir dalam satu lorong. Satu lorong keilmuan saja dan terkesan sombong untuk tidak menggubris keilmuan lainnya,” katanya.

Sekat-sekat itu, kata Dewi melanjutkan, pernah membuat perguran tinggi jarang berpikir out of the box. Sehingga jarang sekali muncul ide-ide brilian dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.

“Maka robohnya sekat-sekat tersebutlah yang menjadikan kita lebih inklusif terhadap berbagai pandangan keilmuan. Serta merangsang kita untuk berpkir lebih kreatif untuk mencari solusi atas permasalahan yang kita hadapi. Inilah kita sebut dalam bahasa kementerian sebagai Kampus Merdeka,” kata Dewi menerangkan.

Perlu diketahui mahasiswa PMM yang ada di UKI merupakan bagian dari 12.285 mahasiswa PMM dari 400-an perguruan tinggi pada 138 perguruan tinggi di luar pulau Jawa.

Festival Budaya Kontribusi Sosial ini selain dihadiri Jajaran Rektorat dan Dekanat UKI, juga turut mengundang warga sekitar Kampus UKI dan berbagi kasih bersama Panti Asuhan Rumah Suyatim Fadilah Islam. (OL-13)

Baca Juga: Program Pertukaran Budaya Politeknik Sahid Gandeng Shinhan University Korea

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat