visitaaponce.com

Cacar Air tidak Boleh Disepelekan, Segera ke Dokter Jika Bergejala

Cacar Air tidak Boleh Disepelekan, Segera ke Dokter Jika Bergejala
Petugas kesehatan menunjukan vaksin(Antara)

CACAR air (chickenpox) masih dianggap sebagai penyakit biasa yang dipikir akan sembuh dengan sendirinya. Padahal penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berbahaya bagi penderitanya.

Ketua Unit kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI DR Dr Anggraini Alam, SpA(K) menceritakan terdapat kasus pasien anak yang datang dengan kondisi kejang ternyata akibat cacar air beberapa hari sebelumnya. 

Akhirnya pasien masuk ruang dengan ventilasi dan 24 jam pasien meninggal karena cacar air mengalami komplikasi. Sehingga ia menyimpulkan bahwa cacar air tidak bisa dianggap ringan, spektrum penyakit ini yang sangat luas.

Baca juga : Dinkes DKI Lakukan Surveilans Kasus Difteri

"Cacar air memiliki ciri antara lain demam dengan benjolan pada tubuh yang berisi cairan, nanah, maupun benjolan biasa. Selain itu, benjolan tersebut juga bisa seperti sundutan dari rokok atau berbagai jenis lainnya," kata dr Anggraini dalam konferensi pers secara daring, Selasa (3/10).

Baca juga : Mengenal Bahaya Virus Nipah: Calon Potensial Pandemi Global Selanjutnya

Ia mengatakan dari 1.000 kasus ada 2 sampai 3 pasien cacar air memerlukan perawatan intensif karena infeksi pada paru. Komplikasi yang terjadi bisa korengan karena bakteri, masalah neurologi atau sistem saraf, pernapasan, hingga komplikasi lainnya.

Penyakit yang berasal dari virus varicella zoster tersebut sangat mudah menular melalui sentuhan atau udara dan kejadiannya lebih banyak di musim yang dingin, jika ada orang yang tertular dari pasien, maka orang itu biasanya lebih parah. Diagnosis cacar air bisa dilihat secara fisik karena gambaran klinis jelas adanya benjolan kecil pada tubuh yang bisa bertahan di dalam tubuh seseorang selama 7 hari atau bahkan 10 hari.

Penyakit ini ditandai dengan demam, sakit kepala, loyo, nafsu makan berkurang, mulai ada ruam merah, muncul seperti sundutan rokok. Ruam tersebut muncul biasanya di batang tubuh seperti perut, punggung, dada, baru menyebar kemana-mana. Kalau orang dewasa bahkan bisa menyebar ke kepala hingga rongga mulut, semua daerah tubuh bisa.

"Jadi memang kalau kita lihat bagaimana mulai dia masuk sampai beberapa hari kemudian menimbulkan sakit kita lihat, demam mulailah muncul ruam atau benjolan seperti sundutan rokok disertai nanah," ujar dia.

Penyakit ini akan lebih parah jika terjadi pada remaja yang sedang hamil maka risiko meninggalnya tinggi, dan bayi juga mengalami risiko kematian. Bahkan pada semester pertama bayi yang masih di dalam perut punya risiko cacar air juga.

"Maka tata laksana kebanyakan mengurangi gatal, kalau tidak demam maka bisa dimandikan namun benjolannya jangan sampai pecah karena bisa infeksi. Makanannya pun diatur yang lunak jika ada ruam di rongga mulut," jelasnya.

Pasien cacar air dengan lesi sudah kering dan tidak ada cairan yang keluar lagi maka perlu kepastian dokter apakah sudah sembuh atau belum. Orang yang berada di bangsal atau ruang dengan pasien cacar air maka terpaparnya bisa 90%, kalau serumah atau seatap bisa 70%. Sehingga ketika anak cacar air jangan pergi ke sekolah. Anak bisa kembali ke sekolah jika semua lesi sudah mengering dan tidak ada lesi baru.

pada anak dengan usia 12 bulan hingga 12 tahun dengan 2 dosis. Dosis pertama pada anak usia 12-15 bulan dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun. Sementara orang usia 13 tahun ke atas yang belum mendapat vaksin maka bisa diberikan 2 dosis dengan jarak minimal 28 hari. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat