visitaaponce.com

Cegah Gangguan Telinga Kronik, Cek Pendengaran Setelah Bayi Lahir Perlu Dilakukan

Cegah Gangguan Telinga Kronik, Cek Pendengaran Setelah Bayi Lahir Perlu Dilakukan
Ilustrasi telinga bayi(Freepik.com)

PENCEGAHAN gangguan telinga sebaiknya dimulai sejak dini, bahkan sejak bayi baru lahir. Bayi bisa dilakukan pemeriksaan setelah 24 -48 jam setelah dilahirkan. Salah satu metode pemeriksaan awal pendengaran yang umum dilakukan adalah menggunakan otoacoustic emission (OAE). 

Otoacoustic emission (OAE) adalah sebuah tes pendengaran yang sederhana dan cepat dilakukan. Tes ini dapat mengukur respons suara yang dihasilkan oleh bagian dalam telinga saat rangsangan suara diterima. Prosedur ini umumnya memakan waktu kurang dari satu menit untuk dilakukan.

Dengan melakukan pemeriksaan pendengaran menggunakan metode OAE pada bayi yang baru lahir, gangguan pendengaran dapat dideteksi secara dini. Ini memungkinkan untuk adopsi tindakan medis lebih lanjut jika ditemukan adanya kelainan atau gangguan pendengaran pada bayi. 

Baca juga : Yuk Ketahui Jenis Ganguan Telinga dan Cara Mengatasinya

Proses OAE merupakan screening dalam pengecekkan organ pada pendengaran. Jika adanya keanehan dalam organ pendengaran, bisa melakukan tindakan medis seperti typanometry, yaitu pemeriksaan kelenturan gendang telinga.

“Tympanomentry memeriksa kelenturan gendang telinga, kayak gendang dipukul akan nyari bukan bug-bug,” jelas Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Ashadi Budi, Sp. THT-BKL. Jakarta, Rabu (28/2).

Pemeriksaan audiometry adalah suatu metode yang penting dalam mengevaluasi fungsi pendengaran seseorang, baik anak-anak maupun orang dewasa. Audiometry menggunakan konsep respons terhadap suara untuk menilai ambang pendengaran seseorang terhadap berbagai frekuensi suara.

Baca juga : Mengenal Pemeriksaan Real-ear Measurement (REM) untuk Atasi Masalah Pendengaran

Untuk anak-anak, terdapat beberapa metode audiometri yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan mereka. Salah satunya adalah play audiometry, di mana anak diminta untuk merespons dengan mengangkat atau memasukkan objek ke dalam kotak ketika mendengar suara. 

Metode itu dirancang untuk membuat pengalaman pemeriksaan lebih interaktif dan ramah anak.

Jika hasil pemeriksaan play audiometry kurang memuaskan atau jika anak sulit untuk fokus, prosedur play audiometry dapat diulang atau diganti dengan metode lain seperti audiometry bermain. Audiometry bermain menggunakan permainan yang disesuaikan dengan usia anak untuk menilai respons pendengaran mereka.

Baca juga : Bagian-Bagian Telinga Manusia serta Proses Mendengar pada Hewan

Untuk anak-anak di bawah 2 tahun, atau jika hasil audiometri lainnya tidak memadai, pemeriksaan ABR (Auditory Brainstem Response) atau BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) dapat dilakukan. 

Proses itu melibatkan penggunaan obat tidur untuk anak agar tetap tenang dan tidak terganggu oleh suara atau gerakan selama prosedur berlangsung. Data yang diperoleh dari ABR atau BERA memberikan informasi tentang fungsi pendengaran dari level saraf hingga otak. 

Ini adalah metode yang sangat berguna dalam mengevaluasi gangguan pendengaran pada anak-anak yang belum dapat berpartisipasi dalam tes pendengaran yang memerlukan respons aktif. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat