Ini Kondisi Darurat yang Bisa Dialami Anak Saat Mudik Menggunakan Pesawat
KETUA Unit Kerja Koordinasi (UKK) Emergensi dan Rawat Intensif Anak (ERIA) Ririe Fachrina Malisie meminta agar orangtua lebih menyadari beberapa kondisi darurat (emergency) yang mungkin terjadi pada anak saat mudik menggunakan pesawat terbang.
"Jangan menyangka, 'Oh, kalau naik pesawat aman, deh'. Belum tentu. Jadi modalitas mudik ini yang mungkin banyak akan dipakai oleh masyarakat awam juga bisa menyebabkan hal emergensi," kata Ririe, dikutip Kamis (6/4).
Apabila bayi dan anak dalam kondisi tidak prima, termasuk mengalami batuk dan pilek yang agak berat hingga kesulitan bernapas, Ririe mengingatkan agar orangtua waspada.
Baca juga: Dokter Anak Ingatkan Agar Bayi tidak Diajak Mudik dengan Sepeda Motor
Pengaruh ketinggian terhadap kondisi oksigen dalam tubuh, jelasnya, akan menimbulkan atau berdampak emergensi salah satunya yaitu hipoksia atau kekurangan oksigen.
"Apabila anaknya sejatinya sudah mulai kurang sehat, batuk pileknya sudah rada-rada berat, hidung mampet, sementara dia sudah kesulitan untuk menghirup oksigen, misalnya, kemudian dibawa dengan perjalanan jauh mungkin 4 sampai 6 jam apalagi berbelas jam, itu kita harus waspada terhadap terjadinya hipoksia," kata dia.
Ririe menjelaskan kekurangan oksigen dapat menyebabkan napas menjadi berkurang atau bahkan meningkat.
Baca juga: Jelang Arus Mudik, Dishub Bekasi Lakukan Inspeksi Kelaiakan Angkutan Bus
Kadar oksigen yang sangat kurang juga bisa menimbulkan gejala kejang-kejang. Kondisi ini perlu diwaspadai mengingat fasilitas emergensi yang ada di dalam pesawat terbaras.
Dia juga mengingatkan orangtua yang membawa bayi, terutama di bawah usia 3 bulan, harus memiliki persiapan khusus sebelum melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat. Apalagi mengingat adanya penurunan saturasi oksigen saat berada di dalam pesawat.
Selain hipoksia, kondisi lain yang perlu diwaspadai yaitu sindrom dysbarism yang terjadi akibat perubahan tekanan di sekitar tubuh saat berada pada ketinggian.
Kondisi ini, kata Ririe, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di saluran cerna, seperti rasa kembung hingga mendadak muntah.
Beberapa anak yang sudah memiliki gangguan pada tuba eustachi atau saluran di telinga juga harus waspada saat memutuskan untuk menggunakan transportasi udara.
Menurut Ririe, biasanya anak pada kasus tersebut akan mengalami keluhan nyeri telinga pada saat pesawat lepas landas maupun saat mendarat. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Orangtua Harus Tahu Cara Mengatasi Migrain pada Anak
Orangtua Diingatkan Isi Liburan Anak dengan Aktivitas Riil
Ada Luka Memar di Tubuh Balita yang Tewas Diduga Dianiaya Orangtua
Dear Orangtua, Kenali Gejala dan Dampak dari Gangguan Anak Alergi Susu Sapi
MPASI Buatan Sendiri Dipastikan Lebih Baik Dibandingkan yang Dijual di Pinggir Jalan
Kewaspadaan Orangtua Kunci Keberhasilan Penanganan DBD pada Anak
Jemaah An Nadzir di Sulsel Kembali Lebaran Idul Adha Lebih Awal
Ombudsman Beberkan Karut Marut Program Mudik Gratis
Jelang Idul Adha, Harga Daging dan Beras mulai Mahal
Gula Pasir Langka di Depok
Inflasi Lebaran 2024 Jadi yang Terendah dalam 3 Tahun Terakhir
Cara Bikin Kue Nastar yang Empuk dan Enak, Cocok untuk Lebaran
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap