visitaaponce.com

Moderasi Beragama Harus Diwujudkan bukan hanya Narasi

Moderasi Beragama Harus Diwujudkan bukan hanya Narasi
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno.(Dokpri.)

MODERASI beragama bukan sekadar narasi. Moderasi beragama harus sampai pada implementasi. Teori moderasi beragama sudah banyak, tetapi praktiknya perlu diperluas di semua kementerian atau lembaga.

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno menegaskan hal tersebut dalam Diskusi Publik Inovasi Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Balai Litbang Agama (BLA) Semarang di Gadjah Mada UC Hotel Yogyakarta, 21 November 2023. Pada kesempatan ini, ia menyerahkan hadiah kepada para pemenang lomba inovasi moderasi beragama kategori madrasah dan sekolah. 

Suyitno berpesan moderasi tidak boleh berhenti hanya sebagai narasi, tetapi harus benar-benar diimplementasikan di semua unit atau satker kementerian atau lembaga. Lembaga pendidikan seperti madrasah atau sekolah dinilai sangat pantas menjadi role model praktik moderasi beragama. Ini karena di dalamnya terdapat para ahli dan pendidik untuk menginternaliasi dan mempraktikkan nilai-nilai moderasi beragama.

Baca juga: Tafsir Al-Qashash 88 Menyembah Allah yang tidak Pernah Hancur

"Pemenang lomba ini yang perlu didiseminasikan untuk menjadi role model. Bisa kita modifikasi, bisa kita jadikan model, agar kita tidak selalu memulai dari nol," kata Suyitno dalam keterangan tertulis, Selasa (21/11). Menurutnya, masih banyak satker yang belum mengimplementasikan program moderasi beragama. Mereka bisa mengadaptasi yang sudah dilakukan oleh madrasah atau sekolah yang menjuarai lomba inovasi moderasi beragama.

Pemenang lomba Kategori Madrasah Moderasi juara I, II, dan III berturut-turut ialah MAN 1 Kota Yogyakarta (DI Yogyakarta), MA Bali Bina Insani (Tabanan, Bali), dan MTsN 1 Pasuruan (Jatim). Adapun kategori Sekolah Moderasi juara I, II, dan III berturut-turut ialah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (Kota Medan, Sumatra Utara), SMAN 1 Kesamben (Kabupaten Blitar, Jatim), dan SMAN 1 Bambanglipuro (Bantul, DI Yogyakarta).

Baca juga: Siapakah Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani?

Senada, Wakil Kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DI Yogyakarta Suhirman mengatakan bahwa esensi lomba moderasi beragama bukanlah kejuaraan yang satu-satunya harus dibanggakan. Namun, substansinya ialah pelaksanaan moderasi beragama di sekolah. "Beberapa sekolah telah melaksanakan moderasi beragama melalui berbagai kegiatan, kemudian fasilitas keagamaan, dan peribadatan juga sudah ada. Bahkan di Yogyakarta sudah melayani aliran kepercayaan," kata Suherman.

Menuju kesadaran kolektif

Dalam diskusi publik inovasi moderasi beragama itu mengemuka wacana dari para ahli terkait moderasi beragama sebagai siklus pembiasaan yang tidak sekali jadi. UHN IGB Sugriwa Denpasar, I Nyoman Yoga Segara, mengatakan moderasi beragama ini sangat terhubung dengan upaya kita dalam membangun kepekaan budaya dan sekaligus membangun kepekaan agama.

Yoga mengimbau, pelaksanaan inovasi moderasi tidak hanya berhenti pada lomba-lomba seperti yang dilakukan oleh BLA Semarang. Tantangannya justru yaitu hal konkret yang bisa kita lakukan untuk membumikan moderasi beragama. 

"Yang oleh sekolah atau madrasah lakukan itu saya kira sudah dimulai dengan kesadaran kognitif. Yang selanjutnya menjadi PR kita ialah kesadaran kognitif menjadi kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif yang kemudian bisa mengajak semua orang untuk melakukan hal yang sama," kata Yoga.

Harapan Yoga, sekolah dan madrasah moderasi ini akan melahirkan generasi milenial yang toleran, inkusif, dan moderat. Sekolah atau tempat belajar yang penuh cinta, tidak hanya siswa tetapi juga oleh guru. (Z-2

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat