visitaaponce.com

Teknologi Tingkatkan Angka Survival Penyakit Jantung Bawaan

Teknologi Tingkatkan Angka Survival Penyakit Jantung Bawaan 
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K).(Ist)

TAHUKAH bahwa 80.000 bayi per tahunnya lahir dan mengalami penyakit jantung bawaan (PJB) sekitar 25% di antaranya membutuhkan penanganan serius pada usia pertamanya.

PJB adalah penyakit jantung yang telah ada sejak lahir akibat kelainan pada organ/ struktur jantung termasuk ruang jantung, dinding jantung, dan katup jantung.

Hal ini dapat disebabkan karena malnutrisi, konsumsi obat-obatan tertentu atau infeksi yang dialami selama masa kehamilan.

Gejala yang sering dijumpai adalah warna kulit (kaki, tangan, bibir) yang kebiruan, sesak napas, berat badan yang sulit naik, infeksi batuk demam yang berulang dan kesulitan menyusui/ menyusui terputus-putus.

“Sebanyak 50% dari penderita penyakit jantung bawaan di Indonesia datang dengan keadaan yang sudah terlambat," kata dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K) yang sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dalam keterangan pers, Senin (27/2).

"Misalnya, karena mengabaikan tanda, pertimbangan biaya dan tidak meratanya sebaran fasilitas dan informasi tentang PJB, sehingga banyak kasus PJB yang tidak tertangani dengan baik,” jelas dr. Radityo.

Baca juga: Baru 1.200 Puskesmas Sediakan Layanan Skrining Jantung

Bersama dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang intervensi kardiologi anak, untuk beberapa kasus, pasien PJB kini tidak lagi mengalami operasi atau pembedahan terbuka.

Namun dengan tatalaksana prosedur intervensi menggunakan kateter – non bedah, dimana penanganan tersebut sudah dapat ditangani oleh tim dokter di Heartology Cardiovascular Center.

“Fakta dan sekaligus kabar baik untuk kita semua, karena teknologi pada tatalaksana penanganan pasien PJB sudah semakin maju dan berkembang," katanya.

"Sehingga jika dibandingkan dengan tahun 90an atau 1 dekade terakhir menunjukan, angka survival (hidup) pasien PJB meningkat 30%,” tambah dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K) Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Konsultan Kardiologi Pediatrik.

Beberapa kasus yang dapat dilakukan intervensi non-bedah, adalah PDA (Patent Ductus Arteriosus) yaitu kondisi di mana pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri paru tetap terbuka.

Kemudian lubang ditutup menggunakan device ADO (Amplatzer Ductal Occluder) dan ASD (Atrial Septal Defect) merupakan kondisi dimana terdapat lubang serambi jantung yang mengakibatkan aliran darah menjadi tidak normal yang kemudian ditutup dengan device ASO (Amplatzer Septal Occluder).

Kedua prosedur ini dilakukan oleh tim spesialis jantung dan pembuluh darah, yaitu dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K) dan dr. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K).

dr. Radityo menjelaskan bahwa tindakan intervensi kateter ini dapat dilakukan dengan metode zero flouroscopy (tanpa radiasi). dr. Ario menambahkan, bahwa prosedur ini menggunakan bantuan imaging murni dari ekokardiografi.

Karena seperti yang kita ketahui, bahwa radiasi dapat menimbulkan efek jangka panjang untuk pasien, dokter dan tim laboratorium kateterisasi.

Intervensi non-bedah pada PJB menggunakan kateter, memiliki beberapa keuntungan di antaranya risiko atau komplikasi relatif lebih rendah.

Masa rawat di rumah sakit dan waktu pemulihan yang lebih singkat, serta biaya yang lebih murah, selain itu, waktu pengerjaan tindakan juga lebih singkat. Penanganan PJB yang tepat, dapat meningkatkan 3 tiga usia harapan hidup pasien.
  
Tentang Heartology Cardiovascular Center

"Heartology adalah cardiovascular center yang berfokus pada diagnostik, intervensi, bedah jantung dan pembuluh darah, serta aritmia," kata dr.Radiyo.

Filosofi “Advanced. Uncompromised” merupakan komitmen Heartology dalam menyediakan layanan kardiovaskular dewasa dan anak, berbasis teknologi mutakhir dan tim dokter berpengalaman untuk memberikan layanan paripurna.

Sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan khusus, Heartology diperkuat oleh tim dokter spesialis dengan subspesialisasi, yang ahli dan berpengalaman dibidang kardiovaskular serta ditunjang oleh fasilitas yang modern.

"Perpaduan tim dokter dan teknologi ini akan memberikan hasil klinis lebih baik, opsi penanganan jantung sesuai kebutuhan pasien, efektiftivitas biaya dan pemulihan lebih cepat," terangnya. (RO/OL-09) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat