visitaaponce.com

Resistensi Antimikkroba Lebih Berbahaya Dibanding Covid-19

Resistensi Antimikkroba Lebih Berbahaya Dibanding Covid-19
Ilustrasi Mikroba.(Dok. Ist)

RESISTENSI antimikroba atau yang disingkat AMR bisa dikatakan lebih berbahaya dibandingkan pandemi covid-19. Hal tersebut bisa dilihat dari angka kematian covid-19 yang 6,9 juta di dunia per 27 Mei 2023. Sementara angka kematian akibat resistensi mikroba per tahunnya sebanyak 1,7 juta orang dan diprediksi di tahun 2050 bisa mencapai 10 juta orang per tahun di seluruh dunia.

Resistensi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan sehingga obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang ditimbulkan mikroorganisme ini menjadi tidak efektif karena mikroorganisme semakin sukar untuk disembuhkan.

"Bakteri bisa jadi resisten karena di dalam tubuh bakteri ada gen yang membuatnya menjadi resisten. Karena bakteri hanya memiliki satu sel jika sudah resisten dan bisa membelah diri, dengan keturunan yang sama ia bisa resisten dengan antibiotik," kata Komite Pengendali Resistensi Antimikroba dr Harry Parathon dalam Workshop Jurnalis Mitigasi Resistensi Antimikroba dari AJI Jakarta di Aloft Wahid Hasyim Hotel, Jakarta Pusat, Sabtu (27/5).

Baca juga: Ratusan Juta Tahun Kehidupan Terbuang Sia-sia karena Pandemi

Ia menjelaskan jika seseorang mengatasi setiap penyakitnya dengan antibiotik maka bakteri di dalam tubuh akan semakin kebal terhadap antibiotik itu. Antibiotik yang berlebihan akan membunuh bakteri baik di dalam tubuh padahal fungsinya adalah mengepung baktreri jahat dan jika ada space maka bakteri jahat akan terus membelah diri.

Harry membagi kasus yang pernah ia alami ada seorang ibu yang melahirkan secara normal namun ia mengonsumsi antibiotik pascapersalinan akhirnya ia terkena pneumoni di saluran kemih karena pusat bakteri resisten di sana kemudian lukanya menjalar hingga bagian tubuh lainnya.

Baca juga: WHO: Cacar Monyet Bukan lagi Darurat Kesehatan Global

"Tidak hanya itu, pasien tersebut juga dihadapi dengan biaya tagihan yang membengkak untuk biaya pengobatannya yakni sebesar Rp486 juta dan hanya dicover BPJS sekitar Rp168 juta," ujarnya.

AMR juga bisa terjadi jika seseorang memakan daging dari hewan yang selama di peternakan diberikan antibiotik terus menerus yang membuat hewan tersebut mengalami AMR dan dagingnya dikonsumsi oleh seseorang maka orang tersebut bisa terpapar AMR.

"Cegah antibiotik supaya tidak terjadi mustasi dan transmisi kalau sudah ada bakteri resisten maka jangan sampai menular, jadi rajin cuci tangan saja dengan alkohol sebenarnya lebih bagus dibandingkan dengan air dan sabun, khusus tangan kering," ungkapnya.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat