visitaaponce.com

Program Bayi Tabung di Indonesia tidak Kalah dengan Australia dan Singapura

Program Bayi Tabung di Indonesia tidak Kalah dengan Australia dan Singapura
Ilustrasi bayi(MI/Jamaah)

CEO PT Morula Indonesia dr. Ivan Rizal Sini menjelaskan program bayi tabung di Indonesia tidak kalah dengan di luar negeri. Bahkan menurutnya program bayi tabung di Indonesia juga sudah maju.

"Yang pasti fasilitas terutama di Klinik Morula sudah terstandarisasi seperti di Australia sudah 6 tahun lebih. Standar ini juga berlaku secara regional di Asia Pasifik dan itu dapat diperbandingkan dengan Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan lain-lain," kata dr Ivan kepada Media Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (8/6).

Selanjutnya Indonesia juga memiliki akses terhadap teknologi bagaimana teknologi berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi genomik menjadi keunggulan yang tidak mudah dimiliki oleh rumah sakit atau klinik bayi tabung di luar negeri.

Baca juga : Program Bayi Tabung, Salah Satu Solusi untuk Mendapatkan Anak

"Ini juga menjadi kebanggaan recognize beberapa institusi yang mengevaluasi layanan yang sudah banyak sekali penghargaan itu. Jadi program bayi tabung di Morula IVF dan Indonesia sudah bisa dibanggakan di luar negeri," ungkapnya.

Kualitas SDM atau dokter yang bertugas pun dinilai memiliki keahlian dan keilmuan yang sama dengan dokter-dokter di luar negeri. Bahkan, ia menyebut, banyak dokter Indonesia yang sudah dikenali di rumah sakit luar negeri, penelitian yang dihargai ajang kompetisi luar negeri juga.

"Hal itu membuat aktif ilmiah. Bahkan perawat kita pun juga aktif melakukan riset," ucap Ivan.

Baca juga : Prof Satyanegara Dipercaya Jadikan FKPU Jababeka Jadi Research Center

Ivan menjelaskan sebanyak 20 ribu pasien berobat ke luar negeri terutama Malaysia untuk mengikuti program bayi tabung. Bahkan, lanjutnya, banyak yang menjelek-jelekkan program bayi tabung di Indonesia. Sehingga mengubah pandangan pasien.

"Kita harus perbaiki internal kita. Padahal jika berbicara mahal padahal pasiennya yang telat datang. Kalau pasien datang masih muda maka akan lebih mudah untuk hamil," jelas dia.

Diketahui pasar terbesar untuk pelayanan kesehatan di Asia Pasifik dan Asia Tenggara adalah Indonesia. Jadi masuk akal memang perlu perbaiki layanan kesehatan di mata orang Indonesia sendiri.

"Perbaikan bisa dimulai secara internal, bagaimana proses dokter melayani, perawat mendampingi pasien, sistem administrasi diperbaiki, hingga pasien merasa nyaman dan sehat," pungkasnya. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat