visitaaponce.com

Teknologi Digital Dapat Ciptakan Transformasi Ekosistem Kesusastraan

Teknologi Digital Dapat Ciptakan Transformasi Ekosistem Kesusastraan
Ilustrasi(Dok MI)

KETUA Umum Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Prof Novi Anoegrajekti mengatakan bahwa gerakan kesusastraan Indonesia dan teknologi digital dalam kaitannya dengan kajian sastra di Indonesia harus sejalan dan beriringan.

“Karya sastra merupakan jagat kata yang utuh dan koheren, di era digital menghadirkan transformasi dalam kesusastraan Indonesia karena semakin mudahnya informasi di era digital, tentu saja akan mudah memproduksi dan mendistribusi pasar sastra,” ungkapnya dalam Pidato Kesusastraan dan Dikusi Sastra bertajuk Sastra Digital dan Masa Depan Sastra Indonesia, Kamis (21/12).

Lebih lanjut, menurut Prof. Novi, transformasi ekosistem sastra dengan bantuan digital dapat tercipta. Tidak hanya kajian sastra, metode penelitian sastra pun demikian.

Baca juga : Humaniora Digital, Pendekatan Baru dalam Kajian Sastra di Era Digital

Etnografi digital yang mencoba memaknai bagaimana fitur-fitur dalam platform dikatakan sangat berpengaruh pada praktik budaya dan sosial yang ada saat ini. Bentuk penelitian pun saat ini dikenal dengan netnografi.

“Di sisi lain, bagaimana di era digital munculnya kecerdasan buatan (AI) yang mampu menjabarkan setiap kata kunci yang dimasukkan seperti Chat GPT. Kecerdasan buatan merupakan capaian cemerlang dalam teknologi digital,” ujar Novi.

“Capaian tersebut tentunya bermanfaat untuk kehidupan manusia karena dapat menelisik detail gejala melalui jejak digital yang tersedia di ruang maya. Akan tetapi, sebagai makhluk yang berakal budi dan perlu sadar terus serta berjuang untuk memfungsikan teknologi digital sebagai produk budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia,” sambungnya.

Baca juga : Sastrawan Indonesia Norman Erikson Pasaribu Menangkan Republic of Consciousness Prize

Di tempat yang sama, Ketua HISKI Universitas Indonesia Dr. Turita Indah Setyani menambahkan bahwa acara ini juga merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Sapardi Djoko Damono yang merupakan pendiri HISKI.

Diketahui bahwa HISKI berdiri karena kebutuhan suatu organisasi profesi yang menghimpun sarjana kesusastraan seluruh Indonesia dari berbagai macam disiplin.

Pembentukan organisasi ini juga sebagai mitra pemerintahan dalam konteks memberi sumbangan kepada masalah kurikulum terutama mengenai persoalan kesusastraan di ranah sekolah yang melebur di dalam pengajaran bahasa Indonesia.

Baca juga : Putu Fajar Arcana: Kritik Sastra Mulai Ditinggalkan Sejak Era 1990-an

“Artinya perlu penguatan pembelajaran di sekolah dengan melakukan kompetensi guru untuk mengajarkannya baik secara diakronis maupun sinkronis terkait fenomena kesusastraan di setiap periode,” kata Dr. Turita.

“Pemikiran itu jelas memberikan sumbangan penelitian para sarjana kesusastraan yang bermuara pada peningkatan pengajaran kesusastraan. Sehingga pada awal lebih memperhatikan pengajaran sastra di sekolah. Konsistensi ini yang harus kita jaga. Terbaru kita lihat bahwa HISKI memilik program HISKI Masuk Sekolah. Ini dapat menjadi bagian pengajaran guru dalam hal kesusastraan Indonesia,” pungkasnya. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat