Tidak Beri ASI Secara Langsung Bisa Picu Masalah pada Ibu dan Bayi
![Tidak Beri ASI Secara Langsung Bisa Picu Masalah pada Ibu dan Bayi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/02/30e2871e26db82daf8193b04c9d94a2e.jpg)
PAKAR gizi masyarakat lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tan Shot Yen mengatakan ibu yang tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara langsung dan memilih menggunakan botol atau dot untuk memberikan ASI bayinya bisa mengakibatkan sang buah hati bingung puting.
"Anaknya bingung puting karena itu ibunya jadi eksklusif pumping (memerah ASI)," kata Tan, dikutip Kamis (8/2).
Karena ibu memompa ASI dengan alat, anak tidak menyusu secara langsung sehingga pengosongan payudara tidak maksimal.
Baca juga : Tak Hanya Sekedar Makanan bagi Bayi, Berikut Manfaat ASI Lainnya
"Karena pumping atau dipompa, anaknya tidak menyusu langsung, jadi, pengosongan payudara tidak maksimal. Akhirnya ASI makin seret," ujar Tan.
Tan mengatakan tidak adanya edukasi terkait pentingnya memberikan ASI secara langsung atau ASI perah pada ibu atau orang yang mengasuh bayi menjadi salah satu dari sejumlah alasan akhirnya bayi diberikan susu formula, di samping ibu sejak awal rendah diri karena ASI-nya tidak selancar ibu-ibu menyusui lainnya.
Berbicara alasan lain bayi akhirnya diberi susu formula yakni adanya anjuran tenaga kesehatan.
Baca juga : Peringatan Hari Gizi Nasional, Pemenuhan Gizi Anak dalam 1.000 HPK
Padahal, menurut Tan, tenaga kesehatan dilarang memberikan susu formula yang dapat menghambat program pemberian ASI eksklusif dan ini didukung salah satunya oleh Peraturan Pemerintah.
Tan menambahkan, alasan lainnya memberikan bayi susu formula antara lain desakan mertua, teman, tetangga serta iri dengan anak-anak lain yang bertubuh gemuk.
"Iri dengan anak-anak lain yang gembul. Jadi, patokannya bukan kurva tumbuh kembang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), WHO tetapi patokannya anak tetangga yang kayak roti sobek," kata Tan.
Baca juga : Penuhi ASI untuk Bayi, Seorang Ibu Perlu Dukungan Suami dan Keluarga
Tan menuturkan ada sejumlah alasan medis yang dapat diterima sebagai dasar penggunaan pengganti ASI, antara lain bayi mengalami galaktosemia klasik sehingga diperlukan formula khusus bebas galaktosa, atau ibu terinfeksi HIV namun dengan catatan jika pengganti ASI dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Anda Pria Berusia 50 Tahunan? Waspada Kanker Prostat
Kelebihan Garam Bisa Picu Penyakit Ginjal Kronis
WHO Terbitkan Informasi Cepat Tentang Obat Pencegah Tuberkulosis
Cegah Kanker Pankreas pada Dewasa Muda dengan Hindari Gaya Hidup Sedenter
Cegah Diare pada Anak dengan Menjaga Kebersihan Selama Musim Hujan
FKUI Gelar Pelatihan Pencegahan Stunting untuk Dokter di NTT
Studi HCC: 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom Shaming
Ikatan Batin Ibu dan Anak Pengaruhi Tumbuh Kembang Bayi
Ibu dan Bayi Meninggal di Indekos Diduga Korban Pembunuhan
Terbongkar! Jaringan Sindikat Diduga Terlibat dalam Kasus Video Asusila Ibu dan Anak Kandung
Nikita Willy Ungkap Perjuangannya sebagai Ibu di Era Digital
Pemerintah akan Atur Pelaksanaan Donor ASI
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap