visitaaponce.com

Lima Bahasan Seputar Salat Berjemaah dalam Mazhab Syafii

Lima Bahasan Seputar Salat Berjemaah dalam Mazhab Syafii
Ilustrasi.(Antara/Sulthony Hasanuddin.)

SALAH satu bahasan fikih dalam mazhab Imam Syafii terkait salat berjemaah. Ini penting diketahui bagi umat Islam yang mayoritas berpegang kepada Imam Syafii

Kali ini ada lima bahasan yang berhubungan dengan salat berjemaah. Pelbagai hal itu disampaikan ustaz Abdurrachman Asy Syafi'iy. Berikut penjelasan rincinya.

1. Azan disunahkan sudah berwudu.

بسم الله الرحمن الرحيم 

قال المصنف رحمه الله تعالی :

ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﺆﺫﻥ ﻋﻠﻰ ﻃﻬﺎﺭﺓ 

Disunnahkan muazin mengumandangkan azan dalam keadaan sudah bersuci

ﻓﺈﻥ ﺃﺫﻥ ﻭﻫﻮ ﻣﺤﺪﺙ ﺃﻭ ﺟﻨﺐ ﺃﻭ ﺃﻗﺎﻡ اﻟﺼﻼﺓ ﻭﻫﻮ ﻣﺤﺪﺙ ﺃﻭ ﺟﻨﺐ ﺻﺢ ﺃﺫاﻧﻪ ﻭﺇﻗﺎﻣﺘﻪ ﻟﻜﻨﻪ ﻣﻜﺮﻭﻩ

Jika ia mengumandangkan azan dan ia berhadas atau junub atau ikamah dalam hadas atau junub, tetap sah azannya dan ikamahnya. Akan tetapi ini makruh.

Baca juga: 11 Perkara dalam Salat Berjemaah

ﻧﺺ ﻋﻠﻰ ﻛﺮاﻫﺘﻪ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭاﻷﺻﺤﺎﺏ ﻭاﺗﻔﻘﻮا ﻋﻠﻴﻬﺎ

Imam Syafi'iy dan para ashab syafi'iy menashkan pendapat demikian dan mereka sepakat.

Hal tersebut tertera dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al Muhadzab.

2. Masjid kosong dari jemaah.

بسم الله الرحمن الرحيم 

قال المصنف رحمه الله تعالی :

(ﺃﻭ ﺗﻌﻄﻞ ﻣﺴﺠﺪ) ﻗﺮﻳﺐ ﻣﻨﻪ ﺃﻭ ﺑﻌﻴﺪ (ﻋﻨﻬﺎ) ﺃﻱ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻟﻐﻴﺒﺘﻪ ﻋﻨﻪ ﻟﻜﻮﻧﻪ ﺇﻣﺎﻣﻪ ﺃﻭ ﻳﺤﻀﺮ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﺤﻀﻮﺭﻩ  

Yang paling banyak jemaahnya lebih utama kecuali jika menjadi kosong masjid yang dekat darinya atau jauh darinya. Maksudnya kosong dari salat berjemaah karena ketidakhadirannya di masjid itu karena ia imamnya atau orang-orang hanya hadir dengan sebab kehadirannya.

Baca juga: Rukun Salat, Sunah Salat, Syarat Sah, dan Syarat Wajibnya

ﻓﺼﻼﺗﻪ ﻓﻴﻪ ﻣﻊ ﻗﻠﺔ ﺟﻤﺎﻋﺘﻪ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﻓﻲ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﺇﻥ ﻛﺜﺮ ﺟﻤﻌﻪ

maka salat di dalamnya disertai sedikitnya jemaah lebih utama daripada salat di masjid selainnya sekalipun banyak jemaahnya.

ﻭﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ اﻹﻣﺎﻣﺔ ﻓﻲ ﻣﺴﺠﺪ ﻓﻠﻢ ﻳﺤﻀﺮ ﻣﻌﻪ ﺃﺣﺪ ﻳﺼﻠﻲ ﻣﻌﻪ ﻭﺟﺒﺖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﻓﻴﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻷﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺷﻴﺌﻴﻦ اﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﻫﺬا اﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭاﻹﻣﺎﻣﺔ ﻓﻴﻪ ﻓﺈﺫا ﻓﺎﺕ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻻ ﻳﺴﻘﻂ اﻵﺧﺮ

Bila ada imam dalam satu masjid lalu satu pun orang tidak ada yang hadir untuk salat bersamanya, wajib baginya salat sendirian di masjid itu. Ini karena wajib baginya dua perkara, yaitu salat di dalam masjid ini dan menjadi imam di dalamnya. Bila tertinggal salah satu dari dua perkara ini, tidak menggugurkan yang lain.

Demikian keterangan dalam kitab Nihayatuz Zain

3. Salat berjemaah di rumah.

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی :

ﻭﺗﺤﺼﻞ ﻓﻀﻴﻠﺔ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺑﺼﻼﺓ اﻟﺸﺨﺺ ﻓﻲ ﺑﻴﺘﻪ ﺑﺰﻭﺟﺘﻪ ﺃﻭ ﻭﻟﺪ ﺃﻭ ﺭﻗﻴﻖ ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ

Dan tercapai keutamaan salat berjemaah dengan salat seseorang di rumahnya dengan istrinya atau anak atau budak atau selain yang demikian itu. 

ﻭﻳﺆﻣﺮ اﻟﺼﺒﻲ ﺑﺤﻀﻮﺭ اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﺟﻤﺎﻋﺎﺕ اﻟﺼﻼﺓ ﻟﻴﻌﺘﺎﺩﻫﺎ ﻭﻫﺬا ﻓﻲ ﻏﻴﺮ اﻷﻣﺮﺩ اﻟﺠﻤﻴﻞ ﺃﻣﺎ ﻫﻮ ﻓﺤﻜﻤﻪ ﺣﻜﻢ اﻟﻤﺮﺃﺓ

Dan anak kecil diperintahkan menghadiri masjid dan salat berjemaah untuk membiasakan diri (belajar) salat berjemaah dan hal ini berlaku bagi selain amrad jamil. Bagi amrod jamil hukumnya ialah hukum perempuan.

Ini diterangkan dalam kitab Nihayatuz Zain. "Amrad jamil ialah anak lelaki atau anak muda yang wajahnya tampan, belum tumbuh kumis dan jenggot, menyerupai perempuan, dan bisa mengundang syahwat lelaki dewasa. Karenanya, hukumnya sama dengan perempuan, yaitu salat di rumah lebih utama," ujar Abdurrachman.

4. Makmum tidak boleh berada di depan imam.

بسم الله الرحمن الرحيم 

قال المصنف رحمه الله تعالی :

(ﻭ) اﻟﺜﺎﻧﻲ (ﻋﺪﻡ ﺗﻘﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﺇﻣﺎﻡ) ﻓﻲ اﻟﻤﻮﻗﻒ ﺑﺄﻥ ﻳﺘﺄﺧﺮ ﻋﻨﻪ ﺃﻭ ﻳﺴﺎﻭﻳﻪ 

Dan syarat salat berjemaah yang kedua ialah makmum tidak mendahului posisi imam pada tempat berdiri, yaitu makmum berada di belakang imam atau menyamainya (sejajar).

ﻓﺈﻥ ﺗﻘﺪﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﺃﺛﻨﺎء اﻟﺼﻼﺓ ﺑﻄﻠﺖ ﺃﻭ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﺤﺮﻡ ﻟﻢ ﺗﻨﻌﻘﺪ ﻛﺎﻟﺘﻘﺪﻡ ﺑﺘﻜﺒﻴﺮﺓ اﻹﺣﺮاﻡ ﻗﻴﺎﺳﺎ ﻟﻠﻤﻜﺎﻥ ﻋﻠﻰ اﻟﺰﻣﺎﻥ

Jika makmum mendahului posisi imam di pertengahan salat, batal salatnya, atau ketika takbiratul ihram, tidak sah salatnya. Ini sama seperti mendahului takbiratul ihram imam, karena tempat diqiyaskan kepada zaman (waktu).

 ﻧﻌﻢ ﻳﺴﺘﺜﻨﻰ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺻﻼﺓ ﺷﺪﺓ اﻟﺨﻮﻑ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻀﺮ ﻓﻴﻬﺎ ﺗﻘﺪﻡ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻋﻠﻰ اﻹﻣﺎﻡ ﻟﻠﻌﺬﺭ 

Na'am, dikecualikan dari yang demikian salat syiddatul khouf. Ini tidak apa-apa makmum mendahului posisi imam karena uzur.

ﻭﻟﻮ ﺷﻚ ﻫﻞ ﻫﻮ ﻣﺘﻘﺪﻡ ﺃﻡ ﻻ ﻛﺄﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﻇﻠﻤﺔ ﺻﺤﺖ ﺻﻼﺗﻪ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺃﻱ ﺳﻮاء ﺟﺎء ﻣﻦ ﻗﺪاﻡ اﻹﻣﺎﻡ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺧﻠﻔﻪ 

Dan jika ragu ia mendahului posisi imam atau bukan, seperti dalam keadaan gelap, sah salatnya secara mutlak. Maksudnya sama saja makmum datang dari depan imam atau dari belakang imam.

ﻭاﻻﻋﺘﺒﺎﺭ ﻓﻲ اﻟﺘﻘﺪﻡ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻟﻠﻘﺎﺋﻢ (ﺑﻌﻘﺐ) ﻭﻫﻮ ﻣﺆﺧﺮ اﻟﻘﺪﻡ ﻓﻠﻮ ﺗﺴﺎﻭﻳﺎ ﻓﻲ اﻟﻌﻘﺐ ﻭﺗﻘﺪﻣﺖ ﺃﺻﺎﺑﻊ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻟﻢ ﻳﻀﺮ ﺇﻻ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ اﻋﺘﻤﺎﺩﻩ ﻋﻠﻰ ﺃﺻﺎﺑﻌﻪ 

Dan yang diperhitungkan dalam mendahului posisi imam dan selainnya bagi yang berdiri ialah tumit atau bagian belakang telapak kaki. Jika tumit sejajar dan jari-jari makmum mendahului jari imam, tidak apa apa, kecuali jika makmum berdiri dengan jari-jari kakinya.

ﻭﻟﻠﻘﺎﻋﺪ ﺑﺎﻷﻟﻴﺔ ﻭﻣﻨﻪ اﻟﺮاﻛﺐ ﻓﺎﻻﻋﺘﺒﺎﺭ ﻓﻴﻪ ﺑﺎﻷﻟﻴﺔ 

Dan bagi orang yang duduk, yang diperhitungkan posisi pantat dan sebagian darinya orang yang di atas tunggangan, yang diperhitungkan ialah pantat.

ﻭﻟﻠﺴﺎﺟﺪ ﺑﺮﺅﻭﺱ اﻷﺻﺎﺑﻊ 

Dan orang sujud, yang diperhitungkan ialah pangkal-pangkal jari.

ﻭﻟﻠﻤﺼﻠﻮﺏ ﺑﺎﻟﻜﺘﻒ 

Dan orang yang ditopang, yang diperhitungkan ialah penopangnya.

ﻭﻟﻠﻤﻘﻄﻮﻋﺔ ﺭﺟﻠﻪ ﺑﻤﺎ اﻋﺘﻤﺪ ﻋﻠﻴﻪ 

Dan orang yang buntung kakinya, yang diperhitungkan ialah yang ia jadikan tumpuan untuk berdiri.

ﻭﻟﻠﻤﻀﻄﺠﻊ ﺑﺎﻟﺠﻨﺐ 

Dan orang yang berbaring, yang diperhitungkan ialah lambungnya.

ﻭﻟﻠﻤﺴﺘﻠﻘﻲ ﺑﺎﻟﺮﺃﺱ

Dan orang yang terlentang ialah kepalanya.

Demikian penjelasan kitab Nihayatuz Zain.

5. Makmum wajib mengikuti imam dalam sunah-sunah salat.

بسم الله الرحمن الرحيم 

قال المصنف رحمه الله تعالی :

ﻭ) اﻟﺨﺎﻣﺲ (ﻣﻮاﻓﻘﺔ) ﻟﻹﻣﺎﻡ (ﻓﻲ ﺳﻨﻦ ﺗﻔﺤﺶ ﻣﺨﺎﻟﻔﺔ ﻓﻴﻬﺎ) ﻓﻌﻼ ﻭﺗﺮﻛﺎ ﻛﺴﺠﺪﺓ ﺗﻼﻭﺓ ﻭﺗﺸﻬﺪ ﺃﻭﻝ ﻋﻠﻰ ﺗﻔﺼﻴﻞ ﻓﻴﻪ ﺗﻘﺪﻡ ﺑﺨﻼﻑ ﻣﺎ ﻻ ﺗﻔﺤﺶ اﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺔ ﻓﻴﻪ ﻛﺠﻠﺴﺔ اﻻﺳﺘﺮاﺣﺔ ﻓﻼ ﺗﻀﺮ ﻣﺨﺎﻟﻔﺔ اﻹﻣﺎﻡ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻓﻌﻼ ﻭﺗﺮﻛﺎ
ﻭاﻟﺴﺎﺩﺱ ﺗﺒﻌﻴﺔ اﻹﻣﺎﻡ ﻓﻲ اﻷﻓﻌﺎﻝ ﻭاﻷﻗﻮاﻝ ﻭﻫﻮ ﺗﺄﺧﺮ اﺑﺘﺪاء ﺗﺤﺮﻡ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻋﻦ اﻧﺘﻬﺎء ﺗﺤﺮﻡ اﻹﻣﺎﻡ ﻳﻘﻴﻨﺎ ﻓﻠﻮ ﻗﺎﺭﻧﻪ ﻓﻲ ﺣﺮﻑ ﻣﻦ اﻟﺘﻜﺒﻴﺮ ﻟﻢ ﺗﻨﻌﻘﺪ ﺻﻼﺗﻪ ﻭﻣﺤﻞ ﻫﺬا اﻟﺸﺮﻁ ﻓﻴﻤﺎ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻣﻘﺘﺪﻳﺎ ﻣﻦ اﺑﺘﺪاء ﺻﻼﺗﻪ ﺃﻣﺎ ﻟﻮ ﻧﻮﻯ اﻻﻗﺘﺪاء ﻓﻲ ﺃﺛﻨﺎء ﺻﻼﺗﻪ ﻓﻼ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﺗﺄﺧﺮ ﺗﺤﺮﻣﻪ ﻋﻦ ﺗﺤﺮﻡ اﻹﻣﺎﻡ اﻟﺬﻱ ﻧﻮﻯ اﻻﻗﺘﺪاء ﺑﻪ ﻓﻲ اﻷﺛﻨﺎء ﺑﻞ ﻳﺼﺢ ﺗﻘﺪﻣﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻛﺬا ﻟﻮ ﻛﺒﺮ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻋﻘﺐ ﺗﻜﺒﻴﺮ اﻹﻣﺎﻡ ﺛﻢ ﻃﺮﺃ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺷﻚ ﻓﻲ ﺗﻜﺒﻴﺮﻩ ﻓﻜﺒﺮ ﺛﺎﻧﻴﺎ ﺧﻔﻴﺔ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﺑﻪ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻻ ﻳﻀﺮ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻭﺻﻼﺓ اﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻓﺮاﺩﻯ ﻭﻋﺪﻡ ﺳﺒﻘﻪ ﻋﻠﻰ ﺇﻣﺎﻣﻪ ﺑﺮﻛﻨﻴﻦ ﻓﻌﻠﻴﻴﻦ ﻭﻟﻮ ﻏﻴﺮ ﻃﻮﻳﻠﻴﻦ

...Menyamai imam di dalam sunah-sunah yang (dianggap) melampaui batas (jika) menyalahi (imam) di dalamnya, seperti sujud tilawah dan tasyahud awal berdasarkan perincian di dalamnya yang sudah mendahului. Lain hal sunah yang tidak melampaui batas menyalahi di dalamnya, seperti duduk istirahat, ini tidak berbahaya menyalahi imam dalam yang demikian itu, baik mengerjakan maupun meninggalkan.

...Mengikuti imam dalam perbuatan-perbuatan dan bacaan-bacaan. Yang demikian ialah mengakhirkan permulaan takbiratul ihram makmum dari penghabisan takbiratul ihram imam secara yakin. Bila bersamaan dengan imam di dalam satu huruf dari lafaz takbir, tidak sah shalatnya. 

Letak syarat ini di dalam perkara jika makmum yang mengikuti dari awal salatnya. Jika ia berniat bermakmum di pertengahan salatnya, tidak disyaratkan mengakhirkan takbiratul ihram dari takbiratul ihram imam. Bahkan sah mendahuluinya atas imam. 

Sama halnya jika makmum bertakbir sesaat sesudah takbir imam, kemudian muncul di dalam hati imam keraguan di dalam takbirnya, lalu imam takbir yang kedua secara tersembunyi dan makmum tidak mengetahuinya, ini tidak berbahaya menurut pendapat mu'tamad. Salat makmum seketika itu (mengikuti) satu per satu dan tidak mendahului imam sebanyak dua rukun perbuatan sekalipun keduanya bukan rukun yang panjang.

Demikian penjelasan dalam kitab Nihayatuz Zain

Itulah lima bahasan dalam salat berjemaah, khususnya pada mazhab Syafii. Wallahu a'lam. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat