visitaaponce.com

11 Perkara dalam Salat Berjemaah

11 Perkara dalam Salat Berjemaah
Ilustrasi.(MI/Dwi Apriani.)

DALAM mendirikan salat, umat Islam dianjurkan melakukan secara berjemaah di masjid. Dalam salat berjemaah, para ulama menetapkan sejumlah aturan untuk imam dan makmum. Hal ini penting agar imam dan makmum dapat mendirikan salat berjemaah sesuai tuntuntan Al-Qur'an dan Sunah Rasulullah SAW.

Apa saja perkara dalam salat berjemaah? Berikut penjelasan terhadap 11 perkara dalam salat berjemaah.

1. Hukum salat berjemaah.

بسم الله الرحمن الرحيم

(ﺻﻼﺓ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻲ ﺃﺩاء ﻣﻜﺘﻮﺑﺔ) ﻏﻴﺮ ﺟﻤﻌﺔ (ﺳﻨﺔ ﻣﺆﻛﺪﺓ) ﻋﻨﺪ اﻟﺮاﻓﻌﻲ ﻭاﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﻭاﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻋﻨﺪ اﻟﻨﻮﻭﻱ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﺃﻧﻬﺎ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻓﺮﺽ ﻛﻔﺎﻳﺔ ﻟﺮﺟﺎﻝ ﺃﺣﺮاﺭ ﻣﻘﻴﻤﻴﻦ ﻏﻴﺮ ﻋﺮاﺓ ﻓﻲ ﺃﺩاء ﻣﻜﺘﻮﺑﺔ ﻭاﻟﻮاﺟﺐ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﻳﻈﻬﺮ ﺑﻪ اﻟﺸﻌﺎﺭ 

Salat berjemaah dalam menunaikan salat fardu selain salat Jumat hukumnya sunah muakadah menurut Imam Rafii dan Imam Al-Mawardi. Sedangkan pendapat yang muktamad menurut Imam Nawawi dan selainnya yaitu fardu kifayah bagi lelaki-lelaki merdeka yang bermukim selain orang-orang yang tidak mampu berpakaian dalam menunaikan saalat fardu.

Baca juga: 13 Rukun Shalat sesuai Tuntunan Rasulullah SAW

Abdurrachman Asy Syafi'iy menjelaskan bahwa lelaki yang tidak mampu berpakaian untuk menutup aurat, misalkan karena tidak memiliki kain atau pakaian, atau terdapat luka yang sulit ditutupi boleh salat sendiri tanpa menutup aurat dan tidak diperintahkan mengerjakan salat berjemaah.

ﻓﻴﻜﻔﻲ ﻓﻲ اﻟﻘﺮﻳﺔ اﻟﺼﻐﻴﺮﺓ ﺇﻗﺎﻣﺘﻬﺎ ﺑﻤﺤﻞ ﻭاﺣﺪ ﻳﻈﻬﺮ ﺑﻪ اﻟﺸﻌﺎﺭ 

Karena itu mencukupi dalam kampung kecil, mendirikan salat berjemaah di suatu tempat yang menampakkan syiar dengan sebabnya.

Baca juga: 10 Persoalan dalam Fikih Kurban

ﻭﺃﻣﺎ اﻟﻘﺮﻳﺔ اﻟﻜﺒﻴﺮﺓ ﻭاﻟﺒﻠﺪ ﻓﻼ ﺑﺪ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﺇﻗﺎﻣﺔ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺑﻤﻮاﺿﻊ ﺑﺤﻴﺚ ﻳﻈﻬﺮ ﺑﻪ اﻟﺸﻌﺎﺭ

Adapun kampung besar dan kota, tidak boleh tidak mendirikan salat berjemaah di beberapa tempat, sekiranya menampakkan syiar dengan sebabnya.

Baca juga: 15 Masalah Kurban Dijawab Imam Nawawi Mazhab Syafii

Hal itu dijelaskan dalam Kitab Nihayatuz Zain karya Syaikh Nawawi Al Bantani.

2. Makmum masbuk wajib menyamai gerakan imam.

بسم الله الرحمن الرحيم

(ﻭ) ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺴﺒﻮﻕ ﺃﻥ ﻳﻮاﻓﻖ ﺇﻣﺎﻣﻪ ﻓﻲ ﻓﻌﻞ ﻛﺴﺠﻮﺩ ﺃﺩﺭﻛﻪ ﻣﻌﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺤﺴﺐ ﻟﻪ ﻭﺇﻻ ﺑﻄﻠﺖ ﺻﻼﺗﻪ ﺇﻥ ﻋﻠﻢ ﻭﺗﻌﻤﺪ 

Dan wajib bagi makmum masbuk menyamai imamnya di dalam perbuatan seperti sujud yang ia kejar bersama imam, sekalipun tidak dihitung baginya. Jika tidak demikian, batal salatnya seandainya ia mengetahui dan melakukannya dengan sengaja.

ﻭﻳﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﻋﺪﻡ ﺣﺴﺒﺎﻥ اﻟﺴﺠﻮﺩ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺿﻊ اﻷﻋﻀﺎء اﻟﺴﺒﻌﺔ ﻭﻻ اﻟﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﻓﻲ ﻫﺬا اﻟﺴﺠﻮﺩ ﻷﻧﻪ ﻟﻤﺤﺾ اﻟﻤﺘﺎﺑﻌﺔ ﻛﻤﺎ ﺃﻓﺎﺩﻩ اﻟﺸﺒﺮاﻣﻠﺴﻲ 

Dan berdasarkan dari tidak dihitungnya sujud makmum masbuk, ia tidak wajib meletakkan tujuh anggota sujud dan tidak wajib tumakninah dalam sujud ini, karena yang demikian karena murni mengikuti sebagaimana telah menyampaikan faedah demikian Imam Syibramalisiy.

Maksudnya, kata Abdurrachman Asy Syafi'iy, tatkala makmum masbuk menemukan imam sedang sujud, kemudian ia takbiratul ihram dengan niat bermakmum, ia wajib mengikuti gerakan imam. Artinya, ia wajib langsung sujud tanpa membaca Al-Fatihah dan rukuk setelah takbiratul ihram, sekalipun sujudnya tidak dihitung dan belum sempat meletakkan tujuh anggota sujud serta belum tumakninah karena imam keburu bangun dari sujudnya. 

"Jika tidak melakukan demikian, makmum batal salatnya. Maksudnya batal jika makmum masbuk menemukan imam sedang sujud, kemudian ia takbiratul ihram dengan niat bermakmum tetapi ia tidak langsung sujud mengikuti imam, melainkan menunggu imam berdiri dari sujudnya," ujarnya.

ﻭﻳﺄﺗﻲ اﻟﻤﺴﺒﻮﻕ اﺳﺘﺤﺒﺎﺑﺎ ﺑﺮﻓﻊ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﻋﻨﺪ ﻗﻴﺎﻡ اﻹﻣﺎﻡ ﻣﻦ اﻟﺘﺸﻬﺪ اﻷﻭﻝ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺃﻭﻻ ﻟﻪ

Dan makmum masbuk disunahkan mengangkat kedua tangan ketika berdirinya imam dari tasyahud awal sekalipun yang demikian bukan tasyahud awal baginya.

ﺃﻣﺎ اﻟﻘﻮﻟﻲ ﻭﻟﻮ ﻭاﺟﺒﺎ ﻛﺎﻟﺘﺸﻬﺪ اﻷﺧﻴﺮ ﻓﻼ ﺗﺠﺐ ﻣﻮاﻓﻘﺘﻪ ﻓﻴﻪ ﺑﻞ ﺗﺴﻦ 

Adapun rukun perkataan (bacaan), sekalipun wajib seperti tasyahud akhir, tidak wajib bagi makmum masbuk menyamai bacaan imam di dalamnya, tetapi disunahkan.

ﻭﺣﻴﻨﺌﺬ (ﻳﻜﺒﺮ) ﻧﺪﺑﺎ (ﻣﺴﺒﻮﻕ اﻧﺘﻘﻞ ﻣﻌﻪ) ﺃﻱ اﻹﻣﺎﻡ ﻻﻧﺘﻘﺎﻟﻪ ﻓﺈﺫا ﺃﺩﺭﻛﻪ ﻣﻌﺘﺪﻻ ﻛﺒﺮ ﻟﻠﻬﻮﻱ ﻭﻣﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﻮاﻓﻘﺔ ﻹﻣﺎﻣﻪ ﻓﻲ ﺗﻜﺒﻴﺮﻩ ﺃﻭ ﺳﺎﺟﺪا ﻣﺜﻼ ﻟﻢ ﻳﻜﺒﺮ ﻟﻠﻬﻮﻱ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﺠﻮﺩ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺘﺎﺑﻌﻪ ﻓﻴﻪ ﻭﻟﻴﺲ اﻟﺴﺠﻮﺩ ﻣﺤﺴﻮﺑﺎ ﻟﻪ

Dan makmum masbuk disunahkan bertakbir intiqal bersamanya. Maksudnya, bersama imam karena perpindahan gerakan imamnya. Bila mengejar imam dalam keadaan normal, makmum masbuk bertakbir untuk turun dan perpindahan-perpindahan sesudahnya karena mengikuti imam di dalam takbirnya atau apabila mengejar imam yang sedang sujud misalkan, makmum tidak takbir untuk turun menuju sujud karena ia tidak mengikuti takbir imam di dalamnya dan bukan sujud yang dihitung baginya.

ﻭﺧﺮﺝ ﺑﻬﺬا ﻣﺎ ﻟﻮ ﺃﺩﺭﻛﻪ ﻓﻲ ﺳﺠﺪﺓ اﻟﺘﻼﻭﺓ ﻓﻴﻜﺒﺮ ﻷﻧﻪ ﻛﺈﺩﺭاﻙ اﻹﻣﺎﻡ ﻓﻲ اﻟﺮﻛﻮﻉ ﻭﻫﻮ ﻣﺤﺴﻮﺏ ﻟﻪ 

Dan pengecualian di dalam hal ini, jika mengejar imam di dalam sujud tilawah, makmum bertakbir, karena yang demikian seperti mengejar imam di dalam rukuk. Yang demikian dihitung (satu rakaat) baginya.

Demikian keterangan dari Kitab Nihayatuz Zain karya Syaikh Nawawi Al Bantaniy.

3. Kriteria utama imam salat berjemaah.

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالى :

اﻟﺴﻨﺔ ﺃﻥ ﻳﺆﻡ اﻟﻘﻮﻡ ﺃﻗﺮﺅﻫﻢ ﻭﺃﻓﻘﻬﻬﻢ ﻟﻤﺎ ﺭﻭﻯ ﺃﺑﻮ ﻣﺴﻌﻮﺩ اﻟﺒﺪﺭﻱ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ 

Sunah (hukumnya) bahwa mengimami satu kaum orang paling fasih bacaannya di antara mereka dan paling fakih di antara mereka, karena hadits riwayat Abu Mas'ud Al-Badariy radhiyallahu 'anhu:

ﺇﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ " ﻳﺆﻡ اﻟﻘﻮﻡ ﺃﻗﺮﺅﻫﻢ ﻟﻜﺘﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﻛﺜﺮﻫﻢ ﻗﺮاءﺓ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻗﺮاءﺗﻬﻢ ﺳﻮاء ﻓﻠﻴﺆﻣﻬﻢ ﺃﻗﺪﻣﻬﻢ ﻫﺠﺰﺓ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﻮا ﻓﻲ اﻟﻬﺠﺮﺓ ﺳﻮاء ﻓﻠﻴﺆﻣﻬﻢ ﺃﻛﺒﺮﻫﻢ ﺳﻨﺎ 

Sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda, "Mengimami satu kaum yang paling fasih di antara mereka membaca kitabullah dan paling banyak di antara mereka membaca. Jika kefasihan bacaan mereka sama, imam mereka orang yang paling dulu di antara mereka berhijrah. Jika dalam berhijrah sama, imam mereka orang yang paling tua usianya.

Itu keterangan dari Kitab Al-Muhadzab karya Imam Syairoziy.

ﻓﻘﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ اﻷﺳﺒﺎﺏ اﻟﻤﺮﺟﺤﺔ ﻓﻲ اﻹﻣﺎﻣﺔ ﺳﺘﺔ اﻟﻔﻘﻪ ﻭاﻟﻘﺮاءﺓ ﻭاﻟﻮﺭﻉ ﻭاﻟﺴﻦ ﻭاﻟﻨﺴﺐ ﻭاﻟﻬﺠﺮﺓ 

Para sahabat kami berkata, "Sebab-sebab yang merajihkan di dalam imam salat berjamaah ada enam:

1. Kepahaman (fakih, paham ilmu fikih).
2. Bacaan (kefasihan).
3. Wara'.
4. Usia.
5. Keturunan.
6. Hijrah."

ﻗﺎﻟﻮا ﻭﻟﻴﺲ اﻟﻤﺮاﺩ ﺑﺎﻟﻮﺭﻉ ﻣﺠﺮﺩ اﻟﻌﺪاﻟﺔ اﻟﻤﻮﺟﺒﺔ ﻟﻘﺒﻮﻝ اﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﺑﻞ ﻣﺎ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺣﺴﻦ اﻟﺴﻴﺮﺓ ﻭاﻟﻌﻔﺔ ﻭﻣﺠﺎﻧﺒﺔ اﻟﺸﺒﻬﺎﺕ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻭاﻻﺷﺘﻬﺎﺭ ﺑﺎﻟﻌﺒﺎﺩﺓ 

Mereka berkata, "Dan bukanlah yang dimaksud dengan wara' hanyalah semata-mata keadilan yang melazimkan diterima persaksiannya, tetapi lebih dari yang demikian, dari rekam jejak yang baik dan kebajikan serta yang menjauhi syubhat-syubhat dan semisalnya serta terkenal rajin beribadah."

ﻭﺃﻣﺎ اﻟﺴﻦ ﻓﺎﻟﻤﻌﺘﺒﺮ ﺳﻦ ﻣﻀﻰ ﻓﻲ اﻹﺳﻼﻡ ﻓﻼ ﻳﻘﺪﻡ ﺷﻴﺦ ﺃﺳﻠﻢ ﻗﺮﻳﺒﺎ ﻋﻠﻰ ﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﻓﻲ اﻹﺳﻼﻡ ﺃﻭ ﺃﺳﻠﻢ ﻗﺒﻠﻪ ﻭﻫﺬا ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﻋﻨﺪ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ

Dan adapun usia, yang diperhitungkan ialah usia yang berlalu di dalam keislaman. Karenanya, tidak didahulukan orang tua yang baru masuk islam di atas orang yang sejak kecil tumbuh besar di dalam keislaman atau ia masuk Islam sebelumnya. Hal ini yang disepakati para ashab.

 ﻭﺃﻣﺎ اﻟﻨﺴﺐ ﻓﻨﺴﺐ ﻗﺮﻳﺶ ﻣﻌﺘﺒﺮ ﺑﺎﻻﺗﻔﺎﻕ ﻭﻓﻲ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻭﺟﻬﺎﻥ (ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ) ﻻ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﻏﻴﺮ ﻗﺮﻳﺶ ﻭﺃﺻﺤﻬﻤﺎ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﻛﻞ ﻧﺴﺐ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﻓﻲ اﻟﻜﻔﺎءﺓ ﻛﺎﻟﻌﻠﻤﺎء ﻭاﻟﺼﻠﺤﺎء ﻓﻌﻠﻰ ﻫﺬا ﻳﻘﺪﻡ اﻟﻬﺎﺷﻤﻲ ﻭاﻟﻤﻄﻠﺒﻲ ﻋﻠﻰ ﺳﺎﺋﺮ ﻗﺮﻳﺶ ﻭﻳﺘﺴﺎﻭﻳﺎﻥ ﻫﻤﺎ ﻓﻴﻘﺪﻡ ﺳﺎﺋﺮ ﻗﺮﻳﺶ ﻋﻠﻰ ﺳﺎﺋﺮ اﻟﻌﺮﺏ ﻭﺳﺎﺋﺮ اﻟﻌﺮﺏ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﺠﻢ

Dan adapun keturunan, keturunan Quraisy yang diperhitungkan dengan kesepakatan para ashab. Selain mereka, ada dua pendapat, salah satunya berpendapat tidak diperhitungkan selain keturunan Quraisy. Yang paling sahih ialah diperhitungkan semua keturunan, diperhitungkan di dalam kafa'ah, seperti para ulama dan orang-orang saleh. Berdasarkan hal ini didahulukan keturunan Hasyim dan Muthallib di atas keturunan Quraisy lain dan yang sama dengan keduanya. Didahulukan keturunan Quraisy di atas bangsa Arab lain dan didahulukan bangsa Arab di atas bangsa selain Arab.

Itu dijelaskan dalam Kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab karya Imam Nawawi.

4. Selesai salat imam berpaling ke sebelah kanan.

بسم الله الرحمن الرحيم 

قال المصنف رحمه الله تعالى :

ﺇﺫا ﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﻨﻔﺘﻞ ﻓﻲ اﻟﻤﺤﺮاﺏ ﻭﻳﻘﺒﻞ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺎﺱ ﻟﻠﺬﻛﺮ ﻭاﻟﺪﻋﺎء ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﺟﺎﺯ ﺃﻥ ﻳﻨﻔﺘﻞ ﻛﻴﻒ ﺷﺎء 

Apabila seseorang (imam) hendak berpaling di mihrab dan ia menghadap orang (makmum) untuk berzikir dan berdoa dan selain dari keduanya, boleh berpaling sesuai kehendaknya.

ﻭﺃﻣﺎ اﻷﻓﻀﻞ ﻓﻘﺎﻝ اﻟﺒﻐﻮﻱ اﻷﻓﻀﻞ ﺃﻥ ﻳﻨﻔﺘﻞ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﻛﻴﻔﻴﺘﻪ ﻭﺟﻬﺎﻥ

Yang paling utama, Imam Baghawiy berkata, "Yang paling utama ialah seseorang (imam) berpaling ke arah kanannya." Beliau berkata di dalam tata caranya, ada dua pendapat.

(ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ)

Salah satunya

ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺪﺧﻞ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﻓﻲ اﻟﻤﺤﺮاﺏ ﻭﻳﺴﺎﺭﻩ ﺇﻟﻰ اﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﺠﻠﺲ ﻋﻠﻰ ﻳﻤﻴﻦ اﻟﻤﺤﺮاﺏ 

Abu Hanifah rahimahullah ta'ala berkata, "Masuk sebelah kanannya di mihrab dan sebelah kirinya menghadap  orang dan duduk di sebelah kanan mihrab."

(ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ) ﻭﻫﻮ اﻷﺻﺢ ﻳﺪﺧﻞ ﻳﺴﺎﺭﻩ ﻓﻲ اﻟﻤﺤﺮاﺏ ﻭﻳﻤﻴﻨﻪ ﺇﻟﻰ اﻟﻘﻮﻡ ﻭﻳﺠﻠﺲ ﻋﻠﻰ ﻳﺴﺎﺭ اﻟﻤﺤﺮاﺏ ﻫﺬا ﻟﻔﻆ اﻟﺒﻐﻮﻱ ﻓﻲ اﻟﺘﻬﺬﻳﺐ ﻭﺟﺰﻡ اﻟﺒﻐﻮﻱ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ اﻟﺴﻨﺔ ﺑﻬﺬا اﻟﺜﺎﻧﻲ 

Dan pendapat yang kedua dan yang demikian paling sahih yaitu masuk sebelah kiri di mihrab dan sebelah kanannya menghadap orang dan duduk di sebelah kiri mihrab. Ini lafaz Al-Baghawiy dalam kitab At-Tahdzib. Al-Baghawiy menetapkan dengan pendapat kedua ini di dalam kitab Syarhus Sunnah.

ﻭاﺳﺘﺪﻝ ﻟﻪ ﺑﺤﺪﻳﺚ اﻟﺒﺮاء ﺑﻦ ﻋﺎﺯﺏ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ 

Al-Baghawiy berdalil dengan hadis Al-Bara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma. Ia berkata,

 ﻛﻨﺎ ﺇﺫا ﺻﻠﻴﻨﺎ ﺧﻠﻒ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺣﺒﺒﻨﺎ ﺃﻥ ﻧﻜﻮﻥ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﻳﻘﺒﻞ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺑﻮﺟﻬﻪ ﻓﺴﻤﻌﺘﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﻓﻲ ﻗﻨﻮﺗﻪ ﺭﺏ ﻗﻨﻲ ﻋﺬاﺑﻚ ﻳﻮﻡ ﺗﺒﻌﺚ ﺃﻭ ﺗﺠﻤﻊ ﻋﺒﺎﺩﻙ " ﺭﻭاﻩ ﻣﺴﻠﻢ 

"Dahulu bila kami salat di belakang Rasulullah ﷺ, kami menyukai berada di sebelah kanannya. Beliau menghadap kami dengan wajahnya, lalu aku mendengarnya berkata di dalam do'anya, "Wahai Rabbku, jagalah aku dari siksa-Mu pada hari engkau membangkitkan atau mengumpulkan hamba-hamba-Mu. Riwayat Muslim."

ﻭﻗﺎﻝ ﺇﻣﺎﻡ اﻟﺤﺮﻣﻴﻦ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺼﺢ ﻓﻲ ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﻓﻠﺴﺖ ﺃﺭﻯ ﻓﻴﻪ ﺇﻻ اﻟﺘﺨﻴﻴﺮ

Dan Imam Haramain berkata, "Jika tidak sahih hadis ini, aku tidak melihatnya, kecuali at-takhyir (memberi kebebasan memilih).

Demikian keterangan dari Kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab karya Imam Nawawi. Abdurrachman Asy Syafi'iy menerangkan, "Maksudnya, boleh memilih sebelah mana saja imam berpaling. Namun yang paling utama ialah berpaling ke sebelah kanan, sehingga sebelah kanan imam menghadap makmum sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Al-Baghawiy rahimahullah ta'ala."

5. Dapat pahala berjemaah selama imam belum salam.

بسم الله الرحمن الرحيم

(ﻭﺗﺪﺭﻙ ﺟﻤﺎﻋﺔ) ﺃﻱ ﻓﻀﻴﻠﺘﻬﺎ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ اﻟﺠﻤﻌﺔ (ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺴﻠﻢ ﺇﻣﺎﻡ) ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻘﻌﺪ ﻣﻌﻪ ﺑﺄﻥ ﺳﻠﻢ ﻋﻘﺐ ﺗﺤﺮﻣﻪ 

(Dan terkejar salat berjemaah), maksudnya mendapat keutamaan salat berjemaah, selain salat Jumat, (selama imam belum salam) dan sekalipun ia belum duduk bersama imam karena imam sudah salam sesaat sesudah takbiratul ihramnya. 

ﻭﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺠﻠﻮﺱ ﻷﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻟﻠﻤﺘﺎﺑﻌﺔ ﻭﻗﺪ ﻓﺎﺗﺖ ﺑﺴﻼﻡ اﻹﻣﺎﻡ ﻓﺈﻥ ﺟﻠﺲ ﻋﺎﻣﺪا ﻋﺎﻟﻤﺎ ﺑﻄﻠﺖ ﺻﻼﺗﻪ 

dan haram baginya duduk, karena posisi dia sebagai orang yang mengikuti dan jelas sudah tertinggal dengan salamnya imam. Jika ia duduk dengan sengaja, batal salatnya. 

ﺃﻣﺎ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻓﻼ ﺗﺤﺼﻞ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﺇﻻ ﺑﺮﻛﻌﺔ ﻳﺪﺭﻛﻬﺎ ﻣﻊ اﻹﻣﺎﻡ ﻣﺤﺴﻮﺑﺔ ﻟﻪ

Adapun salat Jumat, tidak ada keutamaan salat berjemaah di dalamnya, kecuali dengan satu rakaat bersama imam karena ini yang diperhitungkan baginya.

Itu disampaikan Kitab Nihayatuz Zain karya Syaikh Nawawi Al-Bantaniy.

6. Tidak berdiri sebelum muazin selesai ikamah.

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی :

ﻗﺪ ﺫﻛﺮﻧﺎ ﺃﻥ ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﺴﺤﺐ ﻟﻠﻤﺄﻣﻮﻡ ﻭاﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻘﻮﻣﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﺮﻍ اﻟﻤﺆﺫﻥ ﻣﻦ اﻹﻗﺎﻣﺔ 

Kami sudah menuturkan, "Sesungguhnya mazhab kami berpendapat disunahkan bagi makmum dan imam tidak berdiri sampai muazin selesai dari iqamah."

Ini dijelaskan dakan Kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab karya Imam Nawawi.

7. Salat fardu isya boleh bermakmum kepada imam salat tarawih.

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی :

ﻭﺗﺠﻮﺯ ﺻﻼﺓ اﻟﻌﺸﺎء ﺧﻠﻒ ﻣﻦ ﻳﺼﻠﻲ اﻟﺘﺮاﻭﻳﺢ ﻓﺈﺫا ﺳﻠﻢ اﻹﻣﺎﻡ ﻣﻦ اﻟﺮﻛﻌﺘﻴﻦ ﻗﺎﻡ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﺇﻟﻰ ﺑﺎﻗﻲ ﺻﻼﺗﻪ ﻭﺃﺗﻤﻬﺎ ﻣﻨﻔﺮﺩا

Boleh salat isya bermakmum di belakang orang yang salat tarawih. Bila imam sudah salam dari dua rakaat, makmum itu berdiri menuju sisa salat isyanya dan menyempurnakannya sendirian.

Ini ditulis dalam Kitab Nihayatuz Zain karya Syaikh Nawawi Al-Bantaniy.

8. Yang didahulukan menjadi imam ialah yang paling fasih.

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالى :

ثبت عن ابن مسعود الأنصاري البدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم: قال: يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله تعالى رواه مسلم

Telah sahih dari Ibnu Masud Al-Anshori Al-Badari radhiallahu 'anhu, dari Nabi ﷺ, "Yang paling didahulukan menjadi imam suatu kaum ialah yang paling fasih membaca kitabullah ta'ala. Riawayat Imam Muslim."

Ini dijelaskan dalam At-Tibyan karya Imam Nawawi.

9. Salat sendiri lebih utama daripada bermakmum kepada imam bermazhab Hanafi.

بسم الله الرحمن الرحيم
 
قال المصنف رحمه الله تعالی 

ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺇﺳﺤﺎﻕ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺇﻥ اﻟﺼﻼﺓ ﻣﻨﻔﺮﺩا ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ اﻟﺼﻼﺓ ﺧﻠﻒ اﻟﺤﻨﻔﻲ 

Telah berkata Abu Ishaq radhiallahu 'anhu, "Sesungguhnya salat sendirian lebih utama dari salat di belakang imam mazhab Hanafi."

Demikian penjelasan di Kitab Kifayatul Akhyar karya Syaikh Taqiyyuddin Al-Hishniy.

Abdurrachman Asy Syafi'iy menjelaskan bawah lebih utama salat sendiri karena perbedaan keyakinan dalam rukun salat. Ada sebagian rukun salat yang diwajibkan dalam mazhab Syafii, tetapi tidak wajib menurut mazhab Hanafi atau bahkan ada yang diyakini makruh. "Atau perbedaan keyakinan dalam rukun-rukun bersuci. Yang demikian berlaku juga untuk semua orang yang memiliki keyakinan menyamai mazhab Hanafi, sekalipun dia tidak mengakui taklid kepada mazhab Hanafi," Abdurrachman Asy Syafi'iy.

10. Saf paling depan yang paling utama.

بسم الله الرحمن الرحيم

(ﻭ) ﺳﻦ ﻟﻠﺮﺟﺎﻝ ﻭﻗﻮﻓﻬﻢ (ﻓﻲ ﺻﻒ ﺃﻭﻝ) ﻷﻧﻪ ﺃﻓﻀﻞ ﺻﻔﻮﻑ اﻟﺮﺟﺎﻝ

Dan disunahkan bagi para lelaki dewasa berdiri di saf awal. Yang demikian ialah saf para lelaki dewasa paling utama.

ﺃﻣﺎ اﻟﺨﻨﺎﺛﻰ ﻭاﻟﻨﺴﺎء ﻓﺄﻓﻀﻞ ﺻﻔﻮﻓﻬﻢ ﺁﺧﺮﻫﺎ ﻟﺒﻌﺪﻩ ﻋﻦ اﻟﺮﺟﺎﻝ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻴﻬﻢ ﺭﺟﻞ ﻏﻴﺮ اﻹﻣﺎﻡ ﺳﻮاء كان ﺇﻧﺎﺛﺎ ﻓﻘﻂ ﺃﻭ ﺧﻨﺎﺛﻰ ﻓﻘﻂ ﺃﻭ اﻟﺒﻌﺾ ﻣﻦ ﻫﺆﻻء ﻭاﻟﺒﻌﺾ ﻣﻦ ﻫﺆﻻء ﻓﺎﻷﺧﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﺨﻨﺎﺛﻰ ﺃﻓﻀﻠﻬﻢ ﻭاﻷﺧﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﻨﺴﺎء ﺃﻓﻀﻠﻬﻦ

Adapun banci (orang yang punya dua alat kelamin) dan perempuan, saf-saf paling utama mereka ialah yang paling akhir (paling belakang), karena jauhnya dari para lelaki dewasa, sekalipun di dalamnya tidak ada lelaki selain imam. 

 (ﺛﻢ ﻣﺎ ﻳﻠﻴﻪ) ﺃﻱ اﻟﺼﻒ اﻷﻭﻝ ﻓﻲ ﺣﻖ اﻟﺮﺟﺎﻝ ﻭاﻟﺼﻒ اﻷﺧﻴﺮ ﻓﻲ ﺣﻖ ﻏﻴﺮﻫﻢ 

kemudian saf-saf yang mengikutinya. Maksudnya, yang mengikuti saf awal di dalam hak para lelaki dewasa dan saf yang akhir di dalam hak selain para lelaki dewasa.

 ﻭﻫﺬا ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺻﻼﺓ اﻟﺠﻨﺎﺯﺓ

dan hal ini di dalam selain salat jenazah.

ﺃﻣﺎ ﻫﻲ ﻓﺘﺴﺘﻮﻱ ﺻﻔﻮﻓﻬﺎ ﻓﻲ اﻟﺮﺗﺒﺔ 

adapun salat jenazah saf-safnya sama di dalam martabat keutamaan.

Itu dijelaskan Kitab Nihayatuz Zain karya Syaikh Nawawi Al-Bantaniy.

11. Saf sebelah kanan imam paling utama.

بسم الله الرحمن الرحيم

ﻭﺃﻓﻀﻞ ﻛﻞ ﺻﻒ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﺛﻢ ﻳﺴﺎﺭﻩ 

Dan yang paling utama dari setiap saf ialah sebelah kanan imam, kemudian sebelah kirinya.

Demikian penjelasan dalam Kitab Nihayatuz Zain karya Syaikh Nawawi Al-Bantaniy. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat