visitaaponce.com

Fasli Jalal Terima Gelar Profesor Kehormatan dari Tiongkok

Fasli Jalal Terima Gelar Profesor Kehormatan dari Tiongkok
Rektor Universitas Yarsi Fasli Jalal.(MI)

REKTOR Universitas Yarsi, Prof dr Fasli Jalal dianugerahi gelar profesor kehormatan dari Fujian Normal University, Tiongkok atas kontribusinya dalam bidang pendidikan dan pertukaran budaya antar Indonesia dan Tiongkok. Mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu merupakan pionir yang mendorong diselenggarakannya pendidikan bahasa Mandarin di Indonesia setelah berakhirnya masa Orde Baru.

"Gelar Profesor Kehormatan merupakan gelar yang sangat amat cocok untuk Prof Fasli. Karena kontribusi luar biasanya bagi pendidikan dan pertukaran budaya antara Indonesia dan Tiongkok memiliki yang tidak ternilai," ujar Ketua Perkumpulan Alumni Fujian Normal University Yongki Saimun dalam keterangannya, Jumat (24/2).

Presiden Fujian Normal University Prof. Wang Changping menyampaikan apresiasi atas penganugerahan tersebut. Menurutnya kontribusi Prof. Fasli sangat besar bagi perkembangan bahasa Mandarin di Indonesia.

Izinkan kami segenap sivitas akademika Fujian Normal University mengucapkan selamat atas penganugerahan ini dan terima kasih atas kerja sama yang ada

"Prof. Fasli sejak 2010 saat menjabat sebagai Wakil Menteri bahkan sebelumnya terus memberi kontribusi luar biasa bahkan tidak ternilai harganya. Merupakan hal yang luar biasa untuk kontribusi kedua negara, terutama dalam pendirian 6 pusat bahasa Mandarin di Indonesia," ucapnya.

Dia berharap ke depan kerja sama kedua negara di sektor pendidikan dan lainnya bisa terus diperkuat. Indonesia dan Tiongkok merupakan negara besar yang saling membutuhkan satu sama lain.

Sementara itu, Prof. Fasli menerangkan bahwa pada masa Orde Baru hubungan Indonesia dan Tiongkok memang renggang. Kepentingan politik pada masa itu menyebabkan bahasa dan budaya Tionghoa di Indonesia tidak bisa berkembang. Padahal dari perjalanan sejarah, nenek moyang orang Indonesia mempunyai mempunyai hubungan yang dekat dengan Tiongkok. Bahkan banyak keturunan Tionghoa yang sudah menjadi warga negara Indonesia.

"Jadi waktu itu kan sebelum Pak Harto berakhir sebetulnya hubungan dagang sudah dimulai, walaupun hubungan diplomatik belum. Jadi hubungan dagang ini membuka banyak kerja sama," terangnya.

Meningkatkannya hubungan kerja sama kedua negara mendorong perlunya pembelajaran bahasa Mandarin. Mengingat banyak orang Tiongkok juga tidak cakap menggunakan bahasa Inggris.

Prof Fasli yang saat itu menjabat Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda pun mengusulkan kepada pemerintah untuk membuka kursus bahasa Mandarin setelah 32 tahun vakum. Presiden Gus Dur pada saat itu ternyata juga sangat mendukung sehingga upaya untuk mengembalikan memori masa lalu bisa dimulai lagi.

"Batch pertama (kursus) itu hanya 400 orang, kemudian berkembang sampai dalam 10 tahun itu kita bisa menaikkan dari 400 menjadi 18 ribu per tahun," ucapnya.

Saat ini, pelajaran bahasa Mandarin tidak hanya hadir di Universitas tetapi hingga ke sekolah menengah. Tiongkok pun menjadi mitra strategis Indonesia dalam berbagai bidang, secara khusus untuk sektor pendidikan dengan banyaknya beasiswa untuk mahasiswa Indonesia.

Dengan gelar Profesor Kehormatan, Prof. Fasli mengatakan bahwa hal itu selaras dengan jabatan akademiknya. Sehingga ke depan dirinya juga menjadi bagian dari Fujian Normal University untuk memberi perkuliahan atau pembicara dalam seminar internasional di Tiongkok.(H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat