visitaaponce.com

Memahami 5 Penangan Khusus untuk Ibu Hamil Penderita Diabetes

Memahami 5 Penangan Khusus untuk Ibu Hamil Penderita Diabetes
Ilustrasi ibu hamil(Freepik)

DIABETES saat hamil dikenal juga dengan sebutan Diabetes Gestasional. Diabetes Gestasional perlu diwaspadai, tidak hanya berlaku untuk ibu yang mengalami obesitas dan memiliki riwayat penyakit diabetes.

Meskipun demikian, pemeriksaan terhadap penyakit ini juga perlu dilakukan pada ibu dengan berat badan normal dan tidak memiliki riwayat diabetes.

Biasanya, berbagai hormon di tubuh bekerja untuk menjaga kadar gula darah agar tetap terkendali. Namun, selama kehamilan, kadar hormon berubah, membuat tubuh lebih sulit memproses gula darah secara efisien.

Baca juga: Apakah Pisang Aman untuk Penderita Diabetes?

Inilah yang membuat gula darah ibu hamil naik. Pada umumnya diabetes pada ibu hamil tidak memiliki gejala yang khusus. Itulah sebabnya hampir semua perempuan hamil perlu memeriksakan kadar glukosanya sejak awal kehamilan.

Jika ibu hamil mengalami diabetes, risiko yang terjadi yaitu:

Baca juga: Penelitian: Obat Diabetes Murah Ini Bisa Turunkan Risiko Long Covid

- Tekanan darah tinggi dan preeklamsia. Ini adalah komplikasi serius selama kehamilan yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan gejala lain yang dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi.

- Menjalani persalinan caesar. Ibu lebih mungkin menjalani operasi caesar jika mengalami diabetes gestasional.

- Memiliki diabetes di kemudian hari. Jika ibu mengalami diabetes saat hamil, kemungkinan besar ibu akan mengalaminya lagi selama kehamilan berikutnya, dan juga memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi seiring bertambahnya usia.

Tidak hanya pada Ibu, tetapi bayi yang dikandung memiliki risiko, yaitu:

- Kelahiran dini (prematur). Gula darah tinggi meningkatkan risiko ibu melahirkan lebih awal dari tanggal perkiraan. Atau persalinan dini mungkin disarankan karena bayinya besar.

- Kadar gula darah yang tidak terkontrol sewaktu hamil juga meningkatkan risiko si kecil terlahir cacat. Sebab, kadar gula darah yang terlalu tinggi di tubuh janin membuat proses pembentukan organ-organ tubuhnya terganggu. Beberapa kondisi yang sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu pengidap diabetes di antaranya cacat tulang belakang, munculnya lubang di jantung, dan bibir sumbing.

- Kelebihan gula dalam darah dan insulin ini bisa menyebabkan bayi memiliki lebih banyak lemak terutama di bagian atas tubuhnya sehingga berat badannya menjadi besar. Beberapa saat setelah bayi dilahirkan, ada kemungkinan bayi memiliki kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia). Hal ini disebabkan tubuhnya masih memproduksi insulin berlebih sebagai respons dari asupan glukosa yang tinggi dari ibunya. Jika kontrol kadar gula darahnya buruk, ada kemungkinan fungsi jantung dari bayi bisa terpengaruh.

Berdasarkan resiko yang disebutkan diatas, adapun penanganan diabetes bagi ibu hamil, sebagai berikut.

1. Pemantauan Glukosa Rutin

Ibu hamil yang sebelumnya telah terdiagnosis memiliki DM memerlukan pemantauan glukosa secara rutin. Pemeriksaan gula darah sebaiknya dimulai pada awal masa kehamilan. Mulai usia kehamilan 16 minggu, pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap dua minggu sekali. Berdasarkan 5th International Workshop-Conference on Gestasional Diabetes Mellitus merekomendasikan gula darah puasa <95 mg/dL, 1 jam postprandial <140 mg/dL, dan 2 jam post prandial <120 mg/dL.

2. Aktivitas Fisik dan Kontrol Berat Badan

Setiap wanita hamil dengan diabetes sebaiknya tetap melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama 150 menit per minggu. Jenis aktivitas fisik yang bisa dilakukan adalah jalan kaki, berenang, atau senam khusus ibu hamil. Selain itu, ibu hamil perlu mengontrol berat badan selama masa kehamilan.

Bagi wanita yang kegemukan/obesitas, pertambahan berat badan tidak boleh melebihi 11,5 kg. Pada wanita dengan berat badan ideal, sebaiknya pada trimester pertama pertambahan berat badan 0,5-2,5 kg dan pada trimester selanjutnya, pertambahan berat badan 500 gram per minggu.

3. Diet

Diet untuk ibu hamil yang mengalami diabetes perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Pasien sebaiknya konsultasi dengan ahli gizi khusus. Jenis makanan harus terdiri dari kalori yang cukup untuk kesehatan ibu dan bayi, sesuai dengan angka glikemik dan pertambahan berat badan gestasional yang disarankan.

Karbohidrat sederhana dan gula sebaiknya dikurangi dan digantikan dengan sumber karbohidrat yang lebih sehat, seperti sayur-sayuran, buah, dan gandum utuh. Makanan tinggi lemak dan produk olahan sebaiknya dihindari.

4. Terapi Farmakologis

Insulin sudah sejak lama menjadi drug of choice dalam penatalaksanaan ibu hamil dengan diabetes. Dengan penggunaan dosis basal-bolus (insulin kerja cepat dan kerja lambat) dapat mencapai kondisi euglikemi dalam ibu hamil. Insulin dikatakan aman bagi ibu hamil dan janin karena insulin tidak dapat melewati plasenta. Selain itu, obat oral secara umum tidak cukup mengatasi resistensi insulin yang terjadi pada DM tipe 2.

Namun, diperlukan pengaturan dosis yang cukup ketat untuk mencegah terjadinya hipoglikemi. Pada trimester pertama, biasanya kebutuhan insulin tidak terlalu tinggi.

Namun, pada trimester kedua dapat terjadi peningkatan resistensi insulin yang cukup cepat sehingga diperlukan pengaturan dosis insulin setiap 1-2 minggu agar mencapai target glikemik yang diinginkan.

Oleh karena itu, pemberian insulin pada ibu hamil sebaiknya dilakukan oleh tenaga terlatih.

Khusus untuk diabetes mellitus tipe 2 dan diabetes gestasional, obat antidiabetes oral juga dapat menjadi alternatif pengobatan. Obat antidiabetes oral yang dapat digunakan adalah metformin. Metformin lebih dipilih terutama bila gula darah dapat terkontrol.

Metformin merupakan obat oral pilihan karena memiliki risiko yang lebih rendah untuk terjadinya hipoglikemia neonatus dan pertambahan berat badan maternal. Meskipun demikian, metformin sedikit meningkatkan risiko prematuritas.

5. Aspirin untuk Mencegah Preeklampsia

Diabetes dalam kehamilan berhubungan dengan peningkatan risiko preeklampsia. Studi yang ada merekomendasikan pemberian aspirin dosis rendah 50-150 mg/hari (biasanya dosis 81 mg/hari) pada akhir trimester pertama kehamilan sampai dengan kehamilan bayi untuk menurunkan risiko preeklampsia.

Selain pencegahan diatas,  ibu hamil juga perlu mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Misalnya dengan lebih cermat memilih jenis dan porsi makanan serta minuman, lebih aktif bergerak, cukup olahraga dan banyak minum air putih. Hindari juga bergadang dan stres karena keduanya cenderung membuat Mama ingin makan lebih banyak makanan manis. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat