Pemberdayaan Masyarakat Tentukan Keberhasilan Pencegahan DBD
GURU Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Nila Djuwita F A Moeloek mengatakan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) bergantung salah satunya pada penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui 3M Plus, selain pengendalian vektor.
3M Plus ini yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti serta penggunaan abate, ditambah Plus antara lain menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, dan menggunakan obat antinyamuk.
"Ini masih dipercaya merupakan cara efektif untuk menurunkan populasi nyamuk dengan menghilangkan habitat tempat mereka bertelur," kata Nila, yang kini menjabat sebagai Ketua dan Pendiri Farida Nila Moeloek Society Program itu di Jakarta, Rabu (17/1).
Baca juga: Pembiayaan BPJS Kesehatan untuk Kasus Dengue Capai Rp1,3 Triliun Setahun
Menurut dia, upaya memberdayakan masyarakat yang terus menerus, berkesinambungan, konsisten, sering kali bukan merupakan hal yang mudah dan menjadi tantangan bagi upaya pencegahan DBD khususnya di Indonesia.
Di sisi lain, upaya mencegah DBD juga dilakukan melalui vaksinasi yang telah mulai diperkenalkan dan secara bertahap telah dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Merujuk Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), vaksin dengue merupakan vaksin hidup digunakan pada usia 6-45 tahun dengan jarak pemberian vaksin pertama dan kedua yakni selama tiga bulan. Setelah itu, pemberian vaksin ulangan dalam jangka waktu empat tahun kemudian belum diperlukan karena antibodi masih tinggi.
Baca juga: Vaksin Dengue untuk DBD Direncanakan Masuk Program Imunisasi Nasional
DBD, dikatakan Nila, masih merupakan masalah endemis di Indonesia dan tidak jarang menimbulkan kematian. Dia merujuk pada data dari Kementerian Kesehatan awal 2023 hingga minggu ke-47 pada Januari-November menuturkan bahwa terdapat 83.302 kasus DBD di 465 kabupaten di 34 provinsi dengan angka kematian 574 kasus.
Kemudian, berbicara mereka yang terkena DBD, merujuk data 2021, diketahui sebanyak 36% kasus dari jumlah 90.865 kasus DBD merupakan golongan produktif dengan rentang umur 15 hingga 44 tahun.
Sementara DBD pada anak, merupakan penyebab kematian nomor enam tertinggi.
"Tiga dari empat kematian akibat dengue paling banyak terjadi pada anak usia 6-14 tahun," pungkas Nila. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Ini Dampak Penderita DBD saat Terlambat Ditangani
Kewaspadaan Orangtua Kunci Keberhasilan Penanganan DBD pada Anak
Dosis Vaksin Dengue Harus Sesuai Agar Efektif Melawan DBD
Vaksinasi Lengkapi Upaya Pencegahan DBD, Hemat Biaya Kesehatan
870 Kasus DBD di Tasikmalaya Belum Terkendali
Angka Kematian DBD Alami Penurunan
DBD di Klaten 2024 Naik, 30 Orang Kematian
Benarkah Jambu Biji Ampuh Sembuhkan DBD? Simak Penjelasannya
Inovator Muda Didorong Ikut Cegah dan Kendalikan DBD
7 Tips Jitu Antisipasi DBD di Musim Kemarau yang Harus Anda Tahu
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap