visitaaponce.com

LYORA Keajaiban yang Dinanti, Kisah Inspiratif Pejuang Dua Garis Biru

'LYORA: Keajaiban yang Dinanti', Kisah Inspiratif Pejuang Dua Garis Biru
Sharing stories buku 'LYORA: Keajaiban yang Dinanti.'(HO)

BAGI sebagian kaum perempuan, memiliki anak bukan masalah yang mudah. Masalah infertilitas membuat kaum perempuan harus berusaha keras dan tidak kenal menyerah untuk bisa mendapatkan sang buah hati yang diharapkan.

Hal itulah yang terungkap dalam buku berjudul 'LYORA: Keajaiban yang Dinanti'. Buku yang ditulis oleh Fenty Effendy tersebut mengungkapkan perjuangan panjang anggota DPR RI, Meutya Hafid untuk mendapatkan buah hati

Meutya, yang merupakan politisi Partai Golkar, mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapinya bersama sang suami, untuk bisa mendapatkan anak termasuk 10 kali mengikuti program bayi tabung. Ia juga membagikan perasaan putus asa yang mengiringi setiap upaya bayi tabung yang gagal

Sebagai pejuang dua garis biru, sebutan bagi para perempuan yang ingin hamil, Meutya menyampaikan pesan penting bahwa infertilitas adalah suatu masalah kesehatan yang serius. Setiap pasangan berhak mendapatkan dukungan dan akses terhadap perawatan yang diperlukan.

"Berbagai program hamil yang saya jalani cukup panjang dan beragam yang sudah dilalui, mulai dari pengobatan alternatif sampai pengobatan lainnya bersama suami tidak membuahkan hasil. Pada akhirnya kami memutuskan untuk melakukan jalur medis serta mencari informasi tentang dokter dan klinik bayi tabung IVF yang akhirnya kami memutuskan melakukan program hamil di Morula IVF Jakarta," kata Meutya dalam keterangan tertulisnya pada acara sharing stories buku 'LYORA: Keajaiban yang Dinanti” di Nusa Dua, Bali, Rabu (24/1)

Ia juga menyoroti bahwa kesehatan reproduksi adalah hak asasi manusia yang harus dijamin negara. Ia percaya bahwa pasangan infertil memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perawatan dan dukungan dari pemerintah.

"Masalah fertilitas atau kesuburan hingga saat ini belum termasuk masalah kesehatan yang ditanggung oleh BPJS, padahal infertilitas secara resmi telah diakui sebagai penyakit oleh WHO, dan kesehatan reproduksi merupakan hak setiap warga negara. Dengan demikian, sudah seharusnya negara seharusnya hadir untuk mendukung pengobatan infertilitas," ujarnya.

Melalui bukunya, Meutya Hafid berharap untuk mengubah stigma dan sikap negatif yang masih sering terkait dengan masalah infertilitas. Ia ingin mendorong perubahan sosial yang lebih luas dalam pemahaman dan dukungan terhadap pasangan infertil.

Di sisi lain, penulis buku Lyora, Fenty Effendy mengungkapkan buku ini merupakan kisah eksklusif yang untuk pertama kalinya dibagikan kepada publik dari Meutya Hafid. "Dari cerita awal ketika Meutya bilang salah satu yang membuatnya kuat, bertahan, adalah karena banyak membaca, saya pun bersemangat menuliskan,” ujar Fenty Effendy.

Kegiatan roadshow sharing stories oleh PT Morula Indonesia di di Bunda Morula, Nusa Dua, Bali, merupakan kali kedua yang digelar. Sebelumnya, kegiatan serupa dilaksanakan di Executive Lounge Morula IVF Jakarta. (RO/R-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat