visitaaponce.com

Menkes Dorong Ibu Menjadi Dokter Keluarga, Gaungkan Gerakan Promotif Kesehatan

Menkes Dorong Ibu Menjadi Dokter Keluarga, Gaungkan Gerakan Promotif Kesehatan
Seorang ibu memeriksakan anaknya ke Posyandu(Antara/Harviyan Perdana Putra)

IBU memiliki peran penting dalam melakukan upaya promotif kesehatan. Karenanya, Kementerian Kesehatan berencana untuk membuat gerakan ibu sebagai dokter keluarga. Artinya, ibu menjadi pintu utama penanganan kesehatan di masyarakat.

"Ada ide yang lebih baik kalau mau bikin reformasi kesehatan yang lebih hebat lagi di primary care. Kita jadikan ibu sebagai dokter keluarga nomor satu. Karena dalam pengamatan saya, ibu itu by nature yang selalu peduli dan mengurus keluarga saat sakit," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Jumat (31/3).

Selama ini, kata Budi, penanganan kesehatan promotif dan preventif dilakukan oleh Puskesmas atau Posyandu. Dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama itu ia menyebut manajemen kesehatan menjadi tersentralisir dan eksklusif.

Baca juga : Ini Delapan Zat Gizi yang Harus Dipenuhi Ibu Hamil

Namun, dengan menjadikan ibu sebagai dokter keluarga, manajemen kesehatan masyarakat bisa diperluas menjadi sebuah gerakan masif yang kemudian mampu menekan beban kesehatan.

Budi membeberkan gambaran, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendorong peran ibu menjadi dokter keluarga ialah dengan memberikan pengetahuan dasar soal penanganan penyakit yang bisa dilakukan di rumah dengan bimbingan dari dokter Posyandu.

Baca juga : WHO: Anak dan Remaja yang Sehat tidak Perlu Vaksin Covid-19

"Yang dasar-dasar saja, misalnya bagaimana menangani anak panas. Informasi itu kemudian disebarkan lewat WhatsApp group dari Posyandu yang di dalamnya ada dokternya. Jadi di jam berapapun bisa ditanya, penanganan pertama apa yang bisa dilakukan pada berbagai gejala penyakit seperti diare, demam," beber dia.

Budi melanjutkan, selain penanganan pertama yang tepat untuk mengatasi penyakit, hal terpenting dalam membangun trasnformasi kesehatan ialah dengan menciptakan masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan.

"Dari sisi anggaran, program kita banyak yang kuratif, kita menyembuhkan orang sakit. Saya mencoba merenung, kenapa ya Kemenkes memilih jalan itu? Ya, tapi tidak ada salahnya juga. Dokter dididik puluhan tahun untuk menyembuhkan orang sakit," tutur Budi.

"Tapi sebenarnya filosofi kesehatan itu bagaimana membuat masyarakat stay healthy. Dari situ saya berpikir untuk membuat program bagaimana agar masyarakat tetap sehat," imbuh dia.

Untuk menumbuhkan kesadaran di masyarakat akan pentingnya kesehatan, tidak bisa menggunakan pendekatan klinis. Budi menegaskan pendekatan promosi kesehatan harus dilakukan secara sosiologis. Pasalnya, yang menjadi kunci ialah bagaimana merangkul sebanyak-banyaknya masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat.

"Secara sosiologis kita lakukan reformasi kesehatan dari masyarakat untuk masyarakat. Kalau paradigmanya digeser ke sana konsep transformasi kesehatan akan berjalan sukses," pungkas dia.

Seperti diketahui, sejak menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Budi telah menginisiasi adanya transformasi di bidang kesehatan. Ia telah menetapkan enam jenis trasnformasi yang akan dilakukan. Yakni transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiataan kesehatan, SDM kesehatan dan teknologi kesehatan. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat