visitaaponce.com

Waspada, Diabetes Mulai Serang Usia Muda

Waspada, Diabetes Mulai Serang Usia Muda
Ilustrasi(Freepik)

OBESITAS menjadi satu dari sejumlah faktor risiko diabetes, khususnya diabetes tipe 2. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), diketahui 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan. Sementara sebanyak 10,8% dari jumlah tersebut mengalami obesitas. 

Berkaitan dengan hal ini, Riskesdas, yang dilakukan dalam rentang waktu 2007-2018 di seluruh provinsi di Indonesia juga menunjukkan adanya peningkatan sebesar 2 kali lipat kasus diabetes tipe 2 yang diderita usia muda di Indonesia. Kurangnya kesadaran dan perhatian, khususnya remaja dan dewasa muda terhadap bahaya diabetes dan komplikasinya turut mendukung peningkatan jumlah penyandang diabetes.

Presiden Direktur RS Pondok Indah Group Anna Rosita Subagdja, mengatakan, “Diabetes merupakan akar dari segala penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Fakta bahwa saat ini banyak remaja dan dewasa muda yang mengalami diabetes akibat pola hidup yang kurang baik, menjadi penggerak kami untuk selalu konsisten memberikan edukasi mengenai pentingnya penerapan pola hidup sehat bahkan sejak usia remaja." 

Baca juga: Diabetes yang tidak Terkontrol Bisa Akibatkan Kebutaan

"Bekerja sama dengan RS Pondok Indah Group dan sekolah Bakti Mulya 400, kami berharap kegiatan edukasi ini juga dapat meningkatkan perhatian masyarakat untuk mencegah penyakit diabetes dan menghindari komplikasinya,” lanjutnya.

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein karena terganggunya fungsi hormon insulin dalam tubuh. 

Diabetes melitus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 disebabkan oleh defisiensi produksi hormon insulin dalam kelenjar pankreas atau karena pengaruh autoimun, sementara DM tipe 2 disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. 

Baca juga: Pasien Diabetes Masih Boleh Konsumsi Gula Pasir Asalkan...

DM tipe 2 ini umumnya muncul dengan faktor risiko gaya hidup sedentary lifestyle dan pola konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah – Bintaro Jaya Nur Ainun mengatakan, “Diabetes sering kali tidak disadari oleh pengidapnya. Bahkan tidak sedikit penyandang diabetes yang baru mengetahui kondisinya ketika sudah timbul penyakit komplikasi, seperti gangguan jantung, retinopati diabetik, gangguan ginjal, masalah pada kulit dan kaki, hingga infeksi." 

"Karenanya, penting untuk melakukan deteksi dini, khususnya bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko diabetes. Dengan begitu, pencegahan dan pengendalian diabetes dapat dilakukan segera, sehingga tidak sampai menyebabkan munculnya penyakit komplikasi,” imbuhnya.

Kadar gula darah yang tinggi juga dapat mengganggu pembuluh darah besar, pembuluh darah kecil, dan saraf di seluruh bagian tubuh, tak terkecuali mata. 

Pembuluh darah yang terganggu di retina mata penyandang diabetes dapat menyebabkan retinopati diabetik. Kondisi ini dapat diderita oleh penyandang diabetes tipe 1 maupun 2.

“Retinopati diabetik umumnya terjadi pada seseorang yang telah lama menyandang diabetes yang tidak mengelola kondisinya dengan baik. Penyakit komplikasi ini juga berisiko terjadi pada penyandang diabetes yang mengidap penyakit penyerta lainnya, seperti kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan kerap mengalami hiperglikemia. Mulanya, retinopati diabetik tidak menimbulkan gejala yang berarti. Sejumlah gejala seperti penglihatan kabur, bintik-bintik mengapung, perubahan penglihatan warna, hingga kehilangan penglihatan baru akan dirasakan ketika retinopati diabetik berada pada tahap yang lebih parah. Karenanya, pemeriksaan foto fundus mata setiap tahun penting dilakukan oleh penyandang diabetes untuk mengidentifikasi retinopati diabetik di tahap awal,” ungkap Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata RS Pondok Indah – Pondok Indah, Sesaria Rizky Kumalasari.

Mengingat berbagai gejala penyakit komplikasi baru dapat diketahui ketika kondisinya sudah mulai parah, maka sebaiknya pemeriksaan kesehatan menyeluruh dilakukan secara rutin oleh penyandang diabetes. 

Bukan hanya pemeriksaan kadar gula darah, tetapi juga pemeriksaan lain seperti pemeriksaan fungsi ginjal dan pemantauan kondisi kaki. 

Lakukanlah pemeriksaan USG Doppler apabila terasa nyeri pada kaki. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut atau penyakit kaki diabetes yang dapat berujung pada amputasi.

Terapi pengobatan diabetes juga harus dilakukan sesuai dengan anjuran dokter. Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga ringan sebaiknya tidak ditinggalkan. Tentunya tetap dengan pengawasan dokter. 

World Health Organization (WHO) menganjurkan orang sehat berusia 18-64 untuk melakukan aktivitas fisik dengan durasi 150 menit per minggu. Hal ini juga berlaku bagi para penyandang diabetes.

“Olahraga dapat membantu mengontrol berat badan dan mencegah seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Selain itu, olahraga juga dapat membantu mengelola kadar gula darah dalam tubuh. Ketika berolahraga, otot memerlukan lebih banyak glukosa sebagai sumber energi. Hal ini mampu membantu mengurangi kadar gula darah yang tinggi dan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Olahraga juga dapat mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan mood yang juga memiliki efek positif terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan,” jelas Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga yang berpraktik di Sport Medicine Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya Grace Joselini Corlesa.

Meski memiliki segudang manfaat, penyandang diabetes tetap harus memerhatikan beberapa rambu dalam berolahraga. 

Penyandang diabetes sangat direkomendasikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum berolahraga. Pastikan kadar gula darah tetap normal selama berolahraga, lakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelah berolahraga. Pastikan juga asupan cairan cukup dan jangan memaksakan diri, berhentilah kalau sudah terlalu lelah.

Untuk masyarakat yang tidak terdiagnosis diabetes, baik anak-anak maupun dewasa, sebaiknya selalu menerapkan CERDIK, yaitu Cek kesehatan berkala, Enyahkan rokok, Rajin olahraga, Diet sehat dan seimbang, Istirahat, dan Kelola stres. 

Penerapan ini dilakukan demi mencegah terjadinya kondisi diabetes dan menekan angka penyandang diabetes di Indonesia, khususnya remaja dan dewasa muda.

“Kelebihan berat badan hingga obesitas sebagai faktor risiko diabetes sebenarnya dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup sejak usia remaja. Selain itu, penting untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai diabetes. Ketika sudah mengetahui dan memahami kondisi diabetes ini, diharapkan remaja dan dewasa muda dapat lebih menyadari pentingnya menerapkan gaya hidup sehat dan aktif agar terhindar dari diabetes maupun penyakit lainnya. Kami berharap melalui kegiatan edukasi yang rutin kami jalankan setiap tahun ini, dapat turut meningkatkan angka harapan hidup masyarakat Indonesia, khususnya usia anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa,” tutup Anna. (RO/Z-1)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat