Dinilai Tidak Efektif, Daerah Minta Pusat Evaluasi Program Restorasi Gambut
![Dinilai Tidak Efektif, Daerah Minta Pusat Evaluasi Program Restorasi Gambut](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/f7377606251b3c428b90ef82b64083af.jpg)
GUBERNUR Kalimantan Barat Sutarmidji meminta agar pemerintah pusat mengevaluasi upaya restorasi gambut yang kini tengah berjalan. Dia menilai, ada beberapa upaya yang justru tidak efektif.
Salah satu yang dikritisinya ialah pembuatan sumur bor. Sutarmidji menyebut kadangkala sumur bor yang dipasang di area lahan gambut justru tidak berfungsi. Pasalnya, sumur bor dipasang terlalu jauh dari area gambut.
"Jadi saat terjadi kebakaran di gambut, itu perlu air yang banyak. Dan karena sumber air dari gambut itu jauh, akhirnya harus diapasang sumur bor. Tapi sumurnya kadang dipasang asal saja, jauh dari gambut," kata Sutarmidji dalam Forum Merdeka Barat 9, Senin (19/6).
Baca juga : Lahan Gambut di Kalsel Terus Terbakar
Selain itu pembangunan sekat kanal juga dinilainya sering dilakukan secara asal, yakni hanya dibangun tidak sesuai dengan ketinggian gambut.
"Lahan gambut kan ada yang tebalnya 13 sampai 14 meter. Kalau sekat kanalnya hanya dibangun 2 meter sampai 3 meter, ya gak ada manfaatnya. Air kan menyerap ke gambut yang lebih bawah," ucap dia.
Baca juga : Banyak Gagal, Proyek BRGM sejak 2017 Perlu Dievaluasi
Dia menilai, semestinya upaya restorasi gambut dilakukan dengan melakukan solusi jangka panjang. Misalnya menanam tanaman di area gambut dengan melibatkan masyarakat sekitar. Hal itu sudah dilakukan di Singkawang dan terbukti membuahkan hasil.
"Di Singkawang itu ada tanaman talas yang beratnya sampai 7 kilogram. Itu ditanam di lahan gambut yang usianya 7 sampai 8 bulan. Pasti lahan itu mereka jaga, kan," tegas dia.
Selain itu, di Pontianak juga ada yang dinamakan Terminal Agribisnis, yakni tanaman pangan yang ditanam di atas lahan gambut seluas 800 hektare. Setiap hektarenya, bisa menghasilkan sebanyak 18 ton sayur.
"Tapi jelas, pascapanennya harus dipikirkan juga. Bagaimana membuat pabrik tepung talas lalu bagaimana pasarnya, itu harus terencana," ucap dia.
"Jika lahan gambut dikelola dengan terencana seperti ini, ancaman El Nino bisa kita cegah. Dan tentunya dibarengi dengan penegakan hukum yang kuat," pugkas dia. (Z-4)
Terkini Lainnya
BRIN Kembangkan Teknologi Pengolahan Air Gambut Jadi Air Layak Minum
SDM dan Anggaran jadi Masalah Konservasi di Indonesia
Karhutla 2024 Meningkat 55% Dibanding Tahun Lalu
Karhutla Kembali Hanguskan Lahan Gambut di Kampar Riau
Jokowi dan PM Jepang Kishida Bahas Perubahan Protokol IJEPA
APP Sinar Mas Siap Jalani Kewajiban Dukung FOLU NET Sink Indonesia 2030
Upaya Wilmar Ikut Lindungi Lanskap Aceh Bagian Selatan
Rumput Purun pun Jadi Tas Cantik
Kebakaran Hutan Ekstrem Melanda Riau, Sangat Mudah Terbakar
Ini 5 Inisiatif Indonesia dalam Pertemuan Lingkungan Sedunia
GALAAG dan TNI Siaga Tanggulangi Kebakaran Pulau Rupat
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap