Pengamat Pancasila sebagai Penyelamat Kemajemukan Indonesia
DIREKTUR Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Islah Bahrawi menegaskan bahwa Pancasila bisa menyelamatkan kemajemukan Indonesia walaupun terdiri atas banyak perbedaan di dalamnya.
Karena itu, dia menilai peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi pengingat bagi bangsa Indonesia akan pentingnya Pancasila sebagai falsafah bangsa yang menyatukan semua suku, golongan, dan kepercayaan.
"Kalau kita berkaca ke negara-negara Arab, bisa dikatakan mereka yang terdiri atas satu suku, bahasa, satu hamparan, dan satu daratan, tapi ternyata mereka tidak bisa berhimpun dalam satu negara yang utuh," kata Islah seperti dilansir Antara di Jakarta, Rabu (7/6).
Dia menjelaskan bahwa kecintaan bangsa Indonesia terhadap Pancasila sebagai falsafah negara tidak boleh luntur. Hal itu, menurut dia, perlu diingat karena Pancasila adalah titik awal bersatunya seluruh bangsa Indonesia dengan segala kemajemukan.
Oleh karena itu, Islah menilai relevansi Pancasila dalam menjawab tantangan berbagai zaman tidak perlu dipertanyakan lagi.
"Tentu saja, Pancasila masih sangat relevan untuk dijadikan sebagai falsafah dasar dan ideologi negara. Dalam bahasa Belanda adalah grondslag," ujarnya.
Baca juga: Persoalan Anak Putus Sekolah Harus Diatasi Bersama
Islah mencontohkan negara-negara yang sedang berkonflik seperti di Afrika, Asia Selatan, Timur Tengah, atau Amerika Selatan disebabkan tidak punya satu konsep tunggal yang bisa mengikat semua warga negara di negaranya untuk saling menghargai martabat warga negara tanpa harus melihat latar belakang.
Selain itu, dia menyoroti keterlambatan Indonesia dalam menanggulangi masuknya ideologi transnasional. Islah menilai pemerintahan yang lalu cenderung menyepelekan masalah tersebut, bahkan organisasi HTI justru diberikan ruang dan dilegalisasi.
Islah menjelaskan HTI mendeklarasikan berdirinya kelompok mereka pada 2007 di Gelora Bung Karno (GBK).
"Pada masa pemerintahan di bawah presiden sebelumnya, tidak ada yang mau bergerak, padahal gerakan-gerakan kelompok radikal ini sudah terlanjur mendapatkan ruang," katanya.
Dia mengatakan penanggulangan radikalisme dan ekstremisme, termasuk yang ingin mengganti Pancasila sebagai falsafah Indonesia bukan hanya tugas masyarakat, namun menjadi tugas negara untuk mencerahkan masyarakat dan memberikan penguatan siapa pun yang moderat untuk mau bergerak.
Islah menilai pergerakan yang dibutuhkan mulai dari tataran akar rumput dan utamanya bergerak ke dunia pendidikan karena gerakan-gerakan pengusung khilafah ini bergerak pada tataran akademis. (Ant/I-2)
Terkini Lainnya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Surya Paloh: Pancasila Jadi Rongsokan Bila Tak Melekat di Jiwa
Surya Paloh: Pancasila Palsu Mendewakan Kekuasaan, Menghina Ketika Tak Berkuasa
Pentingnya Menanamkan Nilai Pancasila dalam Berbudaya Digital
BPIP Minta Tambahan Anggaran Rp100 Miliar, untuk Apa Saja?
Bangun Karakter Anak Melalui Jambore Nasional Bersama Ibu Pertiwi
GP Ansor Tangerang Ingatkan Kembali Makna Hari Lahir Pancasila
Haedar Nashir: Pancasila Harus Menjadi Fondasi Bangunan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Menjadi Manusia Pancasila
Kepemimpinan Pancasila
Anies Baswedan Ajak Masyarakat Pelajari Pemikiran Bung Karno
Ganjar Pranowo Disambut Antusias Ratusan Pelajar Saat Harlah Pancasila di Ende
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap