Berkompetisi di Ranah yang Sama, Jadi Modal Teman Difabel Tingkatkan Kapabilitas
![Berkompetisi di Ranah yang Sama, Jadi Modal Teman Difabel Tingkatkan Kapabilitas](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/12/c86654ba4fbc47ae67133cae293649b7.jpeg)
PEMIKIRAN dan mental untuk berkompetisi di ranah yang sama, menjadi modal yang kuat teman disabilitas untuk menembus batas yang dimiliki atau mengeksplorasi sumber daya yang dimiliki dalam diri. Hal itu yang ditanamkan dan dibagikan influencer disabilitas Saphira Kusbandiyah agar teman difabel memiliki kapabilitas yang bisa dimaksimalkan.
Untuk memiliki kapabilitas harus dimulai sejak awal. Ia menceritakan ketika mendaftar kuliah di Universitas Brawijaya Malang ia berpikir bahwa ia harus berkompetisi bukan hanya sesama teman difabel melainkan juga oleh teman-teman non difabel.
"Saya jadi kami berkompetisi dari kuliah, kemudian saat menjadi asisten praktikum yang membuat saya mulai berani bicara di depan umum terutama mahasiswa lain dan apalagi mencari pekerjaan untuk kelompok difabel saat ini masih kecil dan saya berpikir apa yang bisa ditulis di curriculum vitae," kata Saphira dalam acara Festival Setara dan Berdaya Media Indonesia di Jakarta Barat, Senin (11/12).
Baca juga: Festival Setara & Berdaya 2023, KPU Junjung Tinggi Inklusivitas dalam Pemilu
Oleh karena itu ia akhirnya kembali berjuang untuk mengambil program internship hingga skripsi, dan mulai bekerja hingga mengambil kesempatan menjadi seorang influencer.
"Saya juga selalu menanam pemikiran pada diri saya sendiri bahwa akan ada masanya teman dan keluarga tidak bersama saya jadi saya berjuang agar bisa sendiri mulai dari finansial, kehidupan sehari-hari, dan sebagainya," ujar dia.
Baca juga: Festival Setara dan Budaya 2023 Media Indonesia Kembali Digelar
Selain menjadi influencer disabilitas, ia juga bekerja di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Ia berkesempatan mengikuti semua proses tahapan dan mampu bersaing karena memiliki kapabilitas yang sudah dibentuk sejak awal.
Menurutnya kuncinya yakni dari awal sudah membuka diri dengan keadaan diri. Ia berani dan terbuka terhadap kondisinya yang membutuhkan kursi roda ketika beraktivitas sehingga tidak perusahaan pun akan mengetahuinya sejak awal.
"Saya membuka diri dan saya tulis apa adanya dan saya berusaha menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Tapi selama perusahaan itu mau mengembangkan maka saya juga bisa berkembang dan tumbuh," ucapnya.
Jika seseorang menutupi kekurangan pada dirinya maka akan sulit. Ia juga menceritakan banyak followersnya yang sebenarnya punya cerita sulit mendengar namun sayangnya harus menutupi diri karena permintaan keluarga sehingga lingkungan sekitarnya tidak tahu dan banyak salah paham. (Iam/Z-7)
Terkini Lainnya
Sekolah tak Biasa untuk Anak Istimewa
Segera Digelar, Spekix 2024 Sediakan Informasi Lengkap tentang Autisme
Belajar Arti Hidup dari sang Anak
Pemilu 2024 Diharapkan Jadi Pemilu yang Inklusif dan Junjung Kesetaraan
Peluncuran Kanal Jelita Bukti Media Indonesia Konsisten Memuliakan Kaum Perempuan
Terus Berinovasi Media Indonesia Rilis Kanal Jelita
Ini Tips untuk Perempuan yang Ingin Memulai Bisnis
Kanal Jelita Media Indonesia, Ruang Berkarya dan Berdaya Perempuan Indonesia
Geopark Ciletuh Run 2024, Sarana Promosi Wisata Alam lewat Olahraga
Rekam Jejak 123 Tahun Transformasi Pegadaian
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap