visitaaponce.com

Ikatan Ion Pengertian, Proses Pembentukan, dan Contoh

Ikatan Ion: Pengertian, Proses Pembentukan, dan Contoh
Ilustrasi.(Freepik.)

DALAM dunia kimia, unsur-unsur saling berinteraksi membentuk senyawa tertentu, seperti NaCl atau garam dapur yang sering digunakan dalam masakan sehari-hari. Interaksi antara unsur Na dan Cl dalam garam tersebut melibatkan ikatan ion yang pada dasarnya merupakan proses serah terima elektron.

Garam yang merupakan senyawa ion NaCl terbentuk melalui proses pembentukan senyawa ion. Pembentukan ini melibatkan ikatan ion yang muncul dari atom unsur logam dan nonlogam. Contohnya, senyawa NaCl terdiri dari unsur natrium (logam) dan klorin (nonlogam). Proses dimulai dengan sublimasi logam natrium yang berubah dari wujud padat menjadi atom natrium yang berwujud gas.

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan ikatan ion dan bagaimana proses serta faktor-faktor pembentukannya? Ikatan ion adalah hasil dari serah terima elektron antar atom. Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap menggunakan senyawa kimia, seperti garam dapur, yang memiliki rumus kimia NaCl. Senyawa ini terbentuk melalui ikatan kimia antara unsur logam Natrium (Na) dan unsur nonlogam Klorin (Cl).

Baca juga: Cahaya dan Sifatnya: Merambat Lurus, Dipantulkan, Dibiaskan, Gelombang Elektromagnetik

Saat musim dingin di Jepang, kita dapat melihat penggunaan garam untuk mencegah pembentukan es di jalanan. Garam dapur memiliki rumus kimia NaCl, yang melibatkan ikatan ion antara unsur logam Natrium dan unsur nonlogam Klorin. Ikatan ini terjadi karena unsur-unsur berusaha mencapai kestabilan dengan membentuk ikatan, baik kovalen maupun ionik. Dalam konteks NaCl, ikatan ini termasuk dalam kategori ikatan ionik, di mana unsur-unsur saling berinteraksi untuk mencapai kestabilan seperti gas mulia

Jadi, ikatan ion pada NaCl terjadi melalui serah terima elektron antara atom logam dan nonlogam menciptakan suatu senyawa padat yang dikenal sebagai garam dapur.

Pengertian ikatan ion

Ikatan ion adalah fenomena interaksi antara unsur-unsur yang memiliki kemampuan berbeda dalam melepaskan elektron melalui serah terima elektron. Secara khusus, unsur-unsur logam cenderung mudah melepaskan elektron, sementara unsur nonlogam sulit melakukannya. Dengan demikian, ikatan ion terbentuk dari unsur logam dan nonlogam, menciptakan suatu keseimbangan elektrostatik antara ion positif dari unsur logam dan ion negatif dari unsur nonlogam. Contoh pasangan senyawa yang mengandung ikatan ion ialah NaCl dan KOH.

Baca juga: Mengenal apa itu Kimia Hijau, 12 Prinsip dan Contoh Penerapan

Proses pembentukan ikatan ion melibatkan pertukaran elektron yang pada akhirnya menghasilkan ion positif dan ion negatif dengan konfigurasi elektron yang menyerupai gas mulia. Dalam ikatan ion, hanya elektron di kulit terluar yang berperan dikenal sebagai elektron valensi. Struktur Lewis, yang merupakan representasi visual atom atau ion dengan titik-titik elektron valensi, dapat digunakan untuk menggambarkan ikatan ion.

Sebagai contoh, garam dapur (NaCl) adalah salah satu senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion. Pada fase padat NaCl, terdapat ikatan antara ion Na+ (positif) dan ion Cl- (negatif) yang dipertahankan oleh gaya elektrostatik, menjadikannya contoh nyata dari ikatan ion.

Pada ikatan ionik, terjadi transfer elektron dari satu atom ke atom lain. Proses ini mengakibatkan atom yang mendapatkan elektron menjadi ion negatif (anion), sementara atom yang kehilangan elektron menjadi ion positif (kation). Perbedaan muatan antara ion positif dan negatif menciptakan gaya elektrostatik yang menyebabkan tarikan antara keduanya. Prinsip inilah yang menjadi dasar dari ikatan ionik.

Proses pembentukan ikatan ion

Setiap unsur memiliki tujuan mencapai konfigurasi elektron yang menyerupai gas mulia, baik dengan melepaskan atau menerima elektron guna mencapai kestabilan. Hal ini terjadi pada pembentukan senyawa NaCl atau garam dapur. Natrium (Na) dengan konfigurasi elektron (2,8,1) akan mencapai stabilitas dengan melepaskan satu elektron, mengubah konfigurasi menjadi (2,8). Sebaliknya, Klorin (Cl) dengan konfigurasi (2,8,7) akan lebih stabil dengan menerima satu elektron, mengubah konfigurasinya menjadi (2,8,8). Oleh karena itu, untuk mencapai stabilitas, natrium menyumbangkan satu elektron kepada klorin.

Selama pertukaran elektron, natrium mengalami pengecilan karena kehilangan satu elektron, sementara klorin menjadi lebih besar akibat pertambahan satu elektron. Ini menyebabkan ion positif (Na+) memiliki ukuran lebih kecil daripada sebelumnya, sementara ion negatif (Cl-) cenderung lebih besar. Dengan pertukaran ini, Na menjadi bermuatan positif dan Cl bermuatan negatif, menciptakan gaya elektrostatik yang menghasilkan ikatan ionik di antara keduanya.

Tahap pembentukan ikatan ion dapat dilihat dalam proses berikut.

Na(s) → Na(g) (sublimasi) Na(g) → Na+(g) + e- (melepaskan elektron valensi) Cl- (g) → 2Cl(g) (disosiasi) Cl(g) + e- → Cl-(g) (menerima elektron) Na+(g) + Cl-(g) → NaCl(s) (membentuk ikatan ion).

Beberapa faktor penting dalam pembentukan ikatan ion yaitu jumlah elektron yang dilepaskan harus seimbang dengan jumlah yang diterima, unsur logam ditulis sebagai monoatom (contoh: Na, K, Li, Mg), dan unsur nonlogam ditulis sebagai dwiatom (contoh: Cl2, F2, Br2, O2), kecuali untuk unsur karbon, fosfor, dan belerang yang ditulis masing-masing sebagai C, S, dan P2.

Contoh ikatan ion

Ikatan ion biasanya terjadi antara atom logam dan nonlogam. Atom logam dari golongan IA dan IIA cenderung berperan sebagai kation. Atom nonlogam dari golongan VIIA dan VIA berperan sebagai anion. Beberapa contoh senyawa dengan ikatan ion melibatkan unsur-unsur ini, seperti KF, K2O, MgCl2, BaCl2, dan LiF.

Contoh senyawa NaCl (natrium klorida) menunjukkan ikatan ion antara unsur logam Na dari golongan IA dan unsur nonlogam Cl dari golongan VA. Proses pembentukan NaCl melibatkan pelepasan elektron oleh Na dan penangkapan elektron oleh Cl, membentuk ion Na+ dan Cl-. Reaksi ikatan ion Na+ + Cl- menghasilkan senyawa NaCl.

Senyawa KCl (kalium klorida) memiliki ikatan ionik yang serupa melibatkan unsur logam K dari golongan IA dan unsur nonlogam Cl dari golongan VA. Proses pembentukan KCl juga melibatkan pelepasan elektron oleh K dan penangkapan elektron oleh Cl, membentuk ion K+ dan Cl-. Reaksi ikatan ion K+ + Cl- menghasilkan senyawa KCl.

Contoh lain ialah senyawa Al2O3 (aluminium oksida). Ikatan ion terjadi antara unsur logam Al dari golongan IIIA dan unsur nonlogam O dari golongan VIA. Pembentukan Al2O3 melibatkan pelepasan elektron oleh Al dan penangkapan elektron oleh O. Ini menghasilkan ion Al3+ dan O2-. Reaksi ikatan ion 2 Al3+ + 3 O2- menghasilkan senyawa Al2O3.

Secara umum, ikatan ion terjadi melalui pertukaran elektron antara unsur logam dan nonlogam untuk mencapai konfigurasi elektron yang menyerupai gas mulia. Proses ini menghasilkan ion positif dan ion negatif yang saling tarik menarik melalui gaya elektrostatik, membentuk senyawa ionik yang stabil.

Perbedaan ikatan kovalen dan ikatan ion

Ikatan ion dan ikatan kovalen merupakan dua jenis ikatan kimia yang memiliki perbedaan mendasar dalam mekanisme pembentukannya serta sifat-sifat yang dimilikinya. Ikatan ion terjadi melalui perpindahan elektron dari kation (ion positif) ke anion (ion negatif). Proses ini umumnya terjadi antara atom logam dan nonlogam. 

Sebaliknya, ikatan kovalen terjadi ketika dua atom nonlogam berbagi pasangan elektron bersama untuk mencapai stabilitas elektronik. Dalam pembentukan ikatan kovalen, atom-atom tersebut sama-sama kekurangan elektron.

Selain perbedaan dalam unsur yang terlibat, ikatan ion dan ikatan kovalen juga memiliki karakteristik yang membedakannya. Ikatan ion memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan ikatan kovalen. 

Selain itu, ikatan ion mampu menghantarkan listrik dalam bentuk lelehan maupun larutan. Ikatan kovalen hanya dapat menghantarkan listrik dalam bentuk larutan.

Saat mempelajari ikatan kimia, kita tidak hanya akan menemui ikatan ion, tetapi juga ikatan kovalen. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada unsur yang berpartisipasi dalam pembentukan ikatan. Ikatan ion terbentuk antara unsur logam dan nonlogam, menghasilkan senyawa ion yang bersifat polar. 

Sebaliknya, ikatan kovalen terbentuk antara unsur nonlogam, membentuk senyawa kovalen yang bersifat nonpolar. Pada ikatan kovalen, terjadi pembagian bersama elektron dari unsur yang berikatan, suatu karakteristik yang tidak ditemukan pada ikatan ion. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat