visitaaponce.com

Wisata Kesehatan Indonesia dan Kebijakan 3 Kementerian

Wisata Kesehatan Indonesia dan Kebijakan 3 Kementerian
Niko Azhari Hidayat – Dosen FTMM UNAIR, Founder Medicaltourism.id(DOK. PRIBADI)

SANDIAGA Salahudin Uno, Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif menyatakan mendukung stakeholder yang memiliki inisiatif pengembangan Wisata Kesehatan di Indonesia. Hal tersebut dikatakannya pada International Webinar, Global Health Tourism Strategy yang diinisiasi startup dari Inkubator Universitas Airlangga, Medicaltourism.id.

Wisata kesehatan bukanlah sesuatu hal yang baru. Wisata kesehatan kuno telah ada pada 4000 tahun Sebelum Masehi ketika bangsa Sumeria membangun kompleks kesehatan berbentuk candi di sekitar mata air kolam panas yang mengalir.

Sejarah mencatat pada Zaman Perunggu (sekitar 2000 SM), suku perbukitan di tempat yang sekarang dikenal sebagai St. Moritz, Swiss, mengakui manfaat kesehatan dari minum dan mandi di mata air mineral yang kaya zat besi. Gelas minum perunggu yang mereka gunakan ditemukan di mata air panas di Prancis dan Jerman, menandakan adanya ziarah kesehatan dalam budaya ini.

Orang Yunani Kuno adalah yang pertama meletakkan dasar jaringan pariwisata medis yang komprehensif. Untuk menghormati dewa pengobatan mereka, Asclepius, orang Yunani mendirikan Kuil Asclepia, yang menjadi salah satu pusat kesehatan pertama di dunia. Orang dari segala penjuru dunia pergi ke kuil-kuil ini untuk mencari obat.

Program wisata kesehatan di Indonesia memerlukan dukungan aspek regulasi yang berpihak pada keberlanjutan program hexahelix untuk Pelayanan Wisata Kesehatan Nasional. Permenkes No.76/2015 tentang Pelayanan Wisata Kesehatan sudah pernah disinggung kelemahannya oleh Menteri Kesehatan beberapa waktu lalu. Kelemahan PMK ini adalah nuansa permintaan untuk market pasien luar negeri.

Kemudian batasan hanya rumah sakit tipe A dan tipe B yang berhak mendapatkan Penetapan sebagai RS dengan Pelayanan Wisata Medis di Indonesia juga menjadi penghambat tumbuhnya Iklim Layanan Wisata Kesehatan. Belum lagi, sosialisasi syarat–prasyarat pengajuan RS untuk layanan Wisata Kesehatan dinilai masih kurang, termasuk syarat harus berakreditasi (Nasional tingkat Paripurna), dan memiliki dokumen kerja sama dengan Biro Perjalanan Wisata yang memiliki pemandu wisata medik.

Untuk menaungi pengembangan wisata kesehatan dibentuklah Indonesian Health Tourism Board (IHTB) yang diinisiasi Kementerian Bidang Kemaritiman dan Investasi. Ini diharapkan meminimalisasi ketidakpercayaan masyarakat pada institusi medis diIndonesia dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

Pengembangan wisata kesehatan di Indonesia, nampaknya perlu dorongan secara disruptif. Salah satunya melalui startup dengan digitalisasi menjadi lini utama pergerakannya. Pada penciptaan semangat pergerakannya, bila pemerintah menggunakan Tagline Recover Together – Recover Stronger, bila dengan konsep yang Agile akan mengubahnya menjadi Recover Together, Standup Stronger, Grow Faster, dimana setelah sembuh (dari pandemi), bangsa ini terbukti tangguh, lalu tiba saatnya untuk kembali tumbuh (perekonomian) lebih cepat.  

Harapan agar masyarakat Indonesia lebih persisten dalam persepsi bahwa jika berobat di Indonesia saja (#DiIndonesiaAja) nampaknya perlu ada 1 elemen utama pendorong dari unsur Hexahelix, yakni akademisi yang paham strategi bisnis profesional dan area industri. Kesiapan digitalisasi juga menjadi unsur penting dalam pengembangan Wisata Kesehatan. Medical Tourism Indonesia (Medicaltourism.id) menjadi jawaban strategi digital layanan wisata Kesehatan di Indonesia.(H-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat