visitaaponce.com

Pengunaan Celana Ketat Bisa Pengaruhi Kualitas Sperma

Pengunaan Celana Ketat Bisa Pengaruhi Kualitas Sperma
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis andrologi dan seksologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Silvia W Lestari mengatakan pemakaian celana yang ketat dan berbahan keras dapat mempengaruhi kualitas sperma pada pria.

"Karena dia letaknya di luar, ada pengaruh dari penggunaan pakaian yang ketat, pakaian dalamkah atau celana panjang dari bahan yang keras seperti jeans," ucapnya dalam diskusi tentang faktor sperma pada infertilitas pria, dikutip Kamis (30/3).

Silvia menambahkan penggunaan celana yang ketat dapat menekan organ reproduksi pria, sehingga mempengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan. 

Baca juga: Semua Kontrasepsi Hormonal Berpotensi Meningkatkan Risiko Kanker Payudara

Ia melanjutkan gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga tidak dianjurkan karena dapat mempengaruhi kualitas sperma.

Di samping itu juga ada beberapa olahraga yang tidak disarankan untuk dilakukan karena mempengaruhi kesehatan organ reproduksi pria.

"Biasanya selain sepeda juga tidak dianjurkan melakukan olahraga yang meningkatkan beban perut, seperti sit up atau angkat beban. Jadi, yang aman adalah jalan, lari, atau berenang," ucap Silvia.

Baca juga: Masa Reproduksi Terbaik Perempuan: Usia 33 Tahun

Untuk menjaga kualitas sperma tetap baik, pria sebaiknya mengonsumsi makanan yang bergizi dan juga mengandung protein tinggi serta mengandung antioksidan. Makanan tersebut bisa berupa ikan, ayam, telur, dan sayur serta buah-buahan.

Namun, pengolahan dari makanan tersebut juga perlu diperhatikan karena kualitas sperma juga berpengaruh pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti tidak digoreng atau tidak dibakar.

"Dianjurkan pengolahannya direbus, dipepes (kukus), dibuat sup atau ditumis, itu akan menghasilkan sel benih sperma dan DNA yang utuh dan bisa menghamili," katanya.  

Silvia mengatakan kualitas sperma tidak bisa dilihat dari kasat mata, jadi harus diperiksa menggunakan mikroskop. Karena, tanpa sadar, gangguan hormon utamanya pada pria tidak bisa dideteksi tanpa analisa sperma.

Bagi pasangan suami istri yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya memperbaiki pola hidup dan melalukan pemeriksaan sedini mungkin agar bisa diobati jika ada gangguan hormon reproduksinya.

"Perbaikan sperma akan terjadi dalam waktu 3-6 bulan, bersamaan dengan istri dan dokter obgyn apakah ada endometriosis atau PCOS, jadi yang dilakukan peningkatan kualitas sperma, peningkatan kualitas sel telur, dan penyakit penyerta yang bisa mempengaruhi kualitas telur atau embrio nantinya," kata Silvia.

Pria juga bisa melakukan pemeriksaan hormon reproduksinya sedini mungkin bahkan sebelum menikah dengan memperhatikan jika testis kecil atau hanya satu dan tanda-tanda rambut yang tumbuh sedikit karena kadar testosteron yang minim. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat