visitaaponce.com

Ayah Bunda, Yuk Dukung Pembentukan Kemampuan Fondasi pada Anak Usia Dini

Ayah Bunda, Yuk Dukung Pembentukan Kemampuan Fondasi pada Anak Usia Dini
Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan menjadi fokus utama dari program Merdeka Belajar Episode ke-24.(Ist)

TRANSISI Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD) yang menyenangkan menjadi fokus utama dari program Merdeka Belajar Episode ke-24, yang akan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2023/2024.

Didasarkan pada miskonsepsi tentang baca, tulis, hitung (calistung) pada pendidikan anak usia dini dan SD, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menerapkan sejumlah kebijakan. 

Pertama, menghilangkan tes calistung dari proses penerimaan peserta didik. Kedua, menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama (di PAUD dan SD).

Baca juga: Penghapusan Tes Calistung Masuk SD Untuk Hasilkan Transisi Pendidikan yang Menyenangkan

Ketiga, menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak, yang sudah dapat dilakukan sejak anak berada di PAUD hingga ia berada di SD kelas awal.

Pada prinsipnya, kemampuan fondasi adalah kemampuan dasar atau inti yang penting dimiliki anak usia dini yang akan menjadi modal agar mereka siap memasuki tahapan pendidikan dasar.

Enam Kemampuan Fondasi Penting dari Anak

Kemendikbudristek menekankan enam kemampuan fondasi yang penting dimiliki anak, yaitu: a) mengenal nilai agama dan budi pekerti; b) keterampilan sosial dan bahasa; c) kematangan emosi; d) kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar; e) pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri; f) pemaknaan terhadap belajar yang positif. 

Baca juga: Setelah Hapus Syarat Calistung, Kemendikbud Mesti Perbaiki Buku Teks SD

Orang tua memiliki peran penting dalam pembentukan kemampuan fondasi ini, mengingat waktu anak usia dini sebagian besar berada di lingkungan keluarga, bukan di satuan pendidik.

Untuk mendorong penguatan kemampuan fondasi tersebut, berikut adalah sejumlah hal yang dapat dilakukan:

1. Menjadi contoh positif di dalam perilaku sehari hari

Dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk beribadah bersama, bukan hanya menyuruh, juga dengan berkata-kata yang baik walau mungkin berada pada situasi yang tidak menyenangkan. Anak usia dini memiliki pola pikir konkrit, ia pun peniru ulung, anak belajar dari apa yang dia lihat dan lakukan.

2. Melatih kemandian anak dalam kegiatan sehari hari di rumah atau perawatan diri

Sr Early Childhood Education and Development (ECED) Specialist Tanoto Foundation Fitriana Herarti menjelaskan bahwa melatih kemandirian anak dapat dimulai dari aktivitas sehari-hari.

Baca juga: Tes Calistung Masuk SD Masih Marak, P2G: Minim Pengawasan dan tidak Ada Sanksi

“Ketika makan bersama, anak belajar makan sendiri tanpa disuapi, damping anak untuk mandi sendiri bukan dimandikan, juga latih dia memakai baju, sepatu atau sandal sendiri. Latihan kemandirian ini sekaligus menguatkan berbagai kemampuan motorik anak, khususnya motorik halus, yang pada waktunya nanti akan mendukung kemampuannya untuk menulis,” ujar Fitriana. 

3. Mendorong anak mengenal beragam emosi

“Contohnya saat anak merasa sedih, validasi perasaannya dengan menyampaikan “Adik sedih ya karena mobilnya rusak?”, daripada mengatakan “Kamu sih gak hati-hati, rusak deh mainanmu”,” jelas Fitriana. 

Ia menambahkan bawah melatih anak mengenal beragam emosi akan mendukung kemampuannya dalam bersosialisasi dan mengelola ekspresi emosi pada berbagai situasi yang mungkin akan dihadapi anak di sekolah ataupun lingkungan sosial lainnya.

4. Mengikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan yang melibatkan banyak orang dan anak lain

Pergi bersamanya ke taman bermain, berkunjung ke calon sekolah baru ataupun ke rumah saudara bisa menjadi alternatif. Kegiatan tersebut akan mendorong kemampuan sosial anak, dan membuat mereka terbiasa dengan banyak lingkungan yang berbeda selain di rumah dan satuan PAUD.

5. Bermain bersama anak sesering mungkin 

“Bagi anak usia dini, bermain adalah belajar yang mendukung kematangan kognitif anak. Semua barang yang ada di rumah bisa menjadi alat main bagi anak," jelas Fitri.

Baca juga: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan

Misalnya, bantal dan guling bisa dipakai membuat menara atau benteng, peralatan kebersihan rumah seperti sapu atau kemoceng bisa menjadi alat bantu bernyanyi, peralatan makan juga bisa dipakai untuk mengenalkan bentuk dan ukuran (besar-kecil).

"Bahkan bumbu masak pun dapat menjadi alat untuk mengenalkan anak pada nama bumbu, warna, bau, bentuk dan manfaat, misalnya untuk memasak makanan kesukaannya,” terang Fitri. 

6.Membacakan buku cerita atau mendongeng 

Kegiatan ini akan mendorong anak untuk menjalani proses belajar sebagai hal yang menyenangkan, mengembangkan imajinasi, dan kreativitas anak.

Cukup 10-15 menit per hari untuk bercerita akan memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak

Keterlibatan aktif Ayah Bunda dalam membentuk kemampuan fondasi anak, dapat dilanjutkan dengan mendampingi anak di proses transisi PAUD ke SD.

Kemendikbudristek juga telah menyediakan booklet Penguatan Transisi PAUD-SD yang dapat menjadi panduan, baik bagi satuan PAUD maupun orang tua, agar proses transisi itu menjadi proses yang menyenangkan bagi anak.

Booklet ini juga tersedia di laman SIGAP Tanoto Foundation, yakni #. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat