visitaaponce.com

Buku Cuma Rindu Ungkap Kisah Nyata Almarhum Eril, Putra Ridwan Kamil

Buku ‘Cuma Rindu’ Ungkap Kisah Nyata Almarhum Eril, Putra Ridwan Kamil
Launching buku Cuma Rindu yang juga bagian dari acara Haul Eril yang dilaksanakan di GOR Saparua, Bandung.(Ist)

"SESUATU yang paling menyakitkan dalam hidup adalah ketika menyadari, bahwa kami, aku dan Eril, berada di dunia yang berbeda."

"Apa pun yang dikerjakan saat ini, apa pun yang dilakukan, kami tidak terkoneksi satu sama lain. Kami berada di dimensi yang berbeda. Sangat berbeda."

"Kondisi yang tidak pernah bisa dijelaskan dari setiap teori yang kutemukan. Tidak pernah hilang sedikit pun rasa ini. Tidak sedikit pun. Bahkan, jauh di lubuk hati dan sanubari, harapan itu selalu ada. Aku ingin memeluknya lagi. Sangat…"

Baca juga: Keluarga Ridwan Kamil: Kami sudah Ikhlas Apapun Takdir Eril

Inilah sepenggal prakata Atalia Praratya, yang dituangkannya dalam sebuah buku yang berjudul “Cuma Rindu” terbitan Esensi (Erlangga Group).

Buku Cuma Rindu mengangkat kisah nyata seorang pemuda bernama Eril (Emmeril Kahn Mumtadz) yang kepulangannya ke haribaan sangat indah dan kaya akan hikmah sehingga menyedot perhatian banyak orang. 

Atalia Praratya, penulis buku Cuma Rindu, yang merupakan ibu dari mendiang Eril sekaligus istri Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, mengaku menulis buku Cuma Rindu ini dengan berjuta rasa yang hadir dari lubuk hati dirinya sebagai seorang ibu, yang kehilangan separuh jiwanya.

Berharap Jejak Eril Jadi Inspirasi Anak Muda Lain

“Saya berharap jejak Eril di masa hidupnya bisa menjadi inspirasi bagi anak muda lainnya. Tidak ada seorang anak manusia pun yang sempurna, namun Allah SWT memiliki kuasa untuk menentukan siapa yang layak dicintai-Nya,” tuturnya.

Baca juga: Konsultasi ke Ulama, Keluarga Ridwan Kamil Terima Takdir Eril

Buku Cuma Rindu di-launching pada Jumat, 26 Mei 2023 bertepatan dengan peringatan setahun kepergian Eril yang hilang di Sungai Aare Swiss, 26 Mei 2022 lalu.

Launching buku Cuma Rindu ini merupakan bagian dari acara Haul Eril yang dilaksanakan di GOR Saparua, Bandung.

Acara launching buku Cuma Rindu ditandai dengan penandatanganan Replika Cover buku Cuma Rindu oleh Atalia Praratya, Ridwal Kamil, dan Manajemen Penerbit Erlangga.

Sementara itu, Fikri Somyadewi, Assistant Managing Director of Product Penerbit Erlangga, mengatakan kisah Eril ini sangat menyita perhatian masyarakat dalam dan luar negeri.

Baca juga: Wali Kota Bern Sampaikan Simpati kepada Ridwan Kamil

Oleh karenanya sebagai penerbit buku tentu sangat menyambut baik dan bangga bisa menerbitkan buku Cuma Rindu,

Penerbit Erlangga Berterima Kasih

“Kami sangat berterima kasih kepada Ibu Atalia, karena telah mempercayakan kepada kami untuk menerbitkan buku yang penuh inspirasi ini. Siapa Eril? Mengapa tidak kurang dari 4,92 miliar orang yang me-mention Eril di media sosial Tiktok, Twitter, dan Instagram. Inilah membuat kami bangga dan terharu,” ungkap Fikri.

Untuk pembelian buku Cuma Rindu ini bisa didapatkan dengan cara pre order melalui Chilla (0819 1017 9392), Shopee Penerbit Erlangga Official Store, Tokopedia Penerbit Erlangga Official Store, Lazada Erlangga Official, Blibli Penerbit Erlangga Official Store, dan Pemasaran Penerbit Erlangga.

Baca juga: Yellow Notice Emmeril Terbit

Roslina Verauli, M.Psi.,Psi., psychology rxpert, mengatakan bahwa  kehilangan tak pernah mudah. Rasanya menyakitkan sekaligus melelahkan. Itu sebab, lebih mudah menghindari kesedihan dan duka cita daripada menghadapinya. Terutama saat kehilangan terjadi begitu mendadak. 

Respons manusia atas kehilangan tak pernah sama dari individu satu ke individu yang lain. Menilik Model Duka Cita dari Kubler Ross, disebutkan bahwa respon emosional individu bervariasi, mulai dari menyangkal, marah, tawar menawar, depresi atau kesedihan mendalam, hingga mampu menerima kehilangan.

Tentu saja proses duka cita dalam model nonlinear dengan siklus yang dapat berulang. 

Lewati Duka Cita dan Terima Kehilangan

Ada siklus saat individu mampu menghayati dirinya sudah melewati duka cita dan menerima kehilangan. Namun akan ada periode saat kesedihan mendalam datang kembali. Seolah enggan pergi.

Kondisi berulang demikian tentu saja merupakan respons yang wajar mengingat siklus duka cita tidak menggambarkan tahap duka cita yang dapat dianggap usai ketika sudah dilewati.

Jadi, bisa saja, individu yang satu menghayati kesedihan mendalam saat berduka sementara individu yang lain berkutat dengan kemarahan dan penyangkalan. 

Baca juga: Kapal dan Drone Dikerahkan untuk Mencari Eril

Tak ada acuan pasti tentang waktu untuk berduka, pun periode kadaluarsanya. Demikian kompleksitas dan kedalaman proses duka cita. Kehilangan memang konsekuensi yang harus dibayar untuk sebuah rasa cinta. 

Mengenai kisah dalam Buku Cuma Rindu, Roslina mengucapkan terimakasih telah menuliskan buku yang menggambarkan kedalaman cinta seorang ibu dalam melewati fase berduka. Begitu indah dan menghangatkan.

Mengingatkan kembali bahwa segala sesuatu bukanlah bersifat mutlak dan hakiki. Hanya bersifat sementara, yang diberikan Sang Maha Kuasa sebagai titipan hingga waktu tertentu. Manusia? Seyogyanya bersyukur atas setiap kehadiran dan kehilangan yang menghampiri. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat