visitaaponce.com

Media Indonesia-Perpusnas Perkuat Kerja sama Tingkatkan Literasi dan Akses Naskah Kuno

Media Indonesia-Perpusnas Perkuat Kerja sama Tingkatkan Literasi dan Akses Naskah Kuno
Gedung Perpustakaan Nasional(Dok. Perpusnas)

PELIBATAN perpustakaan dan media memiliki peran yang sejalan dan penting untuk membangun sumber daya manusia berkualitas, khususnya distribusi pengetahuan dan mewujudkan masyarakat yang literat. 

Atas dasar itu, kerjasama antara Media Indonesia dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI terus diperkuat melalui berbagai skema.

Ketua Kelompok Kerja Penerbit Perpusnas, Edi wiyono mengatakan, media memiliki peran strategis dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat, sedangkan Perpusnas membutuhkan peranan media untuk mempublikasikan kegiatan lembaga. Untuk itu terdapat fungsi kerja sama yang akan membawa kemajuan bagi kedua belah pihak.

Baca juga : Indeks Pembangunan Literasi di Indonesia Terus Meningkat

“Penguatan ekosistem literasi menjadi fokus kami, khususnya menjunjung tinggi terkait intelektual properti dan menjadi mitra media. Kami memahami bahwa media memiliki peran penting dalam mengawal dan menyampaikan informasi serta menghambat hoaks, jika kami sendiri yang bekerja memberantas hoax pasti akan kewalahan, jadi kami berharap dengan kerjasama ini, berita hoax itu yang terjadi di media sosial ataupun internet secara general bisa berkurang,” ujarnya kepada Media Indonesia di Jakarta, Rabu (21/2).

Edi menjelaskan kerja sama dengan Media Indonesia akan dilakukan dalam berbagai bentuk seperti pendampingan edukasi mengenai pengelolaan perpustakaan, pelibatan dalam festival sastra bahasa hingga pembentukan diskusi dalam bentuk manual maupun digital melalui siniar yang membahas pentingnya peran literasi dan budaya.

“Perpustakaan merupakan pihak yang menyediakan sarana untuk membaca. Lewat kolaborasi dengan media ini, kita harap ada dukungan media yang memiliki fungsi sebagai wahana penguatan literasi masyarakat, bisa saja nanti pada halaman rubrik humaniora, menyajikan tulisan yang berkaitan dengan literasi dan kebudayaan sebagai medium informasi yang baik,” jelasnya.

Baca juga : Bangun Budaya Baca melalui 10 Ribu Perpustakaan Desa

“Selain literasi yang lengkap, masyarakat juga harus tahu cara pengelolaan perpustakaan dan seperti apa itu pustakawan, sehingga memiliki kesadaran dalam menjaga dan meningkatkan bacaan. Kami harap bersama Media Indonesia bisa melakukan pendampingan dalam pengelolaan perpustakaan dan diseminasi buku-buku yang ada,” lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Perpusnas, Sri Marganingsih menjelaskan, kerja sama itu juga bisa diperluas dalam berbagai skema salah satunya lewat pelestarian naskah kuno nusantara atau manuskrip melalui proses digitalisasi. Perpustakaan Nasional dikatakan telah menyediakan lebih dari 3.000 judul manuskrip yang bisa diakses masyarakat.

“Tahun 2024-2025 kami juga berfokus dengan naskah yang masih berada di luar negeri. Untuk melengkapi koleksi naskah nusantara, kami juga bekerja sama dengan kementerian luar negeri untuk mengidentifikasi naskah-naskah mana yang merupakan curian dan hadiah. Jika nantinya naskah ini bisa kita bawa ke Indonesia, tentu akan menambah kekayaan budaya. Kita juga terus melakukan digitalisasi sebagai upaya pelestarian,tentu dengan berkolaborasi bersama negara pemegang naskah tersebut,” jelasnya.

Baca juga : Membaca Nyaring Tingkatkan Literasi Anak

Asisten Direktur Utama Bidang Usaha & Redaksi Media Indonesia, Teguh Nirwahyudi mengatakan potensi besar terkait ketersediaan naskah kuno nusantara yang saat ini masih belum banyak diakses oleh masyarakat bisa menjadi salah satu skema untuk memperkuat kerja sama antara media massa dan perpusnas.

Dikatakan bahwa Media Indonesia bisa mengambil peran untuk menginformasikan kepada khalayak luas melalui tulisan, platform dan kanal yang ada.

“Koleksi naskah yang ada bisa menjadi potensi yang menarik bagi masyarakat, apalagi ini sesuatu yang mungkin baru dan masih banyak kaum milenial yang belum tersentuh dengan isu naskah kuno nusantara. Jika kita bisa menggarap naskah untuk dipublikasikan ke kaum milenial, bisa saja diinformasikan dan diperbincangkan kepada publik lewat siniar atau media sosial kami,” jelas teguh.

Baca juga : Perpusnas Perkuat Sejumlah Program untuk Tingkatkan Literasi

Selain itu, terkait peningkatan literasi dan kekayaan naskah kuno nusantara yang ada, Redaktur Humaniora Media Indonesia Soelistijono memberi saran, kerja sama kedua entitas bisa dilakukan melalui tulisan dengan mengeksplorasi tema yang berkzitan dengan kekayaan budaya.

“Peningkatan literasi harus terus ditingkatkan, apalagi bahasa indonesia sudah diresmikan sebagai bahasa UNESCO. Ini berpotensi terhadap kemajuan budaya. Kami Humaniora memiliki rubrik khusus ‘jelajah budaya’ yang membahas berbagai macam kekayaan budaya Indonesia, naskah kuno bisa masuk di dalamnya. Jika nantinya memungkinkan, kita kaitkan tema ini dengan literasi masa lalu bangsa, agar kita punya kebanggaan terhadap budaya dan menjadi motivasi serta pembelajaran ke depan,” ujar Soelis.

Pentingnya digitalisasi naskah nusantara

Baca juga : Penguatan Budaya Literasi agar Masyarakat Berpengetahuan

Sri Marganingsih menjelaskan pentingnya upaya digitalisasi sebagai upaya pelestarian naskah kuno nusantara, hal ini harus terus dilakukan oleh pemerintah dan para peneliti dengan menggagas sistem digitalisasi agar bisa digunakan dalam platform digital dan diakses secara fleksibel oleh masyarakat luas

“Platform digital adalah harapan baru untuk menyelamatkan naskah nusantara yang hampir terancam punah. Sebenarnya, perbincangan naskah dalam platform digital sangat menarik tidak hanya untuk peneliti tapinjuga untuk generasi muda,” katanya.

Menurut Sri, naskah nusantara tersebut berisi berbagai sumber ilmu dan pengetahuan yang bisa dijadikan sumber inspirasi serta tujuannya. Misalnya, naskah-naskah kuno nusantara terkait ilmu agama dan budaya yang saat ini ada di wilayah Timur Tengah telah banyak dijadikan rujukan bagi para akademisi dan ulama dunia.

Baca juga : Perpusnas, Kemendes PDTT Kerjasama Tingkatkan Literasi di Desa-Desa

“Naskah ini harus digitalisasikan agar bisa dipelajari karena memuat ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa. Salah satu contoh ada ahli terkait naskah yang memperlihatkan bahwa ternyata di Arab Saudi dan Mesir, banyak tersimpan naskah-naskah yang ditulis oleh Ulama Indonesia yang mendiami kawasan Timur Tengah sejak tahun 1600-an. Sampai dengan saat ini, berbagai naskah tersebut masih menjadi rujukan para ulama di dunia, tentu ini sebuah kebanggan bangsa yang harus kita lestarikan,” jelasnya.

Selain itu, Sri menambahkan, saat ini pihaknya sedang menjajaki kerja sama dengan negara-negara yang menyimpan koleksi naskah kuno nusantara seperti Inggris, Jerman, Perancis hingga Belanda.

“Kita telah bekerja sama dengan jaringan digital naskah nusantara yang dibuat dalam bentuk digital oleh berbagai negara tersebut. Misalnya di perpustakaan London, kami menemukan 550 naskah nusantara dalam bentuk digital. Di Belanda kita juga sudah mendapatkan beberapa saluran digital dari perpustakaan,” tuturnya.

Kendati demikian, perpusnas saat ini masih belum bisa mendigitalisasikan naskah kuno dalam jumlah yang banyak karena terkendala dengan akses biaya. Dikatakan bahwa proses digitalisasi naskah kuno tidak mungkin dilakukan hanya dengan mengandalkan anggaran pemerintah sehingga harus ada turut serta peran organisasi dan lembaga internasional.

“Inggris menggunakan anggaran yang tidak hanya berasal dari negara, tetapi juga dari yayasan atau foundation internasional seperti dari Singapura dan Arab Saudi. Kita punya 12 ribu naskah yang harus dibuat salinan digitalnya untuk masyarakat, untuk itu butuh pendanaan yang tidak sedikit,” tandasnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat