Ini Dampak Penderita DBD saat Terlambat Ditangani
PENDERITA demam berdarah dengue (DBD) harus segera ditangani. Ini demi mencegah risiko pasien kejang dan mengalami penyakit komplikasi.
"Penyakit DBD harus segera ditangani karena trombosit dapat terus turun," kata praktisi kesehatan dr. Fridolin Seto Pandu melalui keterangannya di Jakarta, Selasa (25/6). Jika trombosit turun hingga di bawah 100.00 per milimeter kubik, ini dapat memicu kebocoran plasma. Dampak lanjutannya bisa mengakibatkan dengue shock syndrome (DDS).
Pada kondisi DDS, aliran darah yang seharusnya mengalir ke seluruh jaringan tubuh mengalami penurunan. Ini dapat membuat tubuh kekurangan oksigen (hipoksia).
Baca juga : Kasus DBD di Klaten Meningkat, 25 Orang Meninggal
Kondisi itu berisiko menyebabkan tubuh kejang. Ini dapat berujung pada penyakit komplikasi, seperti kerusakan hati, jantung, otak, dan paru-paru, hingga terjadi kematian.
Apabila ada anggota keluarga yang demam dan tidak kunjung turun, lanjut dia, sebaiknya segera dibawa fasilitas kesehatan guna mendapatkan pemeriksaan. Soalnya, demam yang dirasakan pasien bisa jadi karena sudah terjangkit demam berdarah.
Dia menjelaskan bahwa digigit nyamuk memberikan sensasi gatal dan tidak nyaman. Permasalahan nyamuk Aedes aegypti bukan sekadar rasa gatal, tetapi dapat membawa virus demam berdarah. "Pascadigigit nyamuk, biasanya pasien merasa demam tinggi," kata Head of Department Underwriting Sequis itu.
Baca juga : Warga Diingatkan Berantas Sarang Nyamuk Agar Kasus DBD tidak Naik pada April
Selain demam tinggi, gejala khas DBD lain, yakni sakit kepala parah, nyeri otot dan sendi, serta ruam atau bintik merah pada kulit. Pada beberapa kasus, ada yang sampai mimisan dan terjadi pendarahan pada gusi.
Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi mengalami musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024. Pada saat musim kemarau, warga diimbau agar mewaspadai ancaman penyakit DBD.
Hal ini karena meski curah hujan berkurang, tetapi nyamuk Aedes aegypti, si pembawa virus dengue, masih bisa berkembang biak. Kurangnya air mengalir selama musim kemarau dapat menciptakan banyak genangan yang sering luput dari perhatian warga. Kaleng, botol, dan bak bekas dapat menjadi sarang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. (Ant/Z-2)
Terkini Lainnya
Ini Cara Mencegah Perkembangbiakan Nyamuk di Rumah Anda
Kasus DBD di Klaten Masih Tinggi, Ada 724 Kasus dan 28 Orang Meninggal
7 Gejala Penyakit Chikungunya, Bagaimana Cara Pencegahannya?
Daftar 6 Superfood untuk Lawan DBD
Kasus DBD di Klaten Meningkat, 25 Orang Meninggal
Kewaspadaan Orangtua Kunci Keberhasilan Penanganan DBD pada Anak
Dosis Vaksin Dengue Harus Sesuai Agar Efektif Melawan DBD
Vaksinasi Lengkapi Upaya Pencegahan DBD, Hemat Biaya Kesehatan
870 Kasus DBD di Tasikmalaya Belum Terkendali
Angka Kematian DBD Alami Penurunan
Dokter tanpa Etika dan Pembiaran oleh Otoritas Negara
Kemitraan dan Kualitas Pendidikan
Ketahanan Kesehatan Global
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap