WHO Terbitkan Informasi Cepat Tentang Obat Pencegah Tuberkulosis
![WHO Terbitkan Informasi Cepat Tentang Obat Pencegah Tuberkulosis](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/02/e8c053c530885b1231cce09fb3b635d8.jpg)
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan rapid communication atau informasi cepat tentang obat pencegah tuberkulosis (TB) dalam upaya menekan laju kasus global. Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama Minggu (18/2) mengatakan tuberkulosis adalah masalah kesehatan penting di dunia dan juga di Indonesia.
Bahkan Indonesia kini menjadi negara penyumbang kasus ke dua terbanyak TB di dunia, yang tadinya di perangkat ke tiga. Walapun sudah ada InPres No. 67 tahun 2021 untuk TB, imbuhnya, tetapi target eliminasi tuberkulosis di tahun 2030 jelas masih merupakan tantangan amat besar.
Rapid communication yang dikeluarkan pada 14 Februari 2024 itu menjelaskan tentang Obat Pencegahan Tuberkulosis. "Ini suatu aspek yang menarik, karena biasanya kita hanya bicara tentang mengobati yang sudah jatuh sakit, tetapi kembali ditegaskan bahwa ada obat untuk mencegah tuberkulosis," ujar Tjandra Yoga.
Baca juga : Sidang MK, Saksi Sebut Pembahasan RUU Kesehatan Libatkan Banyak Pihak
Dalam publikasi WHO ini disampaikan lima hal yang bukan saja perlu diketahui tetapi juga harus diterapkan di Indonesia.
Pertama, sekitar seperempat penduduk dunia sudah pernah kemasukan / terinfeksi kuman tuberkulosis, bahkan untuk Indonesia mungkin saja angkanya lebih tinggi.
"Memang mereka belum tentu akan jatuh sakit, baik karena fenomena bakteri TB yang dorman dan juga karena daya tahan tubuh. Nah, berbagai penelitian menunjukkan sekitar 5-10% dari mereka ini kemudian akan benar-benar sakit TB, dan utamanya penyakit akan muncul pada 2 sampai 5 tahun sesudah infeksi awal," jelas Guru Besar FK UI ini.
Ke dua, WHO secara jelas menyebutkan bukti ilmiah menunjukkan bahwa pengobatan pencegahan tuberkulosis (“TB preventive treatment) pada mereka yang risiko tinggi akan secara progresif menurunkan risiko untuk penyakit TB nya muncul. Pada September 2023 di pertemuan dunia “UN High Level Meeting on Tuberculosis” disepakati komitmen untuk meningkatkan pengobatan pencegatan TB sampai ke 45 juta orang. "Indonesia harus jadi bagian dari pencapaian angka dunia ini, sementara cakupan kita saat ini masih rendah," ujarnya.
Baca juga : Kasus Covid-19 Naik, Kemenkes: Masih Level Aman
Ke tiga, khusus untuk pengobatan pencegahan tuberkulosis untuk mereka yang kontak dengan pasien TB dengan resistensi berganda / resstensi rifampisin (MDR/RR-TB), maka di tahun 2024 ini WHO merekomendasikan memasukkan penggunaan obat levofloxacin selama 6 bulan, ini sejalan dengan hasil penelitian terbaru dari Afrika Selatan dan Vietnam. Tentu akan bagus kalau di masa datang hasil penelitian Indonesia juga akan dapat jadi acuan dunia juga.
Ke empat, ada perubahan dosis pada regimen pengobatan pencegahan tuberkulosis pada obat levofloxacin dan rifapentine, dan juga penggunaan bersama (“co-administration”) dengan obat dolutegravir, ini sesuatu hal baru yang diharapkan memberi pencegahan lebih baik.
Ke lima, ada integrasi rekomendasi “WHO screening guidelines” 2021 dengan WHO guidelines on new tests of TB infection”. Juga ada pembaruan algoritme bagaimana pengobatan pencegahan tuberkulosis ini dilakukan pada mereka yang kontak dengan pasien TB, kelompok ODHA serta kelompok risiko tinggi lainnya.
Baca juga : Sidang MK, 5 Organisasi Profesi Sebut UU Kesehatan Cacat Formil
Tjandra berharap jumlah yang mendapat pengobatan pencegahan tuberkulosis di Indonesia dapat terus ditingkatkan secara bermakna, sehingga masyarakat benar-benar dapat terlindung dari penyakit tuberkulosis yang kini membunuh 16 orang Indonesia pada setiap jamnya. (H-1)
Baca juga : Diare Penyebab Kematian Tertinggi Anak setelah Pneumonia
Terkini Lainnya
Dear Orangtua, Kenali Gejala dan Dampak dari Gangguan Anak Alergi Susu Sapi
Ketahanan Kesehatan Global
Tingkatkan Kewaspadaan Risiko Penularan Flu Burung di Pintu Masuk Negara
Negara-Negara di Eropa Selatan Cari Cara Atasi Obesitas Pada Anak
Rokok dan Kanker Paru
Kasus Flu Burung Meningkat, Indonesia Perlu Waspada
IDI Gelar Beragam Bakti Sosial Kesehatan di Puncak Hari Bakti Dokter Indonesia 2024
Agenda Busuk di Balik Isu Depresi dalam Pendidikan Spesialis
IDI Perlu Mediasi Dokter Influencer
IDI akan Lanjutkan Uji Materil UU Kesehatan
Tak Libatkan IDI, KPU Dinilai Langgar Tradisi
Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI) Dideklarasikan
Dokter tanpa Etika dan Pembiaran oleh Otoritas Negara
Kemitraan dan Kualitas Pendidikan
Ketahanan Kesehatan Global
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap