visitaaponce.com

Mengenal Senyawa Sianida, Sangat Beracun dan Mematikan

Mengenal Senyawa Sianida, Sangat Beracun dan Mematikan
Ilustrasi(ACS.org)

NETFLIX, pada 28 September 2023 lalu, merilis sebuah film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso. Setelah perilisannya, film tersebut menjadi diskursus publik karena cerita yang diangkat meliputi sebuah kasus pembunuhan terkenal di Indonesia pada 2016. 

Ketika itu, korban Wayan Mirna Salihin meninggal dunia setelah meminum kopi yang dipercaya mengandung sianida. Film ini mengundang perdebatan yang terjadi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat Indonesia, tetapi juga perang data dan analisis dari sejumlah ahli yang turut menuangkan pendapat dan pengetahuan di berbagai media massa. 

Namun, fokus tulisan kali ini bukanlah mengacu kepada film garapan Netflix yang ramai menjadi perbicangan masyarakat Indonesia saat itu, melainkan berfokus terhadap sianida, senyawa kimia yang secara tradisional juga dikenal sebagai racun, salah satu yang paling terkenal, dan mematikan di dunia.

Baca juga : Nyamuk Wolbachia, Inovasi Efektif tetapi bukan Solusi Satu-Satunya

Sianida dan sejarah penggunaannya

Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung gugus siano C-N. Senyawa beracun yang mematikan ini pertama kali ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele pada 1782 dan kemudian untuk pertama kalinya mulai diekstraksi dari kacang almon pada periode 1800. 

 

Baca juga : Iron Dome, si Payung Udara Canggih dari Israel

Senyawa ini sangat beracun, apabila terpapar, hampir dipastikan korbannya akan mengalami kerusakan jaringan sel dalam tubuh dan kematian secara instan. 

Cara kerja racun ini ialah menghambat kerja enzim cytochrome-x-oxidase, yang berfungsi mengikat oksigen guna memenhi kebutuhan pernapasan sel serta terletak di mitokondria.

Sianida umumnya digunakan pada pestisida untuk membasi hama dan serangga. Namun, senyawa ini juga biasa digunakan terlebih pada industri tekstil, kertas, plastik, pengolahan logam, pertambangan, fotografi, pewarnaan, dan industri kimia. 

Baca juga : Piala Dunia U-17, Kepercayaan FIFA dan Kesempatan Sepak Bola Indonesia

Orang-orang yang bekerja di industri-industri tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar sianida. 

Dikenal sebagai salah satu racun yang dapat bereaksi cepat, sianida kerap kali disalahgunakan sebagai senjata biologis maupun racun untuk membunuh orang lain. 

Sekitar periode 1870-1871 misalnya, sianida digunakan oleh pasukan Prancis dan Austria sebagai senjaya biologis dalam perang Prancis-Prusia. Tren penggunaan oleh kedua negara ini terus berlanjut hingga sampai di Perang Dunia I pada 1914-1918. 

Baca juga : Belum Bayar Pesangon, Ayah Mirna Salihin Dilaporkan ke Polisi

Senyawa sianida digunakan oleh Nazi Jerman saat melakukan fenomena holocaust dalam Perang Dunia II, melalui sebuah produk bernama Rodentisida Zyklon-B yang mengandung sianida. Jutaan orang tewas terbunuh dalam fenomena tersebut. 

Tidak berhenti sampai di sana, bahkan hingga periode 1980-an pun, sianida masih menjadi pilihan sebagai senjata biologis yang ikut serta dalam perang Iran-Irak.

Ciri dan sifat Sianida

Salah satu ciri paling khas dari sianida dipercaya sebagai baunya yang beraroma kacang almon pahit. Namun, tidak semua orang yang dapat mencium aroma dari sianida. 

Baca juga : AS cuma Minta Jeda di Gaza, Bukan Gencatan Senjata

Di Indonesia, sekitar 84% orang dapat mencium bau sianida, sementara 16% sisanya tidak. Bahkan tidak jarang, sianida tidak mengeluarkan bau sama sekali.

Senyawa ini hadir dalam berbagai bentuk, seperti dalam bentuk gas atau cairan tidak berwarna seperti hidrogen sianida (HCN) dan sianogen klorida (CNCI) serta dalam bentuk kristal atau wujud padat, seperti natrium sianida (NaCN) dan kalium sianida (KCN). 

Sianida banyak ditemukan di alam

Sianida ialah senyawa kimia yang dilepaskan dan umum ditemui di bahan-bahan alami pada beberapa bahan makanan dan tanaman, termasuk biji-bijian dan buah-buahan yang biasa dikonsumsi manusia. 

Baca juga : Timbal Terbukti Berbahaya, Pemerintah bakal Kurangi Pemakaiannya di Industri

Beberapa bahan makanan, tanaman dan buah-buahan yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti singkong, kacang almond, biji buah persik dan aprikot, elderberry, biji buah ceri, biji buah apel, bayam, rebung, kacang lima hingga tapioka.

Singkong dipercaya mengandung senyawa glikosida sianogenik atau sianida apabila tidak diolah dengan benar serta dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. 

Kacang almon mengandung amigdalin yang dapat berubah menjadi sianida, kemudian biji buah apel juga mengadung senyawa sianida, tetapi biji apel memiliki sebuah lapisan pelindung yang efektif untuk mencegah sianida masuk ke dalam sistem tubuh ketika biji tersebut tertelan.

Baca juga : Mengenal Bahaya Virus Nipah: Calon Potensial Pandemi Global Selanjutnya

Sianida sebagai racun pembunuh

Sianida sering kali disalahgunakan sebagai racun untuk membunuh manusia. Dosis yang mematikan bagi sianida pada manusia pun beragam, secara oral dosis mematikan ada di angka 200-300 mg, melalui uap hidrogen sianida mencapai 2.500-5.000 mg/meit/m3 sementara uap sianogen klorida berada di dosis 11.000 mg/menit/m3/. 

Penyebab dari keracunan sianida dapat terjadi melalui adanya konsumsi makanan dan minuman mengandung sianida, merokok atau terpapar asap rokok hingga keracunan asap karbon monoksida secara berlebihan.

Penggunaan sianida sebagai racun tidak hanya terjadi dalam konteks peperangan dan senjata biologis. Sianida juga kerap digunakan oleh individu-individu tertentu sebagai metode untuk membunuh orang lain. 

Baca juga : Keberhasilan One Piece Sukses Pecahkan Kutukan Live Action Anime

Kasus penggunaan sianida sebagai racun pembunuh di Indonesia bukanlah polemik baru dan sudah terjadi berulang kali. Seperti pada kasus di 2016 silam yang menimpa Wayan Mirna Salihin dan menghebohkan publik, kemudian kasus pembunuhan oleh pimpinan padepokan Satrio Aji di tahun yang sama dan menewaskan dua orang. 

Pada 2021, seorang perempan mengirimkan makanan yang mengandung sianida dan berakibat terhadap tewasnya seorang anak kecil, kemudian pada 2022 sianida juga digunakan dalam kasus pembunuhan berencana dengan kedok ritual pengobatan dan pengadaan uang secara gaib di Depok, Jawa Barat, sehingga menyebabkan dua orang meninggal.

Penggunaan sianida sebagai racun tidak hanya terkenal di dalam negeri. Beberapa kasus terkenal dengan menggunakan sianida, juga pernah menjadi hal yang menghebohkan di negara lain. 

Baca juga : Transisi EBT, Potensi dan Tantangannya di Indonesia

Seperti pada 1978, terjadi pembunuhan massal di Barimi-Waini, Guyana dan menewaskan setidaknya 909 orang. Mayoritas korban kuat diduga tewas akibat keracunan sianida. Fenomena ini lantas dikenal sebagai pembunuhan massal Janestown. 

Kemudian pada 1982, terjadi kasus yang dikenal sebagai kasus pembunuhan Tylenol di Chicago, Amerika Serikat serta menewaskan sebanyak 7 orang. Pembunuhan berseri dengan total korban mencapai 6 anggota keluarga juga terjadi di Kozhikode, Kerala, India pada 2019. Dalam kasus ini, pelaku mengakui bahwa dirinya menggunakan senyawa sianida untuk membunuh para korbannya.

Sianida memang merupakan suatu senyawa kimia yang dapat ditemukan secara alamiah dan lumrah digunakan di beberapa bidang pekerjaan tertentu, serta diharapkan dapat bermanfaat di berbagai sektor profesi apabila diolah serta digunakan sebagaimana mestinya. Sayangnya, hingga saat ini masih banyak penyalahgunaan sianida oleh banyak pihak, sehingga digunakan sebagai senjata maupun agen pembunuh. 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat