visitaaponce.com

Berkompetisi di Ranah yang Sama, Jadi Modal Teman Difabel Tingkatkan Kapabilitas

Berkompetisi di Ranah yang Sama, Jadi Modal Teman Difabel Tingkatkan Kapabilitas
Festival Setara dan Berdaya Media Indonesia(MI/M. Iqbal Al Machmudi)

PEMIKIRAN dan mental untuk berkompetisi di ranah yang sama, menjadi modal yang kuat teman disabilitas untuk menembus batas yang dimiliki atau mengeksplorasi sumber daya yang dimiliki dalam diri. Hal itu yang ditanamkan dan dibagikan influencer disabilitas Saphira Kusbandiyah agar teman difabel memiliki kapabilitas yang bisa dimaksimalkan.

Untuk memiliki kapabilitas harus dimulai sejak awal. Ia menceritakan ketika mendaftar kuliah di Universitas Brawijaya Malang ia berpikir bahwa ia harus berkompetisi bukan hanya sesama teman difabel melainkan juga oleh teman-teman non difabel.

"Saya jadi kami berkompetisi dari kuliah, kemudian saat menjadi asisten praktikum yang membuat saya mulai berani bicara di depan umum terutama mahasiswa lain dan apalagi mencari pekerjaan untuk kelompok difabel saat ini masih kecil dan saya berpikir apa yang bisa ditulis di curriculum vitae," kata Saphira dalam acara Festival Setara dan Berdaya Media Indonesia di Jakarta Barat, Senin (11/12).

Baca juga: Festival Setara & Berdaya 2023, KPU Junjung Tinggi Inklusivitas dalam Pemilu

Oleh karena itu ia akhirnya kembali berjuang untuk mengambil program internship hingga skripsi, dan mulai bekerja hingga mengambil kesempatan menjadi seorang influencer.

"Saya juga selalu menanam pemikiran pada diri saya sendiri bahwa akan ada masanya teman dan keluarga tidak bersama saya jadi saya berjuang agar bisa sendiri mulai dari finansial, kehidupan sehari-hari, dan sebagainya," ujar dia.

Baca juga: Festival Setara dan Budaya 2023 Media Indonesia Kembali Digelar

Selain menjadi influencer disabilitas, ia juga bekerja di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Ia berkesempatan mengikuti semua proses tahapan dan mampu bersaing karena memiliki kapabilitas yang sudah dibentuk sejak awal.

Menurutnya kuncinya yakni dari awal sudah membuka diri dengan keadaan diri. Ia berani dan terbuka terhadap kondisinya yang membutuhkan kursi roda ketika beraktivitas sehingga tidak perusahaan pun akan mengetahuinya sejak awal.

"Saya membuka diri dan saya tulis apa adanya dan saya berusaha menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Tapi selama perusahaan itu mau mengembangkan maka saya juga bisa berkembang dan tumbuh," ucapnya.

Jika seseorang menutupi kekurangan pada dirinya maka akan sulit. Ia juga menceritakan banyak followersnya yang sebenarnya punya cerita sulit mendengar namun sayangnya harus menutupi diri karena permintaan keluarga sehingga lingkungan sekitarnya tidak tahu dan banyak salah paham. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat