Tata Laksana Anak Obesitas, Ganti Cemilannya
![Tata Laksana Anak Obesitas, Ganti Cemilannya](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/08/a06f597dc4ee38802a756c2ebdb5f15c.jpg)
KETUA Tim Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Banten Novitria Dwinanda mengatakan tata laksana anak obesitas yakni dengan mengganti camilan, dari yang semula hanya makanan manis menjadi buah potong.
"Anak masih tumbuh dan kembang, jadi jangan sampai kita kurusin dia tetapi otaknya tidak berkembang. Tata laksana obesitas pada anak itu yang dipotong itu snack, bukan makanan utama," kata Novitria, dikutip Selasa (22/8).
Novitria menyarankan orangtua tidak mengganti buah potong dengan bentuk jus karena biasanya mengandung gula lebih tinggi.
Baca juga: Sering Konsumsi Mi Instan Ternyata Berisiko Obesitas
Selain camilan, orangtua perlu juga untuk menghilangkan asupan minuman manis dan menggantinya dengan air putih.
Kemudian, untuk makan utama, sebaiknya berikan dalam porsi seperti biasa dan frekuensi tiga kali sehari atau dengan kata lain tidak melewatkan sarapan.
"Tidak boleh lewatkan sarapan, semakin dilewatkan semakin dia balas dendam di siang. Porsi biasa, tidak dikurangi," tutur Novitria, yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia itu.
Baca juga: Waspadai Leher Hitam pada Anak
Selanjutnya, orangtua membantu anak melakukan aktivitas yang disesuaikan dengan usia anak, dan sebaiknya membagi dalam tiga kegiatan besar, dimulai kegiatan ringan yang bisa dikerjakan setiap hari misalnya membersihkan tempat tidur, menaruh alat makan usai dipakai ke tempat seharusnya, dan mengambil minum sendiri.
Kedua, kegiatan yang bisa dikerjakan tiga hingga lima kali sehari dan sifatnya sedikit aerobik misalnya bermain sepeda, berjalan sore. Ketiga, kegiatan yang dilakukan sekali hingga dua kali dalam seminggu namun terarah seperti berenang, karate, dan latihan basket.
Selain perbaikan pola makan dan aktivitas fisik, pengelolaan obesitas juga meliputi pola tidur atau istirahat.
Menurut Kementerian Kesehatan, kurang tidur dapat menyebabkan hormon leptin terganggu sehingga menyebabkan rasa lapar tidak terkontrol.
Jika kuantitas dan kualitas tidur seseorang tidak sesuai, akan memengaruhi keseimbangan berbagai hormon yang pada
akhirnya memicu kejadian obesitas.
Gangguan tidur dapat menyebabkan peningkatan asupan energi melalui sejumlah cara yakni peningkatan rasa lapar melalui meningkatnya hormon ghrelin (pengontrol rasa lapar) dan menurunnya hormon leptin (pengontrol rasa kenyang), waktu tersisa untuk makan menjadi lebih banyak dan cenderung memilih makanan yang tidak sehat. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Pola Pikir Positif Bantu Anak Mudah Beradaptasi di Sekolah Baru
Aniaya Anak, Gadis Indekos Jadi Terdakwa
Kominfo Sebut Bandar Judi Online Sasar Anak Lewat Game
Upaya Kembalikan Hak Bermain Anak Pejuang Kanker
Judi Online Mengancam Kualitas Bonus Demografi
25 Rekomendasi Film Indonesia untuk Anak, Bisa Menjadi Inspirasi dan Edukasi
Manfaat Bedah Robotik untuk Mengatasi Kista dan Miom
Berisiko Terkena Varises, Lakukan USG Skrining
Obesitas Meningkat di Indonesia, Benarkah Body Contouring Jadi Solusi?
6 Kiat Menjaga Kebugaran Tubuh
Anak Obesitas Berisiko Terkena Gejala Demam Berdarah Berat
Mitos atau Fakta, Minum Susu Sebabkan Obesitas?
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap