visitaaponce.com

Istri Anies Baswedan, Fery Farhati Jadi Pengajar Parenting Meski Alami Keterbatasan Pendengaran

Istri Anies Baswedan, Fery Farhati Jadi Pengajar Parenting Meski Alami Keterbatasan Pendengaran
Istri calon presiden Anies Baswedan, Fery Farhati, di Festival Setara dan Berdaya, Media Indonesia, Selasa, (12/12).(MI)

PADA perjalanan kampanye yang sibuk, kehidupan pribadi calon presiden Indonesia muncul dalam sorotan. Nama Fery Farhati pun ikut muncul. Fery Farhati merupakan seorang pendidik Indonesia yang mengepalai posisi Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga DKI Jakarta dari tahun 2017 hingga 2022. Ia juga dikenal sebagai pasangan hidup Anies Baswedan, salah satu calon presiden Indonesia.

Tidak hanya menemani suaminya di dunia politik, wanita bernama lengkap Fery Farhati Ganis itu juga menjalani peran luar biasa sebagai pengajar parenting. Meski dihadapkan pada keterbatasan mendengar, ia membuktikan bahwa semangat dan dedikasi mampu merentangkan batas-batas keterbatasan tersebut.

Dalam kelas parenting yang diadakannya, ia berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan para orang tua, membimbing mereka dalam memahami dinamika kompleksitas masa pertumbuhan anak-anak. Sementara di panggung politik, suaminya berbicara tentang masa depan bangsa, di kelas parenting, sang istri menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan keluarga sebagai fondasi masyarakat yang kuat.

Baca juga: Angkie Yudistia: Anak Hebat karena Orangtua Hebat

Ditemui di Festival Setara dan Berdaya Media Indonesia pada Selasa (12/12), Fery bercerita tentang bagaimana Ia kehilangan kemampuan mendengarnya. “Awalnya memang ibu saya yang memiliki masalah pendengaran juga dan diketahui ketika saya SMA,” ungkap Fery. Rupanya hal tersebut dapat diturunkan pada keturunan selanjutnya, yaitu dirinya.

“Saya mengalami penurunan pendengaran itu ketika hamil anak pertama,” jelas Fery. Perubahan hormon yang terjadi pada kehamilan membuat pendengarannya semakin berkurang. “Awalnya tinnitus atau suara pesawat yang mendenging di telinga,” lanjutnya. Kemudian kemampuannya untuk mendengar semakin berkurang secara perlahan-lahan.

Fery juga bercerita penggunaan hearing aid (alat pendengar) dari yang masih biasa hingga yang khusus dan cocok untuk keluhannya. "Pada waktu itu karena saya masih mahasiswa saya ga mampu beli hearing aid yang punya teknologi yang cukup baik, jadi suaranya seperti suara radio," ujar Fery. Tidak hanya penggunaan hearing aid, Fery pernah berkonsultasi dengan dokter untuk tindakan operasi. Namun, kemungkinan antara sembuh atau tuli total sama besarnya. Jadi Ia lebih memilih untuk menggunakan hearing aid.

Baca juga: Berkompetisi di Ranah yang Sama, Jadi Modal Teman Difabel Tingkatkan Kapabilitas

Profil Singkat Fery Farhati

Fery Farhati dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat, pada 6 Agustus 1971. Dengan usia yang kini menginjak 51 tahun, Fery telah menjalin ikatan pernikahan dengan Anies Baswedan sejak 11 Mei 1996, dan mereka diberkahi dengan empat anak, yakni Mutiara Annisa Baswedan serta tiga putra, Mikail Azizi Baswedan, Kaisar Hakam Baswedan, dan Ismail Hakim Baswedan.

Keterlibatan Fery dalam dunia akademis terbilang mencengangkan. Ia meraih gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 1996. Pendidikan S2 di bidang Applied Family and Child Studies di Northern Illinois University (NIU), Amerika Serikat, pada tahun 2002, menambahkan kecemerlangan dalam perjalanan akademisnya. Hal menarik adalah bahwa Fery menempuh pendidikannya di tempat yang sama dengan suaminya, Anies Baswedan, saat mendapatkan beasiswa kuliah di bidang ilmu politik.

Setelah menyelesaikan studi S2, Fery Farhati tidak hanya membatasi diri di ranah teori, melainkan juga terlibat secara aktif dalam pengajaran dan magang. Pada tahun 2002, ia menjadi asisten pengajar di Family, Consumer, and Nutrition Sciences (FCNS), Applied Family & Child Study (AFCS), NIU, Amerika Serikat. Setahun kemudian, Fery mengambil pengalaman magang di Community Coordinated Child Care (4C), Dekalb, IL, USA. Ia juga memberikan kontribusi sebagai trainer orang tua dan guru di Lazuardi Global Islamic School, Cinere, Depok, pada tahun 2006, serta sebagai trainer guru di Lazuardi Next, Jakarta, pada tahun 2007.

Namun, dedikasi Fery Farhati tak hanya berhenti di situ. Pada tahun 2016, ia mendirikan Komunitas Rumah Pencerah (KRP), sebuah organisasi nirlaba yang memfokuskan diri pada pelatihan orang tua dan peningkatan kualitas guru. KRP menjadi wadah bagi individu dengan latar belakang beragam yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan.

Keberhasilan Fery dalam meraih gelar Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi, UGM, dan perjalanan karirnya yang cemerlang di berbagai lembaga dan komunitas, menjadikannya sosok yang tidak hanya mendukung suaminya di panggung politik tetapi juga turut berkontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan perhatian terhadap kebutuhan anak-anak di Indonesia.

Kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang yang menghadapi keterbatasan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun harus menghadapi tantangan mendengar, dedikasinya untuk memberikan pemahaman dan dukungan kepada orang tua menunjukkan bahwa semangat untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat tidak mengenal batas. Dalam kesederhanaan tindakannya, tergambar kekuatan perubahan yang dimulai dari keluarga, suatu fondasi penting dalam membentuk masa depan negara.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat