visitaaponce.com

President University Berbagi Pengalaman di Tiongkok

President University Berbagi Pengalaman di Tiongkok
Rektor Presiden University dalam ajang Tiongkok-ASEAN Human Resources Cooperation and Development Forum.(Ist)

DALAM dunia bisnis, banyak produk atau jasa yang popular pada saat ini dengan cepat menjadi usang pada esok harinya. Saat ini siklus hidup suatu produk atau jasa menjadi semakin pendek. 

Fenomena semacam itu terjadi juga dalam dunia pendidikan. Itu sebabnya untuk membuat lembaga pendidikan tetap relevan, termasuk lulusan yang dihasilkannya. Mereka mesti mampu mengombinasikan penyelenggaraan pendidikannya dengan pendekatan yang bersifat praktis.

Hal ini diungkapkan Rektor President University Chairy dalam ajang Tiongkok-ASEAN Human Resources Cooperation and Development Forum. Forum tersebut dihadiri oleh 300-an peserta dari China dan berbagai negara ASEAN. 

Baca juga: Usung 10 Topik, Fakultas Bisnis President University Gelar ICFBE di Malaysia

Pada forum tersebut, Chairy memaparkan pidatonya yang bertopik The Role of University in Preparing Highly-Skilled Human Capital: The Case of Indonesia to Achieve Golden Indonesia in 2045. Untuk menyongsong Indonesia Emas, pemerintah menetapkan empat pilar, yakni SDM yang kompeten dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, akses infrastruktur yang adil, serta penguatan ketahanan nasional dan tata kelola. 

“Talenta Indonesia Masih Tertinggal. Meski begitu, dalam hal talenta yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, Indonesia relatif masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN dan Asia Pasifik,” ungkap Chairy dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (13/11).

Baca juga: President University Gelar Pelatihan Reformasi Pemimpin dan Kepemimpinan

Merujuk pada laporan World Talent Ranking (WTR) yang dipublikasikan tahun 2023 oleh Institute for Management Development (IMD) yang berbasis di Swiss, Indonesia masih menempati peringkat ke-
47. Sementara, negara tetangga, seperti Singapura menempati peringkat ke-8, atau Malaysia ke-33, dan Thailand ke-45.

Lima negara teratas ditempati oleh Swiss, disusul Luksemburg, Islandia, Belgia dan Belanda. Di kawasan Asia Pasifik, Hongkong menempati peringkat ke-16, Australia ke-18, Taiwan ke-20, Korea Selatan ke-34, dan China di peringkat ke-41. 

Merujuk laporan WTR, papar Chairy, negara-negara yang menempati peringkat atas menekankan betul
pentingnya pelatihan profesional dan magang yang terintegrasi dalam sistem pendidikannya, ketimbang mata pelajaran yang bersifat akademis.

Strategi itulah yang kini ditempuh pemerintah dengan mendorong pendidikan yang berbasis vokasi. Strategi lainnya, ungkap Chairy, dengan meningkatkan anggaran dalam bidang pendidikan.

Terjun Langsung 

Berbicara tentang pentingnya pelatihan profesional dan magang, kata Chairy, President University sudah menerapkannya sejak lama. 

“Sejak awal President University memang sudah merancang magang sebagai bagian dari kegiatan perkuliahan. Itu sebabnya mahasiswa angkatan pertama, yang bergabung pada 2002, pun sudah
menjalami program magangnya pada tahun 2005,” ungkapnya.

“Mengapa magang begitu penting bagi kami? Ilustrasinya sederhana. Kalau kita ingin bisa berenang, di mana tempat belajar yang paling tepat? Di kelas, atau di kolam renang? Lewat program magang, kami mendorong mahasiswa untuk langsung terjun ke “kolam renang”, yakni dengan magang di berbagai industri,” lanjut dia. 

Konsep ini diterapkan pula untuk mahasiswa yang setelah lulus ingin mendidikan usaha sendiri
atau menjadi pengusaha. Dalam forum di China tersebut, Chairy kemudian memaparkan tentang konsep magang di President University yang terbagi dalam tiga tahap. 

Pada tahap pertama, mahasiswa sedini mungkin diperkenalkan dengan konsep dan pentingnya
magang, serta didorong terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler untuk mengasah kemampuan kepemimpinannya. Masih pada tahap ini, mahasiswa juga diajak mulai membangun portofolio dirinya.

Pada tahap kedua, mahasiswa belajar dari para praktisi bisnis dan alumni tentang sukses berkarier dan pentingnya membangun jejaring. 

“Untuk tahap ini diharapkan mahasiswa mulai dapat memvisualisasikan karier seperti apa yang mereka harapkan di masa mendatang. Ajang seperti ini diharapkan mampu membulatkan tekad mahasiswa untuk berhasil dalam studinya,” urai Chairy.

Tahap ketiga adalah ketika mahasiswa betul-betul menjalani program magangnya di perusahaan atau organisasi lainnya. Untuk mencapai kinerja terbaiknya, selama magang mahasiswa akan dibimbing oleh dosen pembimbing dari President University dan dari pihak perusahaan atau organisasi. 

Pada tahap ini, mahasiswa memiliki kesempatan magang selama empat bulan hingga satu tahun

“Oleh karena kinerjanya yang baik selama magang, banyak perusahaan yang tertarik untuk langsung merekrut mahasiswa tersebut. Itu sebabnya banyak mahasiswa President University yang sudah diterima bekerja, padahal yang bersangkutan belum lulus atau belum diwisuda,” lanjut dia. 

Data 2022, ada 55% mahasiswa President University ditawari oleh perusahaan untuk langsung bekerja sebelum mereka lulus atau diwisuda. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat